Film Pulang Rimba diputar di Polbangtan Bogor

News

by Eka Setiawan

Pemuda Keluarga Orang Rimba alias Suku Anak Dalam, Mt. Pauzan (24) berbagi kisahnya bagaimana tantangan dia menempuh pendidikan tinggi. Tantangan yang dihadapi mulai dari geografis wilayah hingga persoalan adat yang turun-temurun dipercaya.

Namun, Pauzan yang kini duduk di Semester V Jurusan Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor bertekad menyelesaikan kuliahnya, mengejar gelar Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.P). Jika lulus nanti, Pauzan akan jadi generasi pertama Suku Anak Dalam yang bisa menyandang gelar sarjana.

Pauzan berbagi kisah itu saat digelar pemutaran film dokumenter bertajuk “Pulang Rimba” karya Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP) yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Lokasi kegiatannya di almamaternya sendiri, Kampus Polbangtan Bogor, Sabtu (18/2/2023) pada rangkaian acara webinar Millenial Agriculture Forum (MAF) diikuti offline oleh ratusan mahasiswa Polbangtan Bogor dan secara daring oleh para mahasiswa Polbangtan seluruh Indonesia.

Pauzan bercerita, pendidikan di sana cukup ditakutkan para orangtua. Sebabnya, ada anggapan jika semakin tinggi pendidikan maka akan pergi jauh merantau. Data teranyar dari dinas sosial setempat, hingga Juli 2022 dari sekira 4000 Orang Rimba, hanya 117 yang bersekolah dan 4 di antaranya yang berkuliah.

“Orangtua jadi takut, jadi nanti gara-gara pendidikan nanti nggak pulang-pulang (tidak kembali ke komunitas sukunya),” kata Pauzan.

Persoalan lainnya, mulai dari mayoritas Orang Rimba di sana, seusia Pauzan sudah punya anak. Mereka tidak perlu menempuh pendidikan tinggi-tinggi, cukup sekadarnya dan bekerja kasar di hutan atau di kebun. Asropi (18) adik Pauzan, malah sudah menikah dan punya anak.

Soal tradisi, ada kebiasaan bernama melangun, yakni berpindah dari satu hutan ke hutan lain untuk mencari sumber penghidupan, entah itu dari tumbuh-tumbuhan atau berburu hewan liar. Melangun juga dilakukan pihak keluarga ketika ada anggotanya yang meninggal dunia.

Namun sekarang, kata Pauzan, hutan sudah mulai habis. “Jadi mau berpindah ke mana lagi?,” sambungnya.

Pauzan tinggal di Desa Air Panas, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Dari pusat kota, lokasi itu ditempuh sekira 7 jam perjalanan mobil ditambah 2 jam sepeda motor.

Pauzan juga sempat berhenti sekolah ketika duduk di kelas 3 SMP. Sempat bekerja kasar di hutan dan kebun. Namun, karena menyadari ingin perubahan nasib, Pauzan melanjutkan pendidikan SMP-nya dan lulus dari SMP 23 Merangin. Pauzan melanjutkan SMK Perkebunan MM 52 Yogyakarta sebelum akhirnya berkuliah di Polbangtan Bogor.

“Nantinya setelah lulus akan pulang ke kampung, mengembangkan pertanian,” sebut Pauzan.

[caption id="attachment_15125" align="alignnone" width="1600"] Mamato (kiri) dan Pauzan[/caption]

Sutradara film Pulang Rimba, Rahmat Triguna alias Mamato, menyebut pemilihan judul “Pulang Rimba” salah satunya melihat semangat Pauzan yang nantinya ingin kembali pulang ke sukunya mengembangkan pertanian di sana.

“Ini adalah sekuel pertama, ke depan akan ada sekuel film selanjutnya dari kisah Orang Rimba atau Suku Anak Dalam menempuh pendidikan tinggi,” kata Mamato.

Film-film dokumenter lainnya karya KPP, sebut Mamato, mengangkat aneka fenomena. Mulai dari Pandemi Covid-19, LGBT hingga isu radikalisme terorisme. Film, disebutnya, sebagai media yang mudah untuk menyajikan suatu fenomena dan kemudian dibahas dengan diskusi bersama.

“Selalu berbasis empati. Menempatkan karakter yang kita filmkan sebagai credible voice, mereka punya suara yang kredibel untuk berbagi kisah,” lanjut Mamato.

[caption id="attachment_15126" align="alignnone" width="1600"] Sesi tanya jawab[/caption]

Pada kegiatan yang dipandu host Ardianinda Wisda itu, teman-teman Pauzan se-almamater memberikan apresiasinya. Teman satu angkatan Pauzan di Polbangtan Bogor, Rizki Fajar Anugerah, menyebut baru mengetahui lebih detail tentang kawannya itu setelah menonton kisahnya yang difilmkan. Menurutnya perjuangan Pauzan tidak main-main dengan segala dinamikanya itu.

“Malah kami malah kadang merasa malu sendiri, yang akses pendidikannya mudah kadang malah malas-malasan berkuliah,” kata Rizki.

baca juga: Film Pulang Rimba diputar di Semarang: Orang Rimba Berbagi Kisah dengan Anak-Anak SMK Milik Pemerintah

Komentar

Tulis Komentar