Menjaga Kebersihan Lingkungan Sebagai Bukti Cinta

Other

by Arif Budi Setyawan

Fenomena sampah terutama sampah plastik yang mencemari sungai dan laut kita sepertinya sudah semakin akrab dijumpai di mana-mana. Seakan-akan telah menjadi ‘jargon baru’, sungai atau laut tanpa sampah ibarat taman tanpa bunga. Sehingga gerakan cinta lingkungan seakan hanya menjadi jargon kosong belaka.


Saat ini kita sangat sulit dan semakin sulit menemukan sungai yang bersih dari sampah. Barangkali hanya sungai yang ada di tengah hutan atau pegunungan saja yang masih bersih. Begitu melewati perkampungan apalagi perkotaan, maka hampir dapat dipastikan sungai itu mulai tercemari oleh sampah.


Jika hanya limbah buangan air dari rumah tangga dan lingkungan yang masuk sungai, itu masih bisa dimaklumi karena memang sungai itu menjadi muara dari selokan-selokan yang ada. Tapi ketika yang masuk ke sungai adalah sampah plastik yang tidak bisa terurai, hal itu tentu akan membuat sungai dan laut kita menjadi tidak cantik lagi.


Memang dalam masalah sampah, manusia itu cenderung tidak mau kontak terlalu lama. Inginnya cepat terbuang, cepat terlepas dari gangguan sampah. Pekerjaan yang terkait dengan sampah biasanya juga menjadi pekerjaan yang sepi peminat.


Lihat saja para tukang sampah yang berkeliling di komplek perumahan untuk mengambili sampah, atau para tukang sapu di taman-taman dan jalanan kota, kebanyakan mereka adalah orang-orang tua. Jarang sekali ada anak muda yang menekuni pekerjaan itu.


Orang-orang yang terpelajar, kaya, dan punya jabatan, seringkali memiliki perilaku yang sama saja jika sudah terkait urusan sampah. Ketika saya jogging bersama anak saya di jalan besar yang melewati kampung kami, seringkali melihat orang yang membuang sampah dari dalam mobil yang cukup bagus.


Biasanya mereka melemparkan begitu saja kantong plastik besar berisi sampah ke arah semak-semak yang menjadi ‘pagar’ antara area ladang penduduk dengan jalan raya. Tapi yang paling sering kami lihat adalah dibuang dari atas jembatan yang melintasi sungai.


Mungkin mereka pikir pagi hari itu sepi, jadi tidak mengapa buang sampah di tempat-tempat itu. Anak sulung saya sampai pernah berkomentar : “Itu orang mana ya Bi jauh-jauh naik mobil untuk buang sampah di wilayah sini ? Apa mereka tidak punya tempat pembuangan sampah?”


Saya jawab, “Mungkin mereka itu orang yang sedang dalam perjalanan jauh, lalu sampah di mobil sudah menumpuk sehingga perlu dibuang. Maka dibuanglah sampah mereka itu di situ,”


Perilaku membuang sampah sembarangan itu mencerminkan kepribadian. Menurut saya orang yang suka membuang sampah sembarangan adalah orang-orang yang mau enaknya sendiri, tidak memikirkan kesusahan orang lain akibat sampah yang ia buang.


Padahal jika mau berpikir lebih jauh, jika dirinya terganggu dengan sampahnya sendiri dan tidak suka berlama-lama bersama sampah, maka orang lain pun merasakan hal yang dengan yang ia rasakan. Lalu mengapa ia tega membuang sampah sembarangan ?


Mencintai sesama bisa dimulai dengan tidak membuang sampah sembarangan yang mengganggu lingkungan dan kenyamanan orang lain. Bukankah jika lingkungan kotor, sungai dan laut tercemar, dampaknya akan dirasakan oleh banyak orang ?


Mulai sekarang, stop buang sampah sembarangan, kurangi penggunaan plastik, dan jaga kebersihan lingkungan, demi cinta kita kepada sesama dan anak cucu kita nanti. Jangan bilang cinta tapi tidak ada bukti. Buktikan dengan mulai menjaga kebersihan lingkungan.


SUMBER ILUSTRASI: Pixabay.com

Komentar

Tulis Komentar