Pentingnya Support System untuk Kesehatan Mental

Other

by Febri Ramdani

Psikolog dan profesional kesehatan mental lainnya sering mengatakan, support system yang kuat adalah hal yang penting untuk dimiliki.

Namun, apa hal itu didapatkan setiap orang? Tentu tidak.

Beberapa waktu belakangan ini saya mengingat kembali hal-hal yang berhubungan dengan support system yang ada di dalam kehidupan seorang anak muda.

Sedari kecil sampai menginjak usia remaja, hari-harinya selalu dipenuhi dengan semangat yang cukup tinggi dalam belajar hal baru dan berososialisasi dengan lingkungan sekitar.

Namun, semenjak perpisahan yang terjadi antara kedua orangtuanya, secara perlahan semangat-semangat tersebut mulai berkurang dan berpengaruh terhadap kesehatan mentalnya. Ruang gerak serta support system pun berkurang.

Sampai puncaknya terjadi saat seseorang ini memasuki masa SMA. Di mana pihak keluarga mulai mendalami agama dengan cara dan metode yang menurut perspektif mereka itu tepat.

Hal itu akhirnya berdampak cukup negatif terhadap seorang anak muda labil di tengah masa-masa bergejolaknya rasa ingin tahu mengenai dunia ini.

Beberapa hal negatif tersebut contohnya adalah pembatasan sosialisasi dengan teman-teman sebaya dan anggapan tidak terlalu pentingnya mempelajari kurikulum pendidikan di sekolah.

Padahal, hal-hal tersebut sangat berperan aktif dalam pembentukan karakter, rasa percaya diri, skill (kemampuan) dalam kehidupan. Eksplorasi mendalam akan ilmu dan wawasan yang luas bisa menjadi bekal penting seseorang saat menginjak usia dewasa nanti untuk bersaing di dunia yang penuh dengan berbagai macam “absurditasnya”.

Hasil yang dituai saat seseorang kurang mendapatkan support system di masa mudanya adalah kurang bisa bertahan menghadapi situasi maupun kondisi yang sulit. Pola pikir kritis, daya juang, serta semangat pun seakan hanya sebagai kenangan semata. Karena “penghancuran” mentalitasnya dilakukan oleh orang-orang yang seharusnya menjadi support system di circle terdekat orang tersebut.

Hal lain juga bisa terjadi dengan individu yang memiliki orang tua maupun circle terdekat yang cukup overprotective. Dikarenakan keinginan untuk menjadikan si individu tersebut sukses dan berhasil dalam menjalani kehidupan, orang-orang di circle terdekat itu memanfaatkan otoritasnya dalam mengatur kehidupan si individu tanpa adanya diskusi secara interaktif (person to person).

Hasil yang didapat saat kurangnya support system maupun dukungan toxic yang terlalu overprotective adalah terganggunya kesehatan mental si individu tersebut.

Tindakan preventive tentu sangat perlu untuk dilakukan karena melihat banyaknya orang-orang yang mendapatkan perlakuan tersebut.

Bukan tidak mungkin, keteledoran kita terhadap individu terdekat baik itu, adik, anak, sepupu, sahabat ataupun teman pun bisa menjadi pemicu untuk mereka melakukan hal-hal melenceng di luar norma-norma kehidupan yang tentunya bisa merugikan diri sendiri maupun orang lain. Sebabnya, rusak dan tertekannya kesehatan mental mereka.

 

Komentar

Tulis Komentar