Jangan Habiskan Energi untuk Cinta yang Tak Pasti

Other

by Kharis Hadirin

Suoro angin... Angin sing ngeridu ati

Ngelingake sliramu sing tak tresnani

Pengen nangis... Ngetokke eluh neng pipi

Suwe ra weruh senajan mung ono ngimpi

Begitulah ungkapan pilu yang menyayat hati dari sebuah penggalan lagu berjudul ‘Banyu Langit’ karya sang maestro ‘Lord’ Didi Kempot.

Bagi banyak orang, lagu tak sebatas kawan penghibur dalam kesepian, namun juga sebagai ungkapan akan keresahan hati.

Tentang hati yang terluka, setelah ribuan janji indah terucap manis dari bibir seorang wanita terkasih. Lalu tanpa dinyana, janji-jani manis itu menguap. Layaknya kentut yang hanya menyisakan bau tanpa meninggalkan wujudnya.

Mungkin saja kita bisa berdamai dengan cinta jika rasa yang telah terbina harus pupus karena terhalang restu orang tua.

Atau barangkali karena persoalan isi tabungan cekak sementara si gadis kebelet kawin, sehingga dengan terpaksa kita harus mengikhlaskan ke pangkuan lelaki lain yang terlanjur tajir melintir.

Tapi bagaimana jika tanpa angin, mendung dan hujan, tiba-tiba si cinta memilih bergandengan tangan lain yang bukan milik kita. Pasti, kata pisuhan saja tak cukup untuk mendefinisikan bagaimana remuknya perasaan ini. Kalau perlu, ingin rasanya ngeremus pecahan kaca.

Sedari awal, cinta itu memang misteri. Penuh dengan ambiguitas. Terkadang, orang yang sudah pacaran sejak masih duduk di bangku SD hingga kuliah saja belum tentu berlanjut ke pelaminan.

Lebih nggaple’i lagi, ada yang hanya karena senggolan di pasar tanpa sengaja, bisa berujung pada pelaminan.

Lebih-lebih zaman masa kini, nyari pasangan tak perlu lagi titip doa lewat ibu-ibu yang hendak berangkat haji, atau datang ke rumah seorang kyai berharap dijodohkan sama santriwati. Cukup lewat Tinder, siapa pun bisa memilih jenis pasangan yang dikehendaki.

Karenanya, usah bersedih hati ketika cinta yang diperjuangkan harus bertepuk sebelah kaki.

Sakit itu memang ada meski tak muncul luka, namun ia erasa begitu menghunjam di hati. Jika demikian, maka bersenandunglah dalam hati.

Daripada sakit hati, lebih baik sakit gigi ini biar tak mengapa. Rela… rela rela aku relakan

Dengan bersenandung atau mendengarkan orang lain bernyanyi tentang kesedihannya mampu meneduhkan hati, sehingga kesedihan yang kita rasakan bisa terbagi.

Sebab ada perasaan-perasaan ambigu yang membuat lagu sedih dengan bahasa apapun nyaman untuk dinikmati.

Dan pada akhirnya, cara yang terbaik untuk menyikapi sebuah keinginan serta harapan yang rapuh dan patah adalah bersabar dan mencoba mengikhlaskannya.

JANJJIIIIIIIIIIINEEEEEEEEEEEEEEEE…

 

SUMBER ILUSTRASI: https://cdn.pixabay.com/photo/2019/02/15/11/04/book-3998252_960_720.jpg

Komentar

Tulis Komentar