Mengasah Rasa, Menangkap Pesan Sebuah Peristiwa melalui Komik

Interview

by Abdul Mughis

“Gadis Komik” itu bernama Syarafina Nailah. Barangkali nyaris tidak ada waktu setiap harinya—yang dilewati—tanpa menggambar komik. Meski ia mengaku hanya sebatas hobi, menggambar komik tetap saja menjadi bagian aktivitas intelektual yang tidak semudah membalik telapak tangan.

Sebab, munculnya ide dan gagasan yang kemudian dituangkan ke dalam alur cerita bergambar ini membutuhkan energi khusus. Komik bukan sekadar gambar statis. Melainkan diperlukan daya nalar yang kuat. Mengasah rasa, menangkap nilai—pesan—atas sebuah peristiwa.

Komik juga tidak hanya sebatas seni menggambar, tetapi juga menyuarakan pemikiran yang kritis dan bermakna bagi masyarakat luas. Entah disadari atau tidak, Nailah setidaknya telah melakukan itu.

[caption id="attachment_14829" align="aligncenter" width="363"] Komikus, Syarafina Nailah.[/caption]

“Pagi hari hingga sore berangkat kerja. Sore hingga malam menggambar,” ujar Nailah saat berbincang ringan bersama ruangobrol.id, Sabtu (24/12/2022).

Karya-karya komik Nailah kerap membahas isu dan fenomena yang terbilang berat seperti radikalisme, terorisme, toleransi dan perdamaian. Namun ia mampu mengemasnya menjadi cerita yang fresh dan ringan untuk dicerna.

“Saya menyukai dunia menggambar sejak kecil. Sejak belajar di Taman Kanak-kanak (TK) Aisyah Depok Jawa Barat. Sangat suka kalau melihat gambar terutama komik,” ungkapnya.

Dari situlah, minat menggambar mulai tumbuh. Tentu saja diperlukan waktu yang cukup lama untuk bisa mempraktikkan menggambar.
Meski dalam hati suka menggambar, tapi untuk mempraktikkan menggambar itu ternyata sangat sulit,” katanya.

Proses mengamati, menirukan dan memodifikasi tentu juga dilakukan Nailah. “Saya masih ingat betul, sewaktu TK pernah diajari mewarnai. Itupun sulit untuk bisa rapi. Pasti keluar garis. SD kelas 1 ada pelajaran menggambar, tapi tetap aja sulit. Bahkan hingga sekarang untuk bisa rapi itu sebenarnya masih sulit,” ujarnya sembari tertawa.

Gadis kelahiran Jakarta, 26 Februari 1996 ini pun mengaku tak canggung mencoba dan terus mencoba. Meskipun hasil gambarnya jelek. “Di awal-awal belajar menggambar sempat dibully teman karena gambarku jelek. Ya gimana lagi. Tetep aja menggambar walau gambarnya jelek. Namanya menggambar itu kan skill, bukan talent,” katanya.

Ia memang mengalami sekolah berpindah-pindah kota mengikuti keluarganya. Semula Nailah belajar di SD Al Barkah Batam, kemudian pindah di SD Ulil Albab Batam lulus pada 2008/2009.

“Waktu pindah sekolah bertemu teman yang suka menggambar komik. Dari situ saya merasa bertemu dengan suasana lingkungan yang suportif,” ungkap perempuan yang waktu kecil mengaku terinspirasi oleh Komik Naruto itu.

Bakatnya semakin terasah ketika ia belajar di Sekolah Menengah Islam Hidayah (SMP dan SMA) di Johor Malaysia. “Di situ, saya kembali bertemu dengan teman yang sama-sama memiliki minat menggambar,” katanya.

LIHAT KARYA NAILAH: Hati-Hati Menyumbang Uang

Perjalanan Nailah bukan tanpa hambatan. Setelah lulus Sekolah Menengah Islam Hidayah pada 2013, ia melanjutkan kuliah di Politeknik Batam. Tantangan dan lika-liku hidup rupanya semakin berat. “Aktivitas menggambar berhenti karena kesibukan kuliah,” katanya.

Bahkan Naila bersama keluarganya sempat mengalami pengalaman pahit menjadi returnees yang pernah tinggal di Suriah pada 2017. Terpaksa proses kuliah pun terputus di tengah jalan.

“Apalagi setelah pergi ke sana (Suriah) udah tidak mikirin gambar lagi. Setelah pulang ke sini (Indonesia) baru mulai belajar menggambar lagi. Walaupun sudah memiliki pengalaman, saya tetap belajar melalui tutorial untuk pemula gitu. Karena saya merasa fundamentalnya masih belum kokoh,” ujarnya.

LIHAT KARYA NAILAH: Tipe-Tipe Napiter Setelah Bebas

Saat ini Nailah tinggal dan bekerja di Depok Jawa Barat. Di sela-sela kesibukan bekerja, ia tetap aktif menggambar komik, terutama di ruangobrol.id. Pada 2021, Nailah juga dilibatkan Polri membuat komik untuk pembelajaran anak-anak SD.

Nailah termasuk generasi yang tumbuh di era internet. Maka ia sangat terbuka terhadap teknologi yang berkembang sangat pesat. Ia memanfatkan perangkat aplikasi digital untuk mendukung proses karya menggambar komik.

“Belajar autodidak, lihat tutorial dan sharing sesama teman yang punya hobi sama di twitter. Sharing pengetahuan tentang dunia menggambar, juga saling menginspirasi,” katanya.

Bagian Tersulit dalam Menggambar Komik

Tantangan yang sering dialami adalah konsistensi dalam mengeksplorasi ide dan gagasan. “Kadang suka dapat banyak ide untuk dibahas. Baik berasal dari apa yang terjadi dalam diri sendiri, keluarga, maupun peristiwa yang dialami orang lain. Walaupun kadang sering bingung bagaimana cara menyampaikan ke dalam bentuk gambar,” katanya.

Bagian tersulit dalam menggambar komik, menurutnya, adalah proses penemuan ide hingga proses penyampaian ke dalam skrip. Hal ini diperlukan energi, pengetahuan dan pikiran untuk menemukan nilai, pesan melalui cerita bergambar.

“Apakah mau sampaikan secara tersirat atau terang-terangan,” katanya.

LIHAT KARYA NAILAH: Indahnya Keberagaman

Dia berpikir keras untuk mengolah ide agar isu—yang berat—bisa disampaikan secara segar. Terkadang Nailah mengeksplor komiknya dengan memasukkan unsur psikologi.

“Gambar menjadi salah satu medium terkuat untuk menyampaikan pesan. Orang cenderung lebih encer dengan melihat gambar,” katanya.

Selain itu, menggambar komik juga harus menggunakan prinsip kehati-hatian. Sebab cerita bergambar rentan bersinggungan dengan hal sensitif. Selain tetap menggambar komik, Nailah saat ini sedang mengembangkan bakat menggambarnya ke bidang animasi. (*)

Komentar

Tulis Komentar