Soal Corona, ke Mana Suara Lembaga Kemanusiaan?

Other

by Kharis Hadirin

Setiap musibah yang menghantam suatu wilayah, apalagi negara dan mengancam populasi manusia, baik yang disebabkan oleh konflik, bencana alam maupun wabah, selalu melahirkan sikap empati antarsesama. Berbagai organisasi atau yayasan kemanusiaan pun saling berebut amal dengan memberikan uluran tangan dan berderma. Dan hari ini, di mana hampir negara di seluruh dunia sedang dilanda wabah besar berupa virus corona atau Covid-19.

Begitu pun di dalam negeri, kondisi demikian memicu coronavirus panic atau ketakutan terhadap virus corona di tengah masyarakat di hampir seluruh kota-kota besar di Indonesia, terlebih di Jakarta. Produk masker dan hand sanitizer pun kini menjadi barang langkah yang susah untuk ditemukan. Jika pun ada, harga yang dijual mengalami kenaikan hingga berkali lipat dari harga biasanya.

Anehnya, di tengah kondisi rumit seperti ini, kita tidak mendengar suara-suara sumbang yang selama ini getol menyuarakan isu kemanusiaan. Aksi solidaritas dengan melakukan penggalangan dana atau membagi-bagikan masker gratis kepada masyarakat kok rasa-rasanya tidak pernah ditemukan wujudnya.

Apa karena yang menjadi korban umumnya bukan dari golongannya sehingga empati tidak tumbuh di sana? Ataukah justru konsep solidaritas itu sendiri hanya berlaku bagi mereka yang dipandang seiman saja? Jika demikian, lantas apa fungsi dari gerakan kemanusiaan jika sikap yang muncul cenderung memilah-milah?

Mari bandingkan dengan peristiwa yang terjadi dalam kerusuhan di India baru-baru ini. Meski hal ini tidak lepas dari pengaruh politik, namun respons yang muncul begitu cepat di berbagai lapisan masyarakat. Semangat solidaritas dipompa dari berbagai sektor. Mulai dari aksi demonstrasi, pemboikotan, seruan jihad hingga penggalangan dana.

Rupanya, kondisi serupa tak terjadi dalam konflik di Yaman. Meski konflik tidak lepas dari politik kekuasaan, namun jelas-jelas di sana ada anak-anak, perempuan, dan kaum papa yang menjadi korban. Lalu, dimana suara kemanusiaan dan aksi solidaritas untuk mereka?

Dalam konteks ini kita tidak sedang mencemooh, hanya mencoba mempertanyakan kembali esensi dari gerakan kemanusiaan sesungguhnya. Sebab jika berbicara manusia, maka tidak ada batasan di dalamnya. Aksi solidaritas yang muncul pun harusnya mampu menembus sekat-sekat antar ras, suku, status social, perbedaan agama dan warga negara.

Perkembangan terkini kasus corona

Dari data yang terhimpun melalui Kompas.com, hingga Kamis (12/3) kasus corona sudah ditemukan di 124 negara di dunia. Itu artinya, persebaran virus sudah melanda di hampir seluruh negara di dunia. Bahkan dengan peristiwa ini, WHO kemudian menggolongkan corona sebagai pandemic, yakni wabah yang menjangkiti dunia internasional dan tidak bisa dikontrol perseberannya.

WHO sendiri telah mengumumkan nama resmi virus asal Cina tersebut menjadi "COVID-19". Nama tersebut dipilih untuk menghindari referensi ke lokasi geografis, spesies hewan, atau kelompok tertentu.

"CO" adalah singkatan dari "Corona", "VI" untuk "virus", "D" untuk "penyakit (disease)", dan "19" adalah untuk tahun wabah pertama kali diidentifikasi pada tanggal 31 Desember 2019.

Data terbaru sebagaimana dirilis dalam situs worldmeters.info terhitung sejak tanggal 31 Desember hingga Sabtu (14/3) pukul 10.30 WIB, jumlah penderita penyakit corona atau Covid-19 terus mengalami kelonjakan. Saat ini terdapat 146.322 orang di seluruh dunia yang positif terjangkit corona dan 5.433 orang meninggal dunia. Angka kematian diprediksi akan terus bertambah dengan melihat data pasien dalam kondisi kritis mencapai 6.082 orang. Sementara ada 72.556 pasien yang dinyatakan sembuh dari virus tersebut.

Dari total di atas, baik angka penderita maupun korban meninggal dunia paling banyak terjadi di Cina dengan jumlah sebanyak 55.24% atau 80.824 kasus. Sementara di luar Cina, terdapat 44.76% atau 65.498 kasus yang tersebar di hampir seluruh dunia.

Lalu bagaimana di Indonesia? Jumlah suspect virus corona (COVID-19) terus mengalami peningkatan sejak diumumkan penemuan pertama kasus tersebut oleh Presiden Jokowi awal Maret (2/3) lalu. HIngga hari ini, Sabtu (14/3), terdapat 96 orang yang didiagnosis positif corona dan 4 diantaranya meninggal dunia.

Komentar

Tulis Komentar