Persoalan di Masyarakat Setelah Pelepasan Baiat Mantan Anggota JI Lampung

Analisa

by Arif Budi Setyawan

Nama Jamaah Islamiyah (JI) masih melekat di benak mayoritas masyarakat sebagai organisasi yang bertanggung jawba atas berbagai aksi teror besar di masa lalu. Meskipun sejak tahun 2010 tidak ada lagi serangan teror yang dilakukan oleh oknum-oknum dari JI,  namun nama besarnya tetap dianggap menakutkan.

Ketakutan itu akibat generalisir anggapan bahwa JI adalah kelompok teror yang menjadi musuh negara. Sehingga semua yang berbau JI dianggap sebagai ancaman. Tidak banyak yang tahu bahwa JI memilki dua sisi dalam gerakannya. Yaitu sisi dakwah dan sisi jihad.

Sisi jihad inilah yang bermasalah.  Sedangkan sisi dakwahnya masih bisa dikompromikan. Sisi dakwah JI sebenarnya terbukti justru membantu negara di bidang pembangunan generasi berkarakter. Baik melalui lembaga pendidikan formal dan non formal yang dikelola oleh para anggota JI.

Belum lagi kiprah lembaga sosial JI yang juga menjadi bagian dari dakwah. Keberadaan lembaga sosial ini merupakan upaya JI untuk menyelesaikan persoalan umat di bidang sosial dan ekonomi. JI ingin hadir sebagai solusi. Di era kepemimpinan Parawijayanto, kerja-kerja menghadirkan solusi bagi permasalahan umat ini lebih dominan dan lebih diintensifkan.

Namun, setelah aparat keamanan membongkar adanya keterkaitan antara lembaga pendidikan dan lembaga sosial dengan rencana jangka panjang JI, dan meskipun keterkaitannya sedikit, semuanya jadi bermasalah.

Aparat keamanan memang bisa memilah dengan lebih detail keterkaitan itu. Tidak serta merta semua anggota JI ditangkapi. Ada skala prioritas. Ada upaya dialog dan pembinaan yang bisa dilakukan tanpa penegakan hukum. Contohnya adalah program islah bagi para anggota JI yang berminat.

Tetapi masyarakat yang terlanjur menganggap JI sebagai kelompok teror yang berbahaya akan sulit menerima perubahan para anggota JI yang sudah melakukan islah. Masalah ini muncul justru setelah adanya islah.

Dulu masyarakat tidak tahu bahwa sebagian dari para aktivis dakwah dan sosial di daerahnya merupakan anggota JI. Selama ini tidak ada masalah, bahkan masyarakat merasa terbantu dengan keberadaan para anggota JI itu.

Tetapi setelah adanya islah, masyarakat jadi tahu. Dan anggapan masyarakat mayoritas masih men-generalisir bahwa JI adalah kelompok berbahaya. Tanpa mengetahui rincian kerja-kerja di dalam kelompok JI.

Memang tidak semua masyarakat memiliki asumsi seperti itu. Tetapi cukup sebagian saja yang masih memiliki anggapan seperti itu, itu sudah bisa menjadi masalah bagi para mantan anggota JI yang telah islah. Apalagi bila yang punya anggapan seperti itu merupakan orang yang punya kuasa.

Mengingat nama besar JI yang terlanjur menakutkan, wajar jika ada yang masih khawatir para mantan anggota JI itu akan menyebarkan paham lamanya. Ada yang khawatir mereka akan membentuk organisasi yang baru. Ada juga yang curiga jangan-jangan islah hanya bagian dari strategi baru mereka.

Dalam rangkaian dialog dan diskusi saya dengan para mantan anggota JI di wilayah Pesawaran, Pringsewu, dan Metro, terungkap adanya beberapa persoalan di tengah masyarakat setelah islah. Yang mana masalah-masalah itu timbul karena asumsi-asumsi negatif di atas.

Masalah-masalah itu antara lain:

    1. Beberapa orang ada yang diberhentikan dari kegiatan dakwah dan mengajar di masjid-masjid

    1. Penurunan jumlah siswa yang mendaftar di sekolah-sekolah yang dikelola para mantan anggota JI

    1. Masih adanya pemantauan intensif oleh aparat di luar Densus 88 yang dirasa cukup mengganggu



Untuk mengatasi permasalahan di atas diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dari semua pihak yang mendukung adanya islah. Para mantan anggota JI itu perlu pendampingan dan bimbingan yang lebih intensif. Tentu semua itu juga perlu waktu yang tidak sebentar.

Masyarakat hanya butuh pembuktian bahwa mereka yang telah islah itu telah berubah. Di samping itu masyarakat juga butuh penjelasan yang lebih lengkap mengenai kelompok JI Agar ketakutan mereka akan nama JI juga berkurang.

Karena sebenarnya yang menakutkan dari JI hanya sebagian saja, lebih banyak yang tidak menakutkan. Dan ketika faktor yang membuat menakutkan itu telah dapat dihilangkan atau dikendalikan, maka seharusnya masyarakat sudah tidak perlu takut lagi. Tetapi justru seharusnya bisa merangkul agar para mantan anggota JI itu terus melanjutkan kerja-kerja baik mereka selama ini.

 

Komentar

Tulis Komentar