Dalam rilis artikel yang dipublish The New York Times pada Senin (27/1) pukul 15.29 WIB, lebih dari 3.000 orang di 13 negara positif terinfeksi virus corona dan sebagian besarnya berasal dari Cina. Adapun korban meninggal terdapat 80 orang, terhitung hingga Senin (27/1) dengan 76 korban berasal dari Provinsi Hubei, Cina.
Sementara persebaran virus yang masuk ke sejumlah negara, di antaranya Thailand dan Hongkong, dilaporkan terdapat 8 orang di masing-masing negara yang terjangkit corona. Lalu Amerika Serikat, Australia dan Macau, dilaporkan terdapat 5 orang yang terinfeksi. Kemudian Singapore, Jepang, Korea Selatan dan Malaysia terdapat 4 orang positif. Dan terakhir, Prancis; 3 orang, Vietnam; 2 orang, dan Nepal; 1 orang.
Bahkan laporan terkini, jumlah orang yang terjangkit virus corona mengalami peningkatan signifikan, yakni sebanyak 4.515 orang di 16 negara berbeda dan 106 orang dikabarkan meninggal dunia. Artinya, ada 26 kasus kematian dalam 24 jam.
Fenomena ini membuat panik negara-negara di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Lantas, bagaimana tanggapan kelompok jihadis di Indonesia menyikapi bencana kemanusiaan ini?
Respons yang muncul cukup beragam dalam melihat kondisi ini. Namun umumnya, mereka memberikan respons secara negatif.
Misalnya, dalam laporan berita melalui laman Detik.com berjudul ‘Wabah Virus Corona, China Karantina 41 Juta Penduduk di 13 Kota’ yang rilis pada Jum’at (24/1). Menangapi berita di atas, salah satu WAG kalangan jihadis merespon: “ALHAMDULILLAH.. Doa orang terzalimi di Uighur dan kaum muslimin dunia sedang diijabah Allah… Allah tidak akan diam membela hamba-hamba-Nya. Jangan putus asa dalam berjuang dan berdoa.
"Allah SWT Pemiki jutaan Muslim wal Muslimah Uighur China yang disiksa dan dibunuh dengan kejam oleh rezim PKI tulen disana emangnya diam dengan kelakuan mereka? Laknat kepada Kaum ‘Ad dan Tsamud serta wabah2 penyakit endemik pada kaum dholim masa lalu sebagai gambaran yg diabadikan di Qur'an bagi ummat manusia bhw Kedholiman dan pendukungnya pastilah dibalas, baik didunia hingga Akherat.”
Miris memang melihat respons negatif sebagian oknum di tengah masyarakat yang sedang dirundung musibah. Apalagi hingga hari ini, WHO, badan kesehatan dunia yang berbasis di Swiss masih belum bisa menemukan obat untuk menyembuhkan virus corona. Sementara persebaran virus kian hari semakin bertambah dan korban terus berjatuhan.
Isu penindasan Muslim Uighur
Respons negatif kalangan jihadis di Indonesia tentu tidak lepas dari tudingan adanya sikap represif pemerintah Cina terhadap masyarakat Uighur yang mayoritas beragama Islam.
Bahkan beberapa waktu lalu, beberapa kelompok ormas Islam mengadakan aksi unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Cina di kawasan Mega Kuningan, Jakarta. Dalam aksi tersebut, salah satu tuntutannya adalah meminta kepada pemerintah Cina agar menghentikan aksi kesewenang-wenangannya terhadap Muslim Uighur.
Sebelumnya, sebuah media di Amerika Serikat, The New York Times pernah membocorkan dokumen tentang penanganan etnis Uighur dan minoritas Muslim di wilayah Xinjiang, China. Akibat dari bocornya dokumen ini, publik di seluruh dunia, terutama negara-negara Muslim merasa geram dan mengecam tindakan dari pemerintah Cina.
Namun pihak otoritas Cina membantah akan hal tersebut. Seperti dilansir melalui laman CNBC Indonesia (19/11/2019) Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Geng Shuang menuduh The New York Times mengabaikan alasan sebenarnya di balik program yang dibuat Cina. Kebijakan yang diambil hanya untuk mengakhiri kemiskinan, separatisme dan ekstremisme agama. Ia pun menyebutkan sejak program dilakukan, Xinjiang tidak lagi mengalami serangan teroris dalam tiga tahun terakhir. Menurutnya, artikel itu memilah-milah informasi yang seharusnya diberikan secara utuh ke masyarakat.
Namun berbagai foto dan video yang beredar di internet yang menggambarkan kondisi etnis Uighur, seolah membantah seluruh pernyataan yang disampaikan oleh otoritas Cina tersebut.
Tentu kita berharap bahwa negara mana pun tidak lagi terjadi berbagai konflik kemanusiaan. Dan kita pun berharap persoalan virus corona ini bisa segera diatasi.
Untuk itu, sebaiknya kita menghindari prasangka yang tidak-tidak atau cenderung konspiratif. Dan sebagai manusia, kita tentu tidak semestinya berbicara hal-hal buruk terkait musibah yang dialami sebagain manusia di belahan bumi lain.
Sebagaimana yang diucapkan Mahatma Gandhi, “Anger and intolerance are the enemies of correct understanding.” Sebab di mana ada cinta, di situlah hidup itu berada. Di masa-masa sulit, rasa kemanusiaan dan kasih sayang lebih utama daripada prasangka.
Virus Corona di Mata Para Jihadis Indonesia
Otherby Kharis Hadirin 29 Januari 2020 9:45 WIB
Komentar