Ali and Ratu Ratu Queens : Memahami Sudut Pandang Anak

Review

by Rizka Nurul

Jika kita hanya mengenal Hachi tentang anak mencari ibu, kini ada Ali. Film Ali and Ratu Ratu Queens baru saja tayang di Netflix minggu lalu. Mereka yang menonton pasti mengungkapkan pujian pada jalan ceritanya.

Ali yang diperankan oleh Iqbal Ramadhan sukses menggaet pesona anak muda sederhana. Ia pergi mencari ibunya yang meninggalkan Ali kecil dan sang ayah ke New York. Setelah besar, Ali menemukan dua tiket ke New York yang dipesan ibunya untuk membawa Ali dan sang Ayah.

Keluarga besarnya tahu ada tiket itu, tapi tak ada yang memberi tahu Ali. Bahkan hingga ayah Ali meninggal dunia karena stroke. Anak muda itu pun tumbuh dewasa diasuh oleh Bu de dan berkembang bersama sepupunya.

Ide Ali untuk pergi ke New York ditentang oleh Bude. Apalagi Ali hanya berbekal uang dari hasil menyewakan rumah bekas ia tinggal bersama ayahnya. Tapi dengan tekad, Ali berhasil meyakinkan Bude bahwa ia akan baik baik saja. Ia hanya ingin bertemu ibunya.

Sampai di New York, ternyata tidak semudah yang Ali bayangkan. Alih-alih bertemu sang ibu, Ali malah bertemu empat wanita asal Indonesia di apartemen bekas ibunya. Salah satunya adalah tante Party, teman sang Ibu.

Mia, Mama Ali mengaku menjadi penyanyi di New York kepada keluarga di Indonesia. Pencarian Ali akhirnya membuahkan hasil dimana ia berhasil menemukan ibunya dibantu Ratu-ratu Queens. Namun usahanya itu tak berbuah manis, ibunya lantas bimbang akan keberadaan Ali.

Ali tak minta apapun, Ali hanya minta diakui oleh Mia. Namun Mia sudah berkeluarga sehingga nampak sulit menerima adanya Ali. Bagaimana dengan keluarga Mia yang baru? Apakah Ali harus kembali tanpa Mia?

Sudut Pandang Anak


Seringkali dalam beberapa film kita melihat bagaimana orang tua menghadapi masalah keluarga. Namun kali ini kita melihat sudut pandang Ali terhadap ibunya.

Beberapa dialog dalam film ini justru menunjukan bahwa Ali ingin didengar. Bagaimana keluarga Ali tak mendukung keberangkatan Ali karena menganggap Mia sudah salah. Sedangkan di sisi lain, Ali perlu bertemu ibunya yang meninggalkan ia sejak umur 5 tahun.

Ali juga melakukan hal yang sama pada Mia. Ketika Mia menolak kedatangannya, Ali tak meminta banyak hal pada ibundanya. Baginya, Mia harus tau betapa ia merindukan sang Mama.

Dalam perjalanan sebuah keluarga, seringkali perdebatan antara anggota keluarga tak elakkan. Ada hal-hal yang seringkali kita anggap terbaik tapi ternyata tidak demikian bagi sang Anak. Anak pun punya pendapatnya sendiri yang mungkin juga perlu didengar meski tidak untuk diwujudkan.

Apapun hasilnya, ketika semua sudah mendengarkan dan didengarkan, akan ada penerimaan yang lebih baik dibanding tidak didengarkan sama sekali. Anak punya hak yang sama dalam hal ini.

Dalam kasus terorisme anak, problem ini menjadi salah satu pemicu keterlibatan anak dalam kekerasan. Alih-alih diberi pengertian, seringkali anak justru merasa diabaikan. Anak merasa tidak didengarkan sehingga ia mencari hal yang bisa memahami situasinya.

Pencegahan anak dari kelompok kekerasan ternyata bisa dimulai dari hal ringan. Bagaimanapun anak merupakan anugrah yang harus dijaga dengan baik dan akan bertumbuh. Dalam perjalanan pertumbuhan tersebut, mendengarkan merupakan salah satu upaya mendukung tumbuh kembang anak dengan baik dan damai.

Komentar

Tulis Komentar