Sesuatu Yang Hilang Dari Kita Tapi Kita Temukan Pada Mereka

Other

by Arif Budi Setyawan

Foto para suporter Asian Games asal Jepang yang sedang memunguti puntung rokok dan sampah di trotoar yang sempat viral beberapa waktu yang lalu sejenak menghentakkan kesadaran kita. Di satu sisi kita salut dengan tindakan mereka tapi di sisi lain kita barangkali merasa tertohok karena seharusnya kita lebih wajib untuk melakukannya sebagai tuan rumah. Apalagi mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam yang mengajarkan pentingnya menjaga kebersihan dan ketertiban.

Dahulu seluruh dunia begitu segan kepada Islam dan kaum muslimin karena kemuliaan akhlaqnya dan kejeniusan para cendekiawannya. Berbagai cabang ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat di dunia Islam. Mulai dari fisika, biologi, astronomi, matematika, sampai ilmu teknik sipil dan arsitektur.

Peradaban Islam pernah menjadi kiblat dan panutan bagi bangsa-bangsa Eropa dan Asia. Buku-buku ilmu pengetahuan dari ilmuwan Islam banyak menjadi rujukan bagi ilmuwan Eropa dan Asia. Sebut saja misalnya Al Khawarizmi yang pertama kali merumuskan algoritma yang kemudian menjadi dasar bahasa pemrograman komputer di era kita saat ini. Lalu ada Ibnu Batutah, Al Biruni, Ibnu Sina, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Kehidupan masyarakat muslim yang rukun meski berbeda-beda ras dan suku bangsa, yang aman, selalu bersih, rapi, disiplin, dan sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang universal membuat Islam cepat diterima bahkan di Eropa (Andalusia/Spanyol). Hal ini juga membuat bangsa-bangsa lain iri dan berusaha untuk menaklukkan negeri-negeri yang telah dikuasai oleh Islam.

Perlahan-lahan kehidupan kaum muslimin yang tertib dan indah itu mulai mengalami degradasi seiring semakin meluasnya wiliayah kaum muslimin yang jatuh ke tangan penjajah Eropa. Sisa-sisa praktek akhlaq mulia dalam kemasyarakatan hanya bisa ditemui pada lingkup kecil dalam sekelompok kecil masyarakat atau pada keluarga-keluarga muslim. Tetapi secara luas telah kalah oleh pengaruh budaya bangsa yang menguasai negeri tempat tinggal mereka.

Di masa ini banyak negara-negara yang penduduknya mayoritas non muslim tetapi dalam kehidupan kesehariannya banyak mengikuti ajaran Islam dalam memberlakukan nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Misalnya dalam hal kedisipilinan, warga negara Singapura dan Jepang jauh lebih disiplin daripada orang Indonesia yang mayoritas muslim. Dalam hal hidup bersih juga begitu. Dalam hal menuntut ilmu (budaya membaca,menulis, dll) juga negara-negara berpenduduk mayoritas muslim kalah dengan negara seperti Jerman, Jepang, Australia, dll.

Sampai-sampai Muhammad Abduh yang merupakan seorang filsuf asal Mesir pernah berkata yang kurang lebih begini : “ Saya mudah menemukan Islam di Prancis tetapi sulit menemukan muslim”. Tentu Islam yang dimaksud bukanlah Islam yang harus terpenuhi syarat dan rukunnya, tetapi Islam dalam artian tatanan kehidupan masyarakat yang aman, tertib, dan bersih yang memang sebenarnya adalah bagian dari ajaran Islam tetapi pada masa itu –dan sampai pada masa ini- tidak dijumpai di negeri-negeri berpenduduk mayoritas muslim.

. Fakta bahwa bahwa banyak orang Islam yang tidak membuang sampah pada tempatnya, menyela antrean, melanggar ketertiban umum, tidak hidup bersih, korupsi, dll — memang membuat  kita harus berbenah diri. Akan tetapi, kelemahan yang ada pada umat Islam itu tersebut tidak perlu dijadikan alasan untuk bersikap inferior. Toh, yang menjalankan Islam itu kita, bukan mereka (negara-negara Eropa dll).

Tidak perlu juga sampai berkesimpulan bahwa mereka lebih Islami dari kita seperti kesimpulan beberapa peneliti yang tentu saja banyak keterbatasan ruang lingkup dalam penelitiannya. Sebab, jika memang bermental inferior, maka tidak ada gunanya kita mendiskusikan tentang kebangkitan umat. Kalau dari diri sendiri saja sudah goyah, bagaimana dalam konteks yang lebih luas?

Kita harus bangkit dan menunjukkan pada dunia bahwa praktek kehidupan  yang tertib, aman, bersih, dst itu adalah ajaran Islam yang mereka temukan dari kita di saat kita kehilangan praktek-praktek itu dari kehidupan kita. Adanya orang-orang di luar Islam yang mempraktekkan “kehidupan Islami” itu seharusnya memotivasi ummat Islam untuk melakukan hal serupa atau lebih baik lagi karena hal itu sebenarnya merupakan ajaran Islam.

Wallaahul Musta’an.

 

Source Image : Credit from https://cdn.brilio.net/news/2018/08/21/150767/750xauto-tamparan-bagi-indonesia-suporter-jepang-punguti-puntung-rokok-di-ag-180821l.jpg

Komentar

Tulis Komentar