Pelajaran Di Balik Krisis Covid-19 di India

Other

by Arif Budi Setyawan

India menjadi pusat perhatian dunia sejak pertengahan April yang lalu. Pasalnya terjadi peningkatan kasus pasien terkonfirmasi virus Covid-19 yang luar biasa setiap harinya. Mencapai rekor kenaikan harian tertinggi pada 30 April yang lalu yang mencapai 401.000 lebih. Konon ini memecahkan rekor kenaikan harian tertinggi di seluruh dunia.


Krisis India ini tentu mengkhawatirkan semua pihak. Apalagi kemudian ditemukan bahwa ada 17 varian virus Covid-19 baru yang muncul di India. Vaksin yang dibuat untuk varian yang sudah ada sebelumnya saja belum tuntas diformulasikan, kini sudah bertambah varian baru lagi sebanyak itu.


Tentu saja semua pihak pantas khawatir. Termasuk pemerintah Indonesia. India yang kasus terkonfirmasi Covid-19 nya sempat melandai di bulan Februari hingga awal Maret bisa tiba-tiba meroket secepat itu gara-gara masyarakatnya abai dari penerapan protokol kesehatan. Oleh karena itu kebijakan larangan mudik dan pengetatan protokol kesehatan diharapkan bisa mencegah terjadinya lonjakan kasus seperti di India.


Solidaritas Kemanusiaan di Balik Krisis India


Kota-kota besar di India menjadi saksi bagaimana rumah sakit di India kewalahan menangani pasien corona. Puluhan ambulans harus mengantre berjam-jam untuk mengantar pasien corona. Rumah sakit semua penuh. Belum lagi kurangnya pasokan oksigen yang menjadi kebutuhan paling urgen dalam penanganan pasien Covid-19. Krisis di India benar-benar sangat mengkhawatirkan.


Namun sisi kemanusiaan tak surut meski India berada di tengah krisis kesehatan. Orang-orang seperti Pyare Khan dari Nagpur, sebuah kota di negara bagian Maharashtra, memberanikan diri untuk membantu pemerintah India melawan gelombang kedua pandemi.


Mengutip dari laman CNN Indonesia, Khan yang merupakan seorang jutawan muslim dilaporkan mengucurkan anggaran hampir USD135 ribu atau sekitar Rp1,9 miliar untuk mengirimkan 400 metrik ton oksigen cair ke rumah sakit pemerintah di dalam dan sekitar kota.


"Kota saya dalam masalah dan saya memiliki sumber daya. Jadi saya memobilisasi kapal tanker kriogenik dan oksigen dari berbagai negara bagian untuk mendukung kota," kata Khan.


"Agama mengajari kita untuk berbelas kasih. Saya pikir saya harus mendukung orang-orang di saat-saat krisis ini," imbuh Khan.


Khan juga mendesak orang lain untuk membantu dengan menyumbang sesuai kemampuan di tengah kondisi gelombang lonjakan kasus corona seperti saat ini.


"Kain kafan tidak memiliki saku. Kita meninggalkan semuanya saat kita mati," ujar Khan.


Di berbagai tempat lain, umat muslim India juga merelakan masjid-masjid mereka dialihfungsikan menjadi tempat penampungan pasien Covid-19, baik untuk keperluan isolasi maupun untuk perawatan.


Apa yang dilakukan oleh Pyare Khan yang menyumbangkan hartanya dalam jumlah besar untuk membantu pemerintah India dalam mengatasi krisis ini sangat patut dijadikan contoh. Seorang muslim yang terpanggil untuk membantu pemerintah yang seringkali melakukan diskriminasi terhadap umat muslim India. Dia tidak peduli dengan itu. Ia lebih peduli dengan kemanusiaan. Mungkin menurutnya diskriminasi itu adalah dosa pemerintah, tapi menolong sesama adalah kewajiban yang diajarkan agamanya.


Begitu juga umat muslim India yang merelakan masjid-masjid mereka dijadikan tempat penampungan pasien Covid-19 yang terus bertambah setiap harinya. Mereka menyingkirkan segala sakit hati akibat diskrimanasi yang mereka alami selama ini. Fokus pada persoalan kemanusiaan yang terjadi. Saat ini semua menghadapi resiko yang sama di hadapan serangan virus Covid-19. Semuanya sama-sama susah. Dan semuanya harus bekerjasama agar bisa bertahan dan keluar dari krisis ini.


Semoga krisis di India dan pendemi Covid-19 ini segera berakhir. Tetap jaga kesehatan kita dan orang-orang yang kita sayangi dengan selalu menerapkan protokol kesehatan. Selamat menyambut datangnya Idul Fitri.



Ilustrasi: pixabay.com

Komentar

Tulis Komentar