Pemilu Tak Hanya Soal Quick Count

Other

by Eka Setiawan

Membicarakan pemilihan umum (Pemilu), tak hanya seputaran saling klaim kemenangan, siapa nanti Presiden yang terpilih, atau quick count yang selalu ditunggu.

Sebab, ada yang masih mati-matian berjuang di gelaran pesta demokrasi itu. Mereka adalah para petugas di tingkat-tingkat kecil, seperti kelurahan, kecamatan dan seterusnya.

Mengingat Pemilu 17 April lalu adalah gelaran pesta demokrasi yang paling rumit di muka bumi ini, dan Indonesia bisa menyelenggarakannya. Selain Pilpres, ada 4 pemilu lain yang digelar hari itu; Pemilu DPR, Pemilu DPRD Tingkat I, DPRD Tingkat II sampai Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Media sosial tentu saja bergejolak. Tak hanya soal siapa yang lebih unggul dan sorak sorai para pendukungnya; mulai dari cukur plontos, menunaikan nadzar sampai yang dinyinyiri apakah nadzarnya akan ditunaikan atau enggak.

Para panitia penyelenggara di tingkat-tingkat kecil itu juga angkat bicara di media sosial. Setidaknya dari beberapa kawan saya, yang jadi panitia. Entah itu petugas di bawah KPU, termasuk yang jadi saksi.

Salah satu kawan saya menunggah foto suasana di TPS, mulai dari Rabu (17/4/2019) pagi sampai Kamis jelang Subuh. Mereka terlihat kelelahan. Kawan saya itu juga petugas di TPS itu.

Dia menuliskan: “Siapapun nanti pemimpinnya, semoga semuanya amanah, lihatlah perjuangan penyelenggara Pemilu, jam 4 pagi kemarin, untuk mensukseskan Pemilu”

Saya tahu betul, kawan saya itu sangat sibuk. Bukan hanya pas hari H pencobolosan, tapi termasuk persiapannya, sampai penghitungan. Wah betul-betul kerja keras, lemburan setiap hari.

Dan mereka saya yakin juga akan sakit hati kalau belum-belum sudah dituding ada kecuranganlah, tak profesional, penyelenggaraan yang ada keganjilan, atau tudingan-tudingan miring lainnya. Kalau memang ada bukti curang, ya ada mekanisme sanksinya, nggak asal tuding demi cari kambing hitam kekalahan.

Kemudian, lihat pula mereka yang sampai sakit, bahkan ada beberapa petugas, termasuk polisi yang sampai meninggal dunia dalam dedikasinya mengamankan ataupun sepenuh hati bekerja sangat keras demi suksesnya Pemilu.

Kalau dipikir-pikir, mereka ini juga sebenarnya para pejuang surga. Sangat bisa. Mereka yang bekerja dengan sungguh-sungguh, mencari nafkah untuk keluarganya. Meninggal saat bekerja keras. Itu luar biasa.

Tentu sebagai bangsa, tak elok rasanya memandang setengah hati kerja keras mereka, apalagi tak menganggapnya. Jadi mari kita doakan, semoga saudara-saudara kita yang meninggal dalam bertugas itu, mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan.

Satu saudara, mari tetap berjabat erat dalam persahabatan, menjaga hubungan baik, yang sudah biarlah sudah, mari menatap masa depan bersama dengan senyum.

 

FOTO RUANGOBROL.ID/EKA SETIAWAN

Komentar

Tulis Komentar