Jangan Pernah Berhenti Berharap!

Other

by Kharis Hadirin

We must accpet finite disappoinment, but never lose infinite hope,” demikian wejangan Martin Luter King, Jr. suatu ketika.

Merujuk dari pernyataan tersebut, saya menganggap kekuatan kepercayaan adalah percaya pada kekuatan. Yakni kekuatan pada harapan.

Banyak orang yang kehilangan kepercayaan terhadap kekuatan dirinya sehingga dia tidak bergerak menuju hal yang baru dan maju.

Keadaan seperti itu bisa kita bisa sebut sebagai gerak yang diam, bukan diam yang bergerak. Pada banyak konteks, tidak ada perubahan yang akan terjadi jika berada dalam fase diam.

Jika kepercayaan adalah kekuatan, maka harapan adalah pondasi dari kepercayaan.

Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berharap tentang sesuatu, baik bagi dirinya maupun orang atau sesuatu yang lain. Merawat harapan adalah membangun kepercayaan.

Manusia adalah satu-satunya makhluk tiga dimensi yang diciptakan oleh Allah SWT. Ia bisa berada di masa lalu melalui proses mengenang, berada di masa sekarang dengan proses merasakan dan berada di masa depan dengan proses membayangkan.

Setiap orang berhak untuk bercita-cita dan membayangkan seperti apa dia ke depannya. Setiap orang memiliki pengalaman masa lalu yang pilu atau pun pahit, dan di saat yang sama ia juga memliki kesempatan untuk berada di masa depan dengan torehan senyuman di bibir yang menenggelamkan matanya oleh air mata masa lalu. Karena senyuman terindah adalah senyuman setelah tetesan tangis dan tangan terindah adalah tangan yang mampu mengusap tangis di pipi orang lain.

Terkadang, kita harus seperti salju yang meleleh yang akan membasuh dirinya sendiri. Namun, penyebab salju meleleh adalah karena adanya penyesuaian diri dengan suhu di sekitarnya dan mentari adalah alasannya.

Selalu ada alasan untuk berubah atau melakukan perubahan karena tak ada yang benar-benar konsisten di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri. Setiap orang berhak untuk menjadi dirinya yang baru dan membuka diri dengan orang yang baru.

Hati dan akal manusia lebih luas dari lautan. Maka untuk menemukan diri, kita mesti menyelam di kedalamannya yang tersembunyi. Dalam fase menemukan tentu ada proses mencari sebelumnya. Apa yang kita cari di titik yang sama, ia juga mencari kita.

Dua hal yang saling mencari akan berujung pada pertemuan jiwa, pertemuan jiwa akan membawa kita pada pertemuan raga. Andai Adam dan Hawa tidak didesain untuk saling mencari, maka mereka berdua tidak akan saling menemukan dan tentu juga kita tak akan pernah ada di dunia.

Banyak atasan yang memecat anak buahnya karena kehilangan kepercayaan, dan banyak pula orang yang kandas dalam hubungan karena merusak kepercayaan.

Kepercayaan adalah nadi, maka memotongnya adalah membiarkan diri untuk mati. Orang dapat merasakan hidup karena adanya capaian dan harapan, tanpa keduanya ia tak memiliki kehidupan.

Untuk membentengi hidup dari penghambat menuju harapan adalah memiliki prinsip dasar dan syarat pertama. Dan untuk menjalankan prinsip adalah percaya pada prinsip tersebut.

Kita tidak akan pernah takut untuk melompat di jurang yang curam tanpa percaya pada hukum gravitasi. Bahkan kita tidak akan pernah ragu dan takut memulai hubungan tanpa percaya bahwa ditinggalkan ketika merasa memiliki adalah menyakitkan.

karenanya, selalu ada kesempatan di setiap pengharapan dan di setiap pengharapan selalu ada kepercayaan. Percayalah pada harapan karena harapan adalah kekuatan, dan mempercayai kekuatan adalah kekuatan dari kepercayaan.

Karenanya, kita boleh saja kecewa, tapi jangan pernah putus harapan. Tetap berusaha, apapun kondisinya dan dimana pun kita berada.

 

Gambar ilustrasi: https://rmi.org/applying-hope-todays-tumultuous-times/

Komentar

Tulis Komentar