Kondisi Kota-Kota di Dunia Selama Corona

Other

by Ahsan Ridhoi

Pandemi Corona telah menyebar ke 185 negara dunia per 16 April. Termasuk negara-negara besar dan maju yang biasanya ramai dikunjungi wisatawan. Seperti Italia, Jepang, Prancis, Tiongkok, dan Amerika Serikat. Kini negara-negara itu menutup diri. Menghentikan seluruh aktivitasnya. Akibatnya kota-kota besar di seluruh negara itu menjadi sepi.

Venesia di Italia yang terkenal dengan keindahan kanalnya dan menjadi tujuan utama turis dunia untuk naik perahu di tengah kota, kini bak kota mati. Perahu-perahu wisata terparkir.

National Geographic menyebut Venesia kini memiliki kanal yang lebih jernih dari biasanya. Ikan-ikan kecil terlihat berenang. Sebuah hal yang mustahil terjadi di masa normal karena air mengeruh akibat lalu lalang kapal wisata.

Di Jepang, Tokyo kehilangan kesibukannya. Jalanan tampak lengang. Aktivitas di tempat-tempat publik pun nyaris tak ada. Aomi Urban Sports Park yang biasanya ramai pengunjung, kini hanya diisi pegawai yang menjaga kebersihan fasilitas itu.

Jauh ke Prancis, Paris yang menarik wisatawan dengan romantisme menara Eiffel dan tempat-tempat bersejarahnya, kini tampak sendu. Sepi lalu lalang. Tak ada turis. Bahkan Louvre Pyramid yang menjadi lokasi pengambilan gambar film The Davinci Code kehilangan 27 ribu kunjungan wisatawan hariannya. Menyisakan petugas yang berjaga.

Tiongkok yang menjadi titik mula persebaran Corona tak ketinggalan. Negara yang paling awal melaksanakan lockdown ini mesti merelakan kebisingan kota-kotanya. Wuhan, kota asal corona, sangat lengang. Hanya polisi yang berjaga di jalanan. Nyaris sama sekali tak ada kendaraan. Begitupun Shanghai yang terkenal gemerlap kini redup.

Amerika Serikat yang terkenal dengan American Dreams dan Hollywoodnya, kini seperti menjelma dunia lain. Tempat perfilman di Hollywood tutup. Bioskop pun sama. Sementara New York yang terkenal dengan kota sejuta klakson, kini sama sekali hening. Semua orang berdiam diri di rumah. Berharap corona segera mereda.

Bagaimana dengan di Indonesia? Jakarta sebagai kota tersibuk di negeri ini dengan jutaan kendaraan setiap hari melintas, pun menjadi sepi. Selain para pekerja di bidang-bidang yang diperbolehkan selama PSBB, nyaris tak ada kegiatan di pusat Jakarta. Hasilnya, udara membaik. Air Quality Index Jakarta kini menjadi bagus, di kisaran 40. Jauh di bawah biasanya yang berbahaya atau polutif.

Mungkinkan ini artinya corona meminta kita mengistirahatkan alam? Mungkinkah setelah corona berlalu kita tetap bisa menyepi dan menghargai bumi? 


 

Komentar

Tulis Komentar