Fenomena ‘Hijrah’ yang [Terkadang] Bikin Resah

Other

by Arif Budi Setyawan

Beberapa waktu yang lalu saya sempat tertegun ketika membaca artikelnya Mas Eka yang berjudul :(Ketika Kawan-Kawan Tongkrongan Pada Hijrah <<--klik di sini). Dalam artikel itu ada cerita salah satu teman Mas Eka yang bercerita tentang beberpa teman-teman tongkrongannya yang sudah pada hijrah.


Si teman Mas Eka itu galau karena perubahan pada teman-temannya yang hijrah itu membuat obrolan-obrolan di grup WhastApp menjadi berbeda, sudah mulai ada dalil-dalil. Penampilannya juga berubah. Celananya mulai cingkrang-cingkrang.


Tapi yang membuatnya galau adalah ketika sebagian dari yang hijrah itu lalu menutup diri, pergaulan menjadi ekslusif, dan membuat jarak, yang mana semua itu membuat pergaulan jadi nggak asik.


Padahal teman Mas Eka itu dan kawan-kawannya yang belum hijrah sangat terbuka dan sangat menghormati pilihan masing-masing. Teman-teman yang sudah hijrah itu masih bisa membaur. Karena membaur itu kan tidak harus melebur.


Ngomong-ngomong soal membaur tidak harus melebur, itu pula yang saya lakukan ketika di Lapas dulu. Karena bagi saya membaur itu membuat hidup jadi terasa lapang dan bisa banyak belajar dari lingkungan. Di penjara itu kalau semakin menutup diri maka akan semakin terasa sempit.


Membaur memang tidak harus melebur. Bergaul dengan perokok tidak harus ikut-ikutan merokok. Karena kita tidak ada urusan dengan merokok, tapi berurusan dengan orangnya, dengan pekerjaannya, dengan ceritanya, dengan keahliannya, dan jalinan pertemanan di antara kita.


Kembali ke soal para pelaku hijrah yang kemudian cenderung jadi eksklusif, jadi suka berdalil yang bagi sebagian orang jadi berkesan sok pintar, atau jadi menjaga jarak dalam pergaulan sehari-hari. Saya kemudian mencoba mencari jawaban dari sisi psikologi, mengapa hal itu sering terjadi ? Lama saya mencari sampai akhirnya kemarin secara tidak sengaja saya ketemu sebuah link yang dibagikan oleh salah satu kawan di linimasa media sosialnya. Link itu membawa saya pada artikel tentang ‘Dunning-Kruger Effect’ yang sering terjadi pada orang-orang yang baru belajar sesuatu yang baru.


Dunning-Kruger Effect ini adalah teori yang dikembangkan pada tahun 1999 oleh Dr. David Dunning dan Dr. Justin Kruger, dua profesor psikologi dari Cornell University. Secara garis besar, Dunning-Kruger Effect didefinisikan sebagai bias kognitif di mana seorang individu yang tidak terampil, menderita superioritas ilusi, mereka keliru akan tingkat kemampuan mereka dan merasa kemampuan mereka jauh lebih tinggi dari yang sebenarnya. Bias ini dikaitkan dengan ketidakmampuan metakognitif untuk mengenali mereka sendiri .


Penyebab dari Dunning-Kruger Effect yang paling besar adalah ego. Tidak ada satu orangpun yang berpikir dirinya adalah orang yang tidak mempunyai kemampuan sehingga mereka akan meningkatkan penilaian mengenai dirinya. Penilaian seseorang memiliki pengabaian (ignorance) sehingga lebih mudah mengakui diri kompeten daripada mengetahui dan menilai kelemahan diri, sehingga hal inilah yang menciptakan ilusi. (Lihat https://blog.ruangguru.com/dunning-kruger-effect )


Orang-orang yang baru berhijrah dan kemudian merasa pemahaman agamanya paling benar lalu yang berbeda pandangan dengannya dianggap salah, pada fase ini mereka bisa disebut terkena Dunning-Kruger Effect.


Semestinya mereka menyadari bahwa hijrah tidak boleh hanya terpaku pada bagaimana kita hidup lebih agamis kemudian melalaikan misi sosial. Hijrah juga tidak hanya sekadar berjilbab lebar, berjenggot lebat, bercelana cingkrang, mengubah foto profil sosmed menjadi blur atau sering share kutipan-kutipan tausyiah dari ustaz idolanya, lalu jadi ‘sok pintar yang sejatinya tidak pintar.


Sebagai manusia yang berakal, maka seharusnya jangan hanya melihat hijrah dari satu sisi. Lihatlah secara utuh dan komprehensif, bahwa hijrah bukan berarti asosial, namun hijrah harus sampai pada tingkat kesalehan sosial.


Meskipun sudah hijrah atau sudah sangat pintar sekalipun, kita harus masih bisa membaur untuk menebarkan kebaikan dan manfaat tapi tidak untuk melebur. Selamat menjalankan ibadah puasa !




Komentar

Tulis Komentar