Sinergi Densus 88 dengan Beberapa Stakeholder dalam Penanganan Terduga Teroris Lampung Tengah (1)

Other

by Arif Budi Setyawan

[caption id="attachment_14002" align="alignnone" width="768"] Arif Budi Setyawan.[/caption]

Penangkapan terduga teroris dari kelompok Jamaah Islamiyah (JI) di Lampung Tengah pada 11-12 April 2023 yang lalu telah mengejutkan banyak pihak. Semua pihak selain Densus 88 rata-rata tidak menyangka ada markas kelompok teroris di area perbukitan di kawasan perbatasan antara Kabupaten Pringsewu dan Kabupaten Lampung Tengah.


Penangkapan yang diwarnai aksi baku tembak itu menyimpan beberapa fakta menarik di lapangan yang belum terungkap ke publik. Ruangobrol.id mendapatkan beberapa informasi eksklusif dari pihak Densus 88 karena keterlibatan saya sebagai peneliti dan aktivis dari KPP yang membantu Densus 88 Satgaswil Lampung dalam melakukan pembinaan terhadap eks anggota Jamaah Islamiyah (JI) di lapangan.


Informasi yang akan disampaikan dalam tulisan adalah salah satu bentuk pencapaian positif Densus 88 Satgaswil Lampung yang menurut kami perlu diketahui oleh publik. Yaitu tentang bentuk sinergi Densus 88 dengan berbagai pihak dalam penanganan terduga teroris yang ditangkap di Lampung Tengah.


Kronologi Penangkapan Terduga Teroris Lampung Tengah


Sebelum membahas bentuk sinergi antara Densus 88 dengan beberapa stakeholder, perlu kami sampaikan kembali kronologi kejadian penangkapan terduga teroris Lampung Tengah pada 12 April 2023 yang lalu. Kali ini kami mengutip dari cuitan dari akun Twitter @Islah_Bahrawi.


Densus 88 AT Polri pada 11-12 April 2023 melakukan upaya penangkapan terhadap 6 orang tersangka teroris di wilayah perbatasan kabupaten Lampung Tengah dan Pringsewu, Lampung. Dari 6 tersangka tersebut, 2 orang tewas dan 4 orang berhasil ditangkap hidup-hidup.


Rangkaian penegakan hukum diawali dengan upaya penangkapan terhadap tersangka Pandu alias Jarwo pada hari Selasa, 11 April 2023 pukul 18.30 WIB. Kemudian pada hari berikutnya 12 April 2023 pukul 05.30 WIB dilakukan penangkapan terhadap 4 tersangka lainnya yaitu Zulkifli Kurniawan, Hendra alias Nanto Bojel, Aslam Mu’arif, dan Khoirul Ihsan alias Asep. Kemudian masih pada hari yang sama pukul 15.00 WIB, dilakukan penangkapan terhadap Ngaderi alias Budi Anduk.


Dalam rangkaian penegakan hukum tersebut, tersangka atas nama Ngaderi alias Budi Anduk dan Zulkifli Kurniawan melakukan perlawanan kepada petugas menggunakan senjata api M16 dan senjata api rakitan, sehingga keduanya terpaksa dilakukan tindakan tegas dan terukur yang mengakibatkan keduanya meninggal dunia.


Upaya Persuasif Sebelum Penangkapan


Keberadaan kelompok terduga teroris dari kelompok JI di kawasan perbatasan Lampung Tengah dan Pringsewu itu sebenarnya sudah terendus sejak dua tahun sebelum penangkapan. Selama periode itu Densus 88 telah melakukan beberapa penangkapan terduga teroris dari kelompok JI di Lampung. Dari penangkapan-penangkapan itu ditambah hasil pantauan di lapangan, diperoleh keterangan dan bukti-bukti yang menguatkan bahwa kelompok yang bersembunyi di hutan itu menyimpan banyak senjata api, baik yang rakitan maupun organik sisa konflik yang melibatkan kelompok JI di masa lalu.


Sebelum melakukan operasi penegakan hukum pada 11-12 April 2023 itu, Densus 88 telah melakukan beberapa kali upaya persuasif melalui keluarga salah satu terduga teroris. Densus melibatkan tokoh pimpinan wilayah salah satu ormas Islam provinsi Lampung untuk meminta orang tua dari Zulkifli Kurniawan agar membujuk anaknya untuk menyerahkan diri baik-baik. Kebetulan ayah Zulkifli merupakan salah satu tokoh ormas Islam di daerah itu.


Harapannya Zulkifli bisa mempengaruhi anggota kelompoknya yang lain agar ikut menyerahkan diri, sehingga memudahkan proses hukum dan penanganan keluarga mereka. Hal ini dikarenakan kelompok Zulkifli ini membawa serta keluarganya (termasuk anak-anak) untuk ikut tinggal di tempat persembunyiannya. Tapi kenyataannya Zulkifli malah terpantau semakin menjauh dari keluarga.


Maka, setelah melakukan kajian matang, termasuk bagaimana menangani keluarga yang ikut di tempat persembunyian dan strategi penangkapan yang meminimalisir korban, akhirnya diputuskan untuk dilakukan operasi penegakan hukum terhadap kelompok Zulkifli. Di mana akhirnya Zulkifli termasuk yang melakukan perlawanan dengan senjata api sehingga harus dilakukan tindakan tegas terukur yang mengakibatkan dirinya meninggal dunia.


Alhamdulillah, operasi berjalan lancar dan tidak ada korban selain dari para terduga teroris yang hendak ditangkap. Meskipun ada anggota Densus 88 yang terluka terkena tembakan dari Zulkifli.


Persolan selanjutnya adalah: ada beberapa perempuan dewasa dan belasan anak-anak yang ikut tinggal di tempat persembunyian itu. Dan mereka ini menyaksikan peristiwa baku tembak yang menewaskan dua terduga teroris. Mereka ini tentu perlu mendapatkan rehabilitasi mental dan pendampingan psikologis.


Lalu stakeholder mana saja yang akan dilibatkan untuk proses rehabilitasi keluarga para terduga teroris itu?


(Bersambung)

Komentar

Tulis Komentar