Toleransi itu Satu Arah

Other

by Eka Setiawan

Masyarakat Indonesia terkenal dengan masyarakat yangtoleran. Bangsa Indonesia juga dikenal bangsa yang toleran. Ngomong-ngomong,toleransi itu apa sih?


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), toleransiitu adalah sifat atau sikap toleran, batas ukur untuk penambahan ataupengurangan yang masih diperbolehkan dan penyimpangan yang masih dapat diterimadalam pengukuran kerja.


Kata toleran, toleransi, tentunya akrab di ingatan kitaya. Apalagi kalau ingat-ingat zaman SD, SMP, dulu. Kata itu akrab banget dipelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) yang kemudian diganti PPKn(Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan), jadi PKN dan sekarangkabar-kabarnya pelajaran PMP mau dihidupkan lagi.


Di pelajaran yang kerap ada di hari Senin, di jam pertamasetelah upacara, biasanya Bapak Guru, Ibu Guru, selalu bertanya: “Apa itutoleransi?”


Lalu murid-muridnya dengan sahut-sahutan sembariacungkan jari tinggi-tinggi, biasanya pada menjawab: “Saling menghormati!” , “Salingmenghargai”...pokoknya saling-saling yang bikin adem ayem lah.


Sekarang coba, saya yang gantian bertanya. Untuk bisasaling menghormati, saling menghargai, itu bagaimana caranya?


Apakah ujug-ujugkalau sudah tahu arti toleransi, terus tercipta saling menghargai? Apa jugakalau sudah sekolah, dapat ijazah, nilai PMP eh PPKn eh PKn-nya 100, terusorang jadi toleran? Itu relatif ya (untuk menghindari diksi: tidak juga, hehehe)


Kalau tak pikir-pikir sambil ngopi, toleran itukan kata sifat ya. Kayak yang dituliskan di KBBI tadi. Kalau kata sifat, hematsaya, artinya melekat pada masing-masing individu.


Sekali lagi, melekat pada masing-masing individu ya. Kayakkenangan yang melekat kuat sampai-sampai orang nggak bisa move on lalu merasa jadi orang paling tersakiti seantero galaksiBima Sakti.


Nah, berhubung toleran itu melekat di masing-masingindividu, artinya apa? ya artinya toleransi itu satu arah.


Ya betul, satu arah, sobat...kalau mau toleran, ya toleransaja, nggak usah maksa orang lain toleran juga kepada kita.


Kalau ada cangkemandi grup wasap ya toleran, kalau ada orang makan nasi padang gorengane pitulikur di samping orang yang lagipuasa ya toleran saja yang lagi puasa, nggak terus minta yang makan itumenyingkir jauh-jauh. Kalau ada speaker musala yang keras-keras suaranya,pengajian minggu pagi yang keras suaranya sampai mengganggu lazy day kita, ya toleran saja. Kalau adabaliho caleg yang fotonya diedit jadi tanpa jerawat serta senyum janji manisnyayang khas terpampang di jalan-jalan dan bikin jengkel ya kita toleransaja, kalau ada orang foto sama asu, ya toleran saja, mbok rapopokan terserah mereka.


Kalau belum bisa legowoya silakan menggerutu, tapi dalam hati saja yaaa...biar nggak adu kerassuaranya.


Terus kalau ada orang yang suka teriak - teriak ayotoleransi! ayo jadi orang toleran! tapi maksa-maksa orang lain buat toleran,buat menghargai kita, terus itu namanya apa? ya itu namanya mekso, dan itu tidak toleran loh. Lha wongmekso-mekso orang lain supaya manut pikiran kita.


Nabi Muhammad SAW ketika awal-awal berdakwah (dari gurungaji dan orang tua yang sering cerita waktu saya masih kecil), sering mendapatperlakuan tidak baik dari orang-orang lain yang berseberangan. Dilempar batu,disakiti, dihina, diolok-olok, tapi Beliau tetap saja baik sama mereka. Ini kantoleran yang sesungguhnya bukan.


Nah, sekarang kembali ke masyarakat toleran tadi. Teruscaranya bagaimana biar bisa jadi masyarakat yang toleran?


Mungkin begini saja ya, masyarakat kan kumpulanindividu-individu, entitas tertentu yang mendiami wilayah tertentu. Jadi,toleransi dalam hidup bermasyarakat, mungkin bisa tercipta kalau individu-individunyabisa toleran sendiri.

Komentar

Tulis Komentar