SA Terduga Teroris yang Ditangkap Densus Berprofesi Dosen dan Tempuh Studi Doktoral

News

by Eka Setiawan

SA alias Harun (52), warga Desa Tamanrejo, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, terduga teroris yang ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror Polri pada Kamis (1/12/2022) lalu, diketahui punya banyak profesi. Selain sebagai dosen dan pengusaha, SA juga dikenal sebagai konsultan dan motivator perusahaan-perusahaan besar. SA diketahui juga sedang menyelesaikan studi Doktoral (S3) Manajemen Pendidikan di salah satu universitas negeri terkemuka di Kota Semarang.

SA yang ditangkap Densus dengan bukti kuat keterlibatannya di organisasi Jamaah Islamiyah (JI), sehari-hari mengajar sebagai dosen di Akademi Teknik Perkapalan (ATP) Semarang. Di media sosialnya, terpampang SA mulai mengajar di sana sejak Agustus tahun 1997 hingga sekarang.

Ruangobrol. id melakukan penelusuran ke sana, sejak Jumat (2/12/2022) siang.

Lokasinya di Jl. Pawiyatan Luhur, Kelurahan Bendan Duwur, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang. Jalan tembus antara kawasan Jatingaleh ke wilayah Sampangan, Kota Semarang. Kawasan itu ada banyak kampus berdekatan, mulai dari Universitas Katolik Soegijapranata (Unika) Semarang, Politeknik Bumi Akademi Pelayaran Niaga Indonesia (Akpelni), Politeknik Maritim Negeri Indonesia (Polimarin) hingga Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang).

Di titik lokasi ATP Semarang itu, tampak ada bekas plang kampus yang sudah tidak ada tulisannya. Setelah bertanya ke beberapa orang di sana, termasuk penjual angkringan di seberang gedung hingga sekuriti, didapati informasi Kampus ATP sudah melebur bergabung ke Universitas iVET (IKIP Veteran) Semarang. Gedungnya memang satu kompleks. Satu pagar. ATP menjadi Fakultas Kemaritiman di kampus itu.

Sore hari di fakultas itu, tampak beberapa mahasiswa di sana sedang baris-berbaris berseragam biru. Putra maupun putri.

“Sekarang jadi Fakultas Kemaritiman, dulunya ini ATP,” kata salah satu mahasiswa yang ikut baris-berbaris di sana.

Lokasinya di ujung sebelah timur Universitas iVET Semarang. Di sekeliling bangunan itu tampak ada 2 model kapal yang dipajang di luar gedung.

Wartawan kemudian menuju Gedung A, tempat yang diinformasikan sekuriti setempat, bisa menemui staf humas untuk memperoleh informasi lebih lanjut.

Saat ditunjukkan foto SA, Humas Universitas iVET Semarang bernama Ridho, langsung mengenali.

“Iya betul dosen di sini. Tapi statusnya bukan dosen tetap, tapi dosen luar, jadi kalau ada jam mengajar di sini baru datang mengajar,” kata pria ramah itu.

Perihal adanya kasus terorisme yang menimpa SA, Ridho mengaku pihaknya tidak mengetahui. Pun saat ditanyakan bagaimana keseharian SA. Dia tidak mengetahui secara detil, sepengetahuannya tidak ada yang berbeda dengan dosen-dosen lainnya, tampak biasa.

[caption id="attachment_14704" align="alignnone" width="1600"] Ridho, Humas Universitas iVET Semarang ketika ditemui Jumat (2/12/2022).[/caption]

Terkait ATP yang melebur menjadi Fakultas Kemaritiman Universitas iVet Semarang, sebut Ridho, itu sekira tahun 2018-2019. Satu angkatan jumlahnya sekira 30 sampai 40 orang.

“Kalau mengajarnya (di sini) sudah lama,” lanjutnya.

Salah satu staf kepegawaian di sana juga mengatakan, SA juga biasanya bekerja di galangan kapal.

Hasil penelusuran informasi, SA ini berkuliah S1 dan S1 Teknik Mesin di salah satu universitas negeri terkemuka di wilayah Tembalang Semarang. S1 ditempuh pada tahun 1990 – 1996. Sementara S2 angkatan 2014. Pada tahun 2019 SA mengambil doktoral di kampus negeri terkemuka di kawasan Gunungpati Kota Semarang.

Pekerjaan lainnya, pria yang lahir di Boyolali 9 Maret 1970 itu juga sebagai konselor dan motivator, berbasis STIFin (Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling and Insting). Salah satu sumber di lapangan menyebut, pernah mengikuti tes IQ di mana SA bekerja.

SA ini ditangkap Densus 88 pada Kamis (1/12/2022) siang. Sore harinya, tim Densus menggeledah rumahnya dan mengamankan sejumlah barang bukti, di antaranya laptop, majalah bertuliskan Jamaah Islamiyah, jihad, hingga beberapa catatan tulisan tangan.

SA alias Harun itu terkenal dengan 3 H di organisasi Neo Jamaah Islamiyah. Di beberapa putusan pengadilan, di antaranya dari Para Wijayanto, pimpinan Neo JI yang ditangkap pada 2019 lalu di Bekasi dan kini masih menjalani pidana penjara, nama SA alias Harun disebut. 3 H ini adalah Hasan alias Karso, Sofyan alias Harun dan Hakim. Mereka adalah tim Tajhiz Neo JI.

Tugas tim Tajhiz itu disebutkan secara umum adalah memersiapkan personil dan logistik Jamaah Islamiyah. Rinciannya; Taqwiyah Ruqiyah yakni memberi semangat kepada ikhwan-ikhwan untuk menghidupkan sunah nabi, contoh: Salat malam, puasa sunah, membaca Alquran, zikir, Salat Duha; Taqwiyah Fikriyah yakni menjaga dan meningkatkan pemahaman para ikhwan terhadap fikroh jamaah dan membentengi para ikhwan dari fikroh yang melenceng seperti syiah, ahmadiyah, khawarij, murjiah; dan Taqwiyah Asykariyah yang tugasnya menjaga dan meningkatkan kualitas jismiyah ikhwan-ikhwan.

Beberapa mantan narapidana terorisme (napiter) yang berkomunikasi dengan ruangobrol.id, mengenali SA. Mereka juga tidak membantah adanya keterlibatan SA, dalam kelompok bersama dulu ketika masih di Neo JI.

“Oalah ya, ya, sekarang setahu saya sudah lama tidak aktif, kalau dulu memang iya (aktif di Neo JI),” kata salah satu sumber ruangobrol.id.

Sumber lain di kepolisian menyebut, kasus SA berkaitan dengan Parawijayanto, amir JI yang sudah ditangkap dan kini menjalani hukuman.

“Berkamuflase,” tuturnya singkat.   

Komentar

Tulis Komentar