3 Hal Ini Harus Dihindari di Media Sosial agar Tak Jadi Toxic

Other

by Rizka Nurul

Media sosial memiliki peran penting dalam meningkatkan silaturahmi. Kemampuannya untuk dapat mempertemukan orang secara online menjadi sangat efektif pada masa-masa pandemi seperti ini. Meskipun demikian, belakangan media sosial justru dianggap buruk dan cenderung toxic.

Oleh karena itu, pengguna media sosial sebaiknya tidak menyerahkan sepenuhnya pada sistem. Mereka harus mengetahui fungsi dan fitur pada setiap jenis media sosial, agar tidak terjebak dalam alogaritma.

Lalu, pada kondisi seperti apakah media sosialmu sudah menjadi toxic? Ruangobrol.id merangkum 3 tanda-tandanya:

  • Tidak Mengecek Informasi


Besar kemungkinan bahwa berita yang berseliweran di media sosial itu tidak sepenuhnya benar. Selalu saja ada pihak yang memanipulasi informasi, memotong-motong informasi, dan bahkan memproduksi hoax atau berita bohong.  Lebih parahnya, para netizen justru membagikan informasi-informasi itu secara spontan tanpa mengecek kembali kebenarannya.

Oleh karena itu, pastikan kita melakukan cek dan ricek dari berita apapun yang ada di media sosial. Jangan membagikan berita yang belum jelas kebenarannya. Kita harus berhati-hati, karena membagikan berita bohong juga dapat terjerat UU ITE.

Selain itu, kita harus memastikan bahwa sumber-sumber dari informasi yang diterima berasal dari sumber terpercaya. Pengguna media sosial dapat menggunakan platform pengecekan informasi seperti jabarsaberhoax atau cek fakta tempo untuk melakukan verifikasi. Ingat, pertemanan tidak lantas menjadikan seseorang terpercaya dalam memberikan informasi di dunia maya.

  • Membandingkan dengan Orang Lain


Media sosial bisa menjadi sangat toxic ketika kita terus membandingkan apa yang kita punya dengan unggahan orang lain. Padahal, unggahan tersebut belum tentu keadaan yang sebenarnya. Saat ini, tidak jarang orang-orang mengunggah sesuatu yang ternyata bukan miliknya dengan tujuan untuk mendapatkan banyak tanggapan dari pengguna lain.

Perilaku membanding-bandingkan ini akan membawa dampak buruk bagi diri sendiri. Salah satunya adalah memicu depresi. Kita akan sulit bersyukur dan selalu merasa berkekurangan. Akan lebih memprihatinkan lagi jika upaya membanding-bandingkan ini dilakukan dengan menguntit melalui akun palsu. Dampaknya, kita akan sulit mengakui potensi diri dan cenderung merasa hidup sia-sia. Jadi, jangan bikin medsosmu toxic ya!

  • Menghujat


Fakta menyedihkan tentang media sosial saat ini adalah berubahnya ruang bertukar informasi itu menjadi media hujat. Haters atau para pembenci semakin sering muncul. Mereka berlomba-lomba memberikan ucapan paling menyakitkan para orang-orang yang mereka anggap berbeda. Padahal semua orang tentu paham bahwa menghujat bukan hal yang baik.

Menghujat ini bisa berdampak buruk bagi si penghujat dan juga korban hujatannya. Secara psikologis, kita akan sulit menerima hal-hal yang tidak disukai. Ketika menghujat sudah menjadi kebiasaan, kita akan cenderung melihat kekurangan (sisi yang bisa dihujat) dari orang lain daripada sisi baiknya.

Dampak buruk pada korban atau objek hujat tentu lebih mengerikan. Sudah banyak berita yang mengabarkan soal bunuh diri dari korban online shaming. Tentu kita tidak mau ikut bertanggung jawab atas hilangnya nyawa seseorang bukan? Jadi yuk hindari menghujat di dunia maya.

Komentar

Tulis Komentar