Kisah Pendekatan Keluarga Napiter oleh Anggota Polresta Probolinggo

Other

by Arif Budi Setyawan

Sehari sebelum pelaksanaan kegiatan pelatihan yang diadakan Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP) di Kelurahan Pilang Kec. Kademangan Kota Probolinggo, saya bertemu dengan anggota Satuan Intelijen Keamanan (Sat Intelkam) Polresta Probolinggo. Hal itu perlu dilakukan sebagai salah satu prosedur KPP ketika melakukan kegiatan di suatu daerah terkait penanganan napiter. Kami harus berkoordinasi karena penanganan napiter dan keluarganya juga merupakan domain aparat keamanan.


Yang menarik ternyata anggota Sat Intelkam yang menemui saya sama-sama berasal dari Kabupaten Tuban, Jawa Timur, hanya beda kecamatan saja. Hal itulah yang membuat kami cepat akrab. Merasa berasal dari daerah yang sama dan saya jauh-jauh datang ke Kota Probolinggo untuk melakukan kegiatan yang menurutnya harus didukung oleh banyak pihak.


Siang itu sambil makan siang bersama, dirinya menceritakan pengalamannya dalam melakukan pengawasan dan pendekatan terhadap para keluarga napiter yang ada di wilayah Kota Probolinggo. Dari cerita-ceritanya itu saya mendapatkan banyak informasi terkait perkembangan ‘kelompok radikal’ yang ada di wilayah Kota Probolinggo. Yang paling menarik adalah tentang bagaimana ia berhasil menjalin hubungan yang baik dengan para keluarga napiter.


Menurutnya, selama ini di lingkungan Polresta Probolinggo hanya dirinya yang berani melakukan pendekatan ke keluarga napiter secara langsung. Dalam arti ia sering datang mengunjungi mereka ke rumahnya. Kawan-kawan anggota yang lain kebanyakan enggan melakukannya karena takut dan khawatir.


“Kawan-kawan saya itu takut dan khawatir nanti akan dijadikan target aksi teror yang mungkin saja akan dilakukan lagi oleh si napiter ketika bebas nanti,"  begitu tuturnya.


“Lalu apa yang membuat Mas tetap berani melakukannya di saat teman-teman Mas pada ketakutan,?” tanya saya penasaran.


“Saya melakukannya bukan semata-mata karena tugas saya sebagai aparat keamanan. Tapi lebih karena kewajiban sebagai sesama manusia, apalagi mereka ini sama-sama Muslim. Sudah menjadi kewajiban saya untuk saling membantu orang yang sedang kesulitan. Saya ikhlas melakukannya. Saya meyakini, perbuatan baik tidak akan menghasilkan keburukan. Soal nanti akan tetap jadi target kelompok teroris itu berarti sudah suratan takdir,” jelasnya mantap.


“Selama ini saya sudah membantu para keluarga napiter di wilayah Kota Probolinggo mengurus dokumen kependudukan, mengurus Surat Izin Mengemudi (SIM), dan mengunjunginya secara berkala dengan membawakan buah tangan yang saya beli dari kantong pribadi. Tanggapan mereka selama ini bagus, mau menerima bantuan dari saya. Tidak ada penolakan. Paling banter di awal-awal mereka sempat menolak berfoto dengan saya. Tapi belakangan sudah banyak yang mau berfoto,” lanjutnya.


Luar biasa. Apa yang telah ia lakukan itu sudah cukup bagus. Apalagi di antara aparat di lingkungan Polresta Probolinggo belum ada yang seberani dia. Hanya saja, menurutnya ada satu tantangan tersisa yang ia belum tahu bagaimana nanti akan menghadapinya.


Yaitu ketika si napiter itu sudah bebas. Belum tentu si napiter masih tetap akan mengizinkan keluarganya didekati oleh aparat keamanan seperti dirinya.


“Bagaimana jika napiternya sudah pulang kemudian melarang keluarganya dan tidak mau menemui saya, padahal selama ini hubungan sudah berjalan sedemikian baiknya? Saya patut khawatir Mas karena saya tidak mengetahui perkembangan dari napiter bersangkutan ketika di lapas,” tuturnya dengan intonasi gusar.


Menjawab kegundahan hatinya itu saya kemudian menjelaskan, “in sya Allah itu akan kita hadapi bersama-sama. Kami punya akses ke pejabat di lingkungan lapas terkait di mana kita bisa mendapatkan update perkembangan terakhir kondisi si napiter. Sehingga kita bisa menyiapkan langkah-langkah antisipasinya bersama-sama sebelum yang bersangkutan”.


Mendengar hal itu dirinya menyambut gembira kehadiran KPP dalam upaya penanganan mantan napiter dan keluarganya di wilayah Kota Probolinggo. Dan dia secara pribadi siap membantu semampunya kapanpun dibutuhkan.



Komentar

Tulis Komentar