Masa Remaja Yang Penuh Warna (4)

Other

by Arif Budi Setyawan

Pasca terjadinya serangan WTC 11 September 2001, di kalangan para aktivis ramai membicarakan serangan itu. Kebanyakan dari mereka tidak percaya bahwa itu dilakukan oleh kelompok Al Qaidah –sebagaimana klaim Amerika dkk- dan menuduh itu adalah sebuah konspirasi besar untuk melegalkan perang melawan terorisme ke seluruh penjuru dunia.


Saya sebagai orang yang pernah membaca buku-buku karya Syaikh ‘Abdullah ‘Azzam, di mana beliau selalu menekankan bahwa Amerika adalah pelindung Yahudi dan mengetahui bahwa Syaikh Usamah bin Ladin adalah salah satu murid beliau, langsung yakin bahwa pelakunya adalah kelompok Al Qaidah. Meskipun saya belum mengerti alasan strategis dan tujuannya, tapi saya sangat yakin itu dilakukan oleh Al Qaidah. Dan hal ini sedikit banyak membuat saya bangga karena sekelompok kecil dari ummat ini ada yang berhasil menyerang Amerika di negerinya sendiri.


Beberapa bulan pasca serangan WTC itu saya berkesempatan berdiskusi dengan salah satu ustadz ‘jaringan pesantren saya’ yang dianggap senior. Di situlah sang ustadz menjelaskan tentang betapa heroiknya para pelaku serangan itu dan betapa hebatnya mereka yang bisa menembus keamanan negara adidaya yang selama ini mengklaim sebagai super power dan polisi dunia. Dongeng keamanan negara Amerika yang konon begitu hebat mendadak luluh lantak bersama hancurnya simbol ekonomi dan keamanan mereka oleh serangan 11 September itu.


Selanjutnya sang ustadz juga menjelaskan analisanya mengapa Amerika yang menjadi target serangan. Menurutnya Amerika adalah pemimpin dari aliansi Yahudi-Nasrani yang selama ini menghegemoni seluruh dunia Islam dan banyak melahirkan kebijakan-kebijakan yang merugikan kaum muslimin. Jadi serangan itu adalah aksi pembelaan terhadap nasib kaum muslimin sekaligus aksi penghukuman terhadap tindakan Amerika yang banyak menzhalimi ummat Islam. Selain itu, beliau juga menyampaikan bahwa  Syaikh Usamah bin Ladin pernah bersumpah yang isinya kurang lebih:


“ Demi Allah Yang Maha Agung, yang meninggikan langit tanpa tiang : Amerika dan orang-orang yang hidup di Amerika tidak akan merasakan aman sebelum kami merasa aman di Palestina dan sebelum tentara kafir keluar dari jazirah Muhammad Rasulullah SAW…Allahu Akbar, kejayaan milik Islam”


Mendengar penjelasan beliau, saya semakin mantap meyakini bahwa aksi serangan 11 September itu adalah aksi para mujahidin dan membenarkan bahwa itu adalah sebuah aksi pembelaan dan penghukuman yang sangat brilian. Menyerang Amerika tepat di jantungnya adalah suatu prestasi luar biasa. Tidak ada negara yang bisa menyerang Amerika, tetapi sekelompok kecil ummat Islam bisa melakukannya.


Pada saat itu sama sekali tidak terpikirkan oleh saya tentang korbannya karena yang ditekankan oleh sang ustadz adalah esensi dari serangan itu yaitu sebagai aksi pembelaan dan penghukuman itu. Demikian pula ketika saya membaca buletin-buletin yang beredar di internal kami yang membahas tentang serangan 11 September itu, semua menguraikan sisi heroiknya tanpa membahas lebih jauh tentang korbannya.


Pernah ada sedikit  bahasan tentang korbannya yang menyatakan bahwa korban serangan itu adalah sebuah keniscayaan dari sebuah aksi seperti itu, dan seandainya ada muslim yang menjadi korban maka itu adalah korban ketidaksengajaan karena targetnya adalah warga Amerika yang pasti mayoritas di tempat itu. Selain itu disebutkan pula bahwa warga sipil Amerika boleh menjadi target serangan sebagaimana Amerika menjadikan warga sipil sebagai target serangan seperti pada peristiwa Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki, atau ratusan ribu anak-anak Iraq dan Aghanistan yang mati karena embargo Amerika.


(Bersambung, In sya Allah)

Komentar

Tulis Komentar