Memelihara Kehidupan Manusia Di Tengah Wabah Covid-19

Other

by nurdhania

Mengakui ketidaksiapan kita, baik negara dan rakyatnya dalam menghadapi kejadian luar biasa berupa virus Covid-19 ini merupakan keharusan. Memang terdengar pahit, tapi dengan adanya pengakuan atau sadar diri membuat kita untuk jangan berdiam lagi atau lebih kerja cepat. Alih-alih menyalahkan pihak a, pihak b, dan seterusnya, tidak akan pernah menyelesaikan suatu permasalahan.

Minggu-minggu terakhir sejak keluar berita tentang pasien 01, jagat timeline Twitter tidak pernah absen dari pemberitaan tentang virus yang telah ditetapkan WHO berstaus menjadi pandemik. Mata tampaknya capek dan letih karena media pemberitaan, para influencer, dan segenap masyarakat mencuit tentang covid-19. Mulai dari yang positif, informatif, sampai yang negatif. Kasarnya, ”Kalau capek tidur aja! Gak usah buka Twitter.” Sebenarnya enggak capek, tapi bingung mana yang mau dibaca. Hehehe.

Berdasarkan pengamatan saya, pemberitaan ataupun cuitan bermacam-macam. Mulai dari informasi mengenai bertambahnya jumlah pasien yang terinfeksi, pasien sembuh, pasien meninggal, lockdown wilayah di suatu negara, pengalaman menjadi pasien, informasi secara biologis, sosial, ekonomi, ajakan hidup bersih,dll.

Melihat fenomena ini, saya jadi teringat lagi dengan surat Al-Maidah ayat 32. Iya, surat yang sering kita gunakan dalam mengkonter aksi-aksi kekerasan terhadap umat manusia. Lalu, apa hubungannya ayat ini dengan kondisi luar biasa saat ini?

Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.

Tidak semua orang memahami wabah global ini. Orang-orang yang punya keahlian dan ilmunyalah yang dapat bersuara. Selain itu, banyak dari masyarakat yang punya keahlian di bidang tertentu tak tinggal diam. Dengan mulai memperbanyak literasi dan membantu menerjemahkan atau menjabarkan, menyebarkan informasi atau berita dengan video atau foto dari ahlinya dan sumber yang terpercaya. Apa fungsi mereka melakukan hal itu? Tentu saja untuk memelihara kehidupan manusia. Membantu meningkatkan kesadaran akan efek yang terjadi jika kita hanya diam. Dan memelihara kehidupan manusia untuk mengurangi jumlah korban jatuh lagi.

Selama beberapa minggu terakhir saya mantengin media sosial, hal tersebutlah yang terlintas di benak saya. Dengan hanya membagikan satu buah poster tentang anjuran cuci tangan, sudah bisa menyelamatkan satu jiwa. Saya awalnya biasa saja, karena gak mau sampai panik. Tapi, setelah baca hasil sharing masyarakat, saya jadi lebih sadar dan waspada. Karena bukan hanya diri sendiri. Apabila kita lalai, orang-orang di sekitar kita bisa kena dampaknya. Mungkin saja diri kita punya imun yang kuat. Tapi, bagaimana dengan orang-orang di sekitar kita yang punya imun lemah, lanjut usia, riwayat penyakit kronis yang juga kena?. Pokoknya, jangan sampai kita lalai dan menyombongkan diri.

Menariknya lagi, ada ajakan untuk bergotong royong dengan menolong beberapa pekerja yang tidak bisa #dirumahaja, seperti ojek online, untuk memberikan tip lebih. Donasi-donasi untuk membantu peralatan medis untuk orang sakit dan pekerja medis, donasi makanan bernutrisi untuk pekerja medis, juga sudah banyak dilakukan. Seperti di kitabisa.com. sobatngobrol bisa searching dengan kata kunci covid-19 dan menemukan beberapa akun yang membuka penggalangan dana.

Ternyata, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk memelihara kehidupan manusia dan banyak manusia lainnya. Bahkan, dengan hanya mencegah seseorang dari membaca info hoax, bisa menyelamatkan banyak orang.

Komentar

Tulis Komentar