MY ACTIVITIES : Memetakan Potensi Para Aktivis Online

Other

by Arif Budi Setyawan

MY ACTIVITIES :  Memetakan Potensi Para Aktivis Online

Setelah teman-teman online saya semakin banyak, saya pun mulai meningkatkan level aktivitas online saya dengan mencoba memetakan potensi mereka masing-masing. Potensi yang bagaimana yang bisa didapat dari mereka dan bagaimana caranya ? Bagaimana memanfaatkannya ? Hahaha… awalnya terdengar aneh, bagaimana bisa potensi seseorang ditemukan melalui jejak-jejak digital media sosial mereka ?

Awalnya saya tidak terlalu memikirkan hal itu, tapi rasa ingin tahu dan semangat untuk melanjutkan ‘eksperimen menghidupkan jihad’ membuat saya ingin terus mencoba sesuatu yang baru.

Saya memulainya dengan mencoba menelusuri siapa orang yang berada di balik bebrapa akun kepada teman offline saya yang kebetulan juga aktif di online. Dari komentar-komentar akun yang menjadi target penelusuran pada postingan teman offline saya, saya menyimpulkan bahwa teman offline saya mengenal orang-orang itu.

Dari situ saya bisa memverifikasi beberapa orang meskipun saya tidak mengenalnya secara langsung, setidaknya saya tahu latar belakang mereka dan bisa meminta pendapat atau rekomendasi dari teman offline saya jika suatu saat saya berurusan dengan akun-akun itu. Berurusan dengan akun-akun itu misalnya jika akun-akun itu memposting atau berkomentar seuatu yang ekstrim atau sesuatu yang menggambarkan tentang aktivitas sehari-harinya, di mana saya ingin memverifikasinya, maka saya akan meminta bantuan teman offline saya itu.

Saya yakin mereka juga melakukan hal yang sama untuk memverifikasi akun saya ketika mereka perlu melakukannya dengan bantuan teman offline yang telah mengenal saya. Dari orang-orang yang akunnya telah saya verifikasi dengan cara itu saya mendapati akun-akun lain yang dikenal oleh orang-orang yang telah saya verifikasi itu. Begitulah jaringan pertemanan dengan orang-orang yang sepemikiran berkembang di media soisal di masa itu.

Akhirnya terciptalah sebuah komunitas yang saling mengenal dan saling percaya di media sosial meskipun belum pernah bertemu langsung atau saling mengenal sebelumnya.

Selanjutnya bagaimana menemukan potensi mereka berdasarkan jejak digital ?

Saya memulainya dengan memperhatikan setiap potingan mereka terkait aktivitas sehari-harinya dan suasana hatinya. Anda pasti sudah sangat mafhum bahwa kebanyakan pengguna media sosial suka curhat di media sosial mereka.

Di antara mereka ada yang memposting tentang pekerjaan mereka, pengajian yang mereka ikuti, habis melakukan perjalanan kemana, dst. Ada yang memposting aktivitas sehari-harinya, misalnya suka mendengarkan nasyid, berlatih beladiri, nonton film atau video jihad, atau bahkan ada yang pernah saya jumpai masih sesekali mendengarkan lagu-lagunya Coldplay dan yang sejenisnya. Dia memposting hal itu dengan caption :” masih belum bisa sepenuhnya move on dari kebiasaan masa lalu”. Padahal dari postingan dan komentar pada konten berbau jihad atau yang terkait ‘eksperimen menghidupkan jihad’ ia saya anggap termasuk kategori pendukung.

Ada juga yang saya dapati bahwa ia ternyata adalah seorang PNS meskipun di media sosial ia selalu menyatakan bahwa pemerintah negeri ini sebagai thaghut. Jadi, tidak semua pendukung ‘eksperimen menghidupkan jihad’ di Indonesia adalah orang yang benar-benar 100% sesuai dengan pernyataannya di media sosial, tidak semua merupakan orang yang benar-benar 100 % ‘ekstrim’. Artinya, ada beberapa faktor lain yang membuat seseorang itu nampak ‘ekstrim’ dan garang di media sosial.

Ada juga yang saya dapati merupakan seorang dokter, seorang pengusaha, seorang karyawan swasta, seorang pekerja serabutan, seorang mahasiswa, dan bahkan status sesorang yang –maaf- menjanda atau menduda. Dan yang lebih mengejutkan lagi ada yang saya ketahui merupakan pemain lapangan yang sedang DPO. Saya mengetahuinya berawal dari postingannya yang seperti kalimat curhat. Salah satunya seperti ini : “ karena lebih takut pada manusia, seseorang lalu menelantarkan seorang mujahid”, dan beberapa postingan dengan kalimat sejenis. Saya kemudian menelusurinya dan akhirnya saya dapatkan info yang valid bahwa ia adalah seorang DPO.

Semua data dan informasi itu bisa saya ketahui dengan mengkombinasikan cara-cara offline dan online.

Nah, dari data-data dan informasi itu saya memperoleh gambaran mengenai apa yang bisa dilakukan oleh semua aktivis online dalam rangka mendukung ‘eksperimen menghidupkan jihad’ di Indonesia, baik yang berhubungan dengan offline maupun yang hanya sekedar online.

Penasaran akan hal itu atau pengin tahu banget ? Hehehe… Nantikan kisah selanjutnya dalam episode mendatang.

(Bersambung, In sya Allah)

Komentar

Tulis Komentar