Keberhasilan Idensos 88 dan Peran Perempuan di Balik Lepas Baiat Anggota JI Lampung (2-habis)

Analisa

by Arif Budi Setyawan

Di dalam kelompok Jamaah Islamiyah (JI), peran perempuan maksimal adalah sebagai murabbiyah (pendidik). Tidak ada multazim (anggota tetap) dari kalangan perempuan. Artinya tidak ada satu perempuan pun di dalam JI yang pernah dibaiat.

Mayoritas istri anggota JI atau para perempuan almuni kederisasi lembaga pendidikan terafiliasi dengan JI berperan dalam urusan domestik rumah tangga. Hanya sebagian kecil yang kemudian mengambil peran sebagai murabbiyah.

Ini sangat berbeda dengan di kelompok JAD (Jamaah Ansharud Daulah) yang mana para perempuannya juga harus berbaiat kepada "khalifah" mereka. Di samping itu di JAD sangat mengelu-elukan bila ada perempuan anggota JAD yang terlibat dalam aksi serangan terorisme.

The Power of Powerless

Para istri tersangka teroris dari kelompok JI Lampung adalah pihak yang paling terdampak dari penangkapan suami-suami mereka. Merekalah yang paling merasakan penderitaan akibat ditinggal suaminya di penjara. Menanggung beban ekonomi keluarga sekaligus menjadi orangtua tunggal untuk sementara tentu membutuhkan pengorbanan yang besar.

Di sisi lain, menghadapi stigma masyarakat sebagai keluarga teroris semakin membuat mereka merasa tak berdaya (powerless). Sebagaimana lazimnya perempuan, emosi atau perasaan akan lebih dominan daripada logika. Namun di sinilah terkadang justru lahir sebuah kekuatan baru yang tak terduga sebelumnya.

Pada kasus istri-istri para tersangka teroris kelompok JI Lampung ini, perasaan tak berdaya itu melahirkan kesadaran baru. Bahwa ditinggal suami menjalani proses hukum dan hukuman pidana itu memang membuat mereka susah. Tetapi hal itu justru kemudian memicu mereka untuk terlibat aktif membantu mencegah agar tidak ada suami-suami dari teman-teman mereka yang ditangkap lagi.

Maka yang mereka lakukan selanjutnya adalah menyampaikan kepada sesama istri anggota JI mengenai adanya peluang islah yang didukung oleh Satgaswil Lampung Densus 88/Antiteror Polri. Tentu saja menyampaikan dengan gaya pendekatan emosional ala ibu-ibu. Termasuk menyampaikan soal komitmen dan perhatian Densus kepada keluarga mereka.

Para istri anggota JI inilah yang kemudian menyampaikan kepada para suami mereka perihal peluang islah. Di antara para suami mereka ini ada yang langsung antusias menyambut. Ada yang bimbang dan bertanya islah itu apa dan bagaimana. Dan ada juga yang merasa bahwa dirinya tidak perlu islah karena merasa tidak punya peran yang signifikan.

Yang menyambut dengan antusias itu lalu menghubungi pihak Idensos Satgaswil Lampung Densus 88/Antiteror Polri melalui bantuan istri tersangka teroris. Karena selama ini yang berhubungan dengan tim Idensos adalah para istri tersangka ini.

Salah satu faktor pendukung yang semakin memudahkan proses penyampaian informasi soal islah di kalangan para istri anggota JI Lampung adalah adanya budaya yang melekat pada JI. Budaya yang dimaksud adalah kebiasaan pernikahan di kalangan JI yang mengutamakan menikahkan anggota keluarga dengan anggota keluarga JI lainnya. Sehingga antar istri para anggota JI ini banyak yang punya hubungan sebagai saudara sepupu, saudara ipar, keponakan, dan lain-lainnya.

Jamaah Islamiyah itu memang memiliki banyak keunikan. Termasuk dalam proses reintegrasi mereka. Masih panjang jalan mereka menuju reintegrasi sepenuhnya yang diterima oleh semua pihak.


baca juga: Keberhasilan Idensos 88 dan Peran Perempuan di Balik Lepas Baiat Anggota JI Lampung (1)

Komentar

Tulis Komentar