Super Langka! Korban yang Mengajak Memaafkan Pelaku

Other

by Arif Budi Setyawan

Pada akhir Februari 2018 yang lalu, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggelar acara yang bertajuk “Silaturahmi Kebangsaan” yang mempertemukan lebih dari 100 orang mantan napiter dan puluhan korban serangan bom dari berbagai wilayah di Indonesia.


Acara itu adalah kegiatan BNPT yang pertama kali saya ikuti pasca bebas dari penjara pada 23 Oktober 2017. Sebuah kegiatan yang membuat saya bisa reuni dan bernostalgia dengan beberapa kawan yang dulu sama-sama menghuni Rumah Tahanan Negara (Rutan) Markas Komando Brigade Mobile (Mako Brimob) dan membuat saya bisa berfoto dengan Kepala BNPT. Tapi bukan itu yang membuat saya terkesan.


Adalah kisah perjuangan para penyintas korban bom dalam melanjutkan kehidupan mereka yang membuat saya sangat terkesan. Penderitaan mereka, perjuangan mereka, persoalan yang mereka hadapi hingga hari ini, membuat saya merasa sangat terharu. Apalagi mayoritas mereka justru adalah kaum muslimin.


Penderitaan dan kesusahan yang dialami keluarga saya selama saya dipenjara yang disebabkan oleh ulah saya di masa lalu terasa tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan yang mereka alami. Bahkan jika dibandingkan dengan para pelaku bom yang justru mendapatkan ‘status sosial’ yang tinggi di kalangan pendukungnya, penderitaan para korban itu seakan menjadi paradoks.


Banyak para pelaku yang kemudian mendapatkan ‘status’ yang tinggi sementara para korban sangat menderita. Saya menjadi saksi pada beberapa fakta akan hal itu.


Para korban hanya mengandalkan belas kasih dari lingkungannya dan kemampuan pribadinya untuk bangkit dari keterpurukan. Mereka ada yang kehilangan anggota tubuhnya. Ada yang harus cacat permanen. Ada yang kehilangan beberapa anggota keluarganya.


Betul bahwa pelaku dan keluarganya juga menderita karena pelaku dipenjara. Tetapi para korban itu menderita bukan karena ulahnya atau disengaja. Sedangkan para pelaku itu karena sengaja yang dengan sadar memilih jalan yang bisa membuatnya dipenjara meskipun prosesnya berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.


Tapi ada satu hal lagi dari para penyintas atau korban bom yang paling membuat saya terenyuh. Yaitu ketika saya mengetahui bahwa beberapa di antara mereka aktif mengkampanyekan ajakan untuk memaafkan para pelaku. Allahu Akbar ! Speechless saya.


Betapa tidak. Memaafkan para pelaku yang telah membuat hidup mereka menderita adalah sebuah kebesaran jiwa yang mengagumkan. Dan itu bagi saya pribadi adalah sesuatu yang sangat berarti dalam membantu saya dan kawan-kawan mantan napiter yang lain untuk memulihkan nama baik kami.


Kami bisa menjadikannya sebagai motivasi tambahan. Kami bisa berkata kepada masyarakat yang masih memberi stigma negatif kepada kami: “Para korban saja mau menerima dan memaafkan kami, lalu bagaimana dengan Anda yang hidupnya nyaman-nyaman saja ?”


Para korban yang mengajak untuk memaafkan pelaku itu barangkali baru ada di Indonesia. Dan mudah-mudahan bisa menginspirasi lebih banyak lagi orang-orang dari seluruh penjuru dunia.



sumber ilustrasi: pixabay.com

Komentar

Tulis Komentar