Aksi Teror Saat Salat Jumat di Selandia Baru

Other

by Eka Setiawan

Aksi teror penembakan brutal menyasar umat Muslim yang tengah beribadah di dua masjid,di negara Selandia Baru, Jumat (15/3/2019). Insiden terjadi saat salat Jumat, pukul 13.40 waktu setempat di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood Kota Christchurch.

Dikutip dari berbagai sumber, insiden itu menewaskan lebih dari 40 orang, puluhan luka berat. Di antara para korban juga terdapat warga negara Indonesia (WNI), informasi awal ada 2 orang yakni ayah dan anak. Keduanya dirawat intensif di rumah sakit setempat. Mereka adalah Zulfirmansyah dan anaknya.

Aksi teror dilakukan 1 orang itu disiarkan langsung oleh pelaku, memanfaatkan media sosial Facebook.

Dari video yang beredar, pelaku memarkir mobil di samping masjid, membuka bagasi yang di dalamnya ada dua senjata api laras panjang dan cairan dalam jeriken, mobilnya warna putih berpelat nomor KSH90.

Di awal, terlihat dia sembilan kali menembak seseorang yang terlihat di depan masjid. Kemudian memberondong tembakan siapa saja yang ada di dalam masjid.

Bahkan, pelaku sempat kembali ke mobil mengganti senapan, dan kembali masuk masjid dan menembaki siapa saja yang terlihat masih hidup.

Pelaku utama diringkus polisi tak lama setelah insiden terjadi, bersama 3 orang lainnya, termasuk di antaranya seorang perempuan.

Insiden itu mengejutkan banyak pihak. Sebuah tragedi kemanusiaan apalagi terjadi di rumah ibadah. Tempat yang seharusnya terjadi kedamaian. Tempat manusia khusyuk untuk berdoa, beribadah, berkomunikasi dengan Tuhannya.

Pelaku utamanya bernama Brenton Tarrant,28, kelahiran Australia, seorang pelatih kebugaran, yang disebut lahir dari keluarga kelas pekerja dan dari kecil sudah punya ketertarikan terhadap senjata atau sesuatu yang berbau militer. Pelaku mengaku sebagai seorang rasis, sempat menuliskan 74 halaman manifesto anti-imigran.

Insiden penyerangan brutal disiarkan langsung via media sosial, mengingatkan pada aksi rusuh di Markas Komando Brigade Mobil (Brimob) Kelapa Dua Depok, Mei 2018 lalu. Saat itu, di tahanan, sekelompok tahanan kasus terorisme mengamuk, menyerang dan membunuh polisi. Aksinya yang disiarkan dan disebar via medsos mengundang sejumlah reaksi, termasuk menyerukan untuk membantu aksi brutal.

 

Komentar

Tulis Komentar