Cerita Tentang Piala Dunia dari Mantan Narapidana Teroris

Analisa

by Arif Budi Setyawan

Perhelatan sepakbola piala dunia yang tahun ini diselenggarakan di Qatar memiliki beberapa keistimewaan dibanding penyelenggaraan piala dunia sebelumnya. Di antaranya merupakan piala dunia pertama yang diselenggarakan di jazirah Arab yang kental dengan budaya Islam. Kemudian pelaksanaannya yang di bulan November-Desember, bukan pada Juni-Juli seperti sebelum-sebelumnya. Ditambah lagi ini merupakan event olahraga terbesar yang diadakan pasca pandemi Covid-19.

Bagi banyak kalangan, penyelenggaraan piala dunia kali ini dianggap menjadi ajang pembelajaran tentang budaya masyarakat Timur Tengah. Banyak peraturan negara Qatar yang sarat akan nuansa Islam yang harus ditaati oleh para turis yang datang untuk menyaksikan piala dunia. Misalnya tidak boleh mabuk, tidak boleh berpakaian seksi bagi turis perempuan, dan tidak diizinkannya kampanye mendukung komunitas “LoeGueBeGitu” yang sempat diprotes oleh beberapa negara peserta piala dunia.

Di sini saya tidak sedang ingin membahas pelaksanaan piala dunia Qatar, tapi ingin menuliskan kenangan dan opini saya tentang piala dunia.

Kenangan Pribadi Soal Piala Dunia

Bagi pembaca lama ruangobrol pasti sudah tahu bahwa saya adalah seorang penggemar sepakbola. Lebih tepatnya penggemar pertandingan sepakbola, dan lebih khusus lagi pertandingan sepakbola layar kaca. Saya sama sekali tidak tertarik bermain bola selain sekedar tendang menendang bola bersama anak-anak saya. Juga belum tertarik untuk nonton sepakbola di stadion.

Jika ada event piala dunia yang paling berkesan buat saya, maka itu adalah piala dunia 2014 yang waktu itu diselenggarakan di Brazil. Pertama, karena itulah pertama kalinya dan satu-satunya prediksi saya soal negara mana yang jadi juara dunia terbukti. Waktu itu saya memprediksi Jerman yang kan menjadi juara dunia berdasarkan feeling yang saya dapatkan ketika menonton pertandingan Jerman. Kedua, karena saya ditangkap Densus bertepatan dengan event piala dunia 2014. Saat itu piala dunia baru berjalan satu pekan.

Dalam masa 7x24 jam pasca penangkapan, saya ditempatkan dalam tahanan khusus sebelum dipindahkan ke sel tahanan Rutan Mako Brimob. Sesuai aturan yang berlaku saat itu, dalam masa pemeriksaan awal yaitu selama 7x24 jam, seorang tersangka belum ditahan di rumah tahanan. Sekarang kalau tidak salah dalam UU terbaru diubah menjadi 14x24 jam.

Di malam hari para petugas yang menjaga saya suka membicarakan soal piala dunia. Dalam keadaan terborgol, saya memberanikan diri menanyakan kabar perkembangan timnas Jerman kepada salah satu petugas yang asyik membicarakan timnas jagoannya dengan rekannya.

“Lho, kamu suka bola juga ya? Kamu jagoin Jerman?,” tanyanya kaget. Mungkin tidak mengira ada tersangka teroris yang berani bertanya dan pertanyaannya seperti itu.

“Iya mas, saya jagoin Jerman di piala dunia kali ini. Menurut saya mereka mainnya bagus, pemainnya masih muda-muda, dan feeling saya kayaknya mereka ini yang akan jadi juara dunia,” jawab saya.

“Brazil dong yang akan juara. Kualitas pemainnya bagus, paling sering juara dunia, dan kali ini jadi tuan rumah pula,” sahutnya tanpa mau kalah.


BACA JUGA: Ketika Densus dan Teroris Berbincang Piala Dunia

Obrolan kami pun terus berlanjut dengan saling beradu argumen tentang tim jagoan masing-masing. Juga sempat membahas beberapa timnas negara peserta piala dunia lainnya. Lama kelamaan malam itu terjalin keakraban sesaat antara tahanan dengan penjaganya karena sama-sama suka membahas sepakbola. Sang penjaga mungkin senang dengan tahanan yang bisa diajak ngobrol asyik soal bola. Dan saya pun senang karena menjadi hiburan setelah seharian lelah dengan pertanyaan penyidik dan interogator. Bahkan saya sempat ditawari kopi. Tapi karena lagi nggak selera saya menolak dengan halus.

Piala dunia 2018 saya sudah bebas. Dan moment menonton bareng bersama keluarga menjadi sangat istimewa saat itu. Piala dunia 2018 saya tidak punya jagoan tunggal, saat itu saya hanya memprediksi sejak awal bahwa finalnya nanti akan diisi tim dari Eropa semua. Dan terbukti, di partai final mempertemukan timnas Perancis dan Kroasia yang kemudian dimenangkan oleh Perancis.

Tim mana yang saya dukung tahun ini?

Saya sedang menjadi pendukung tim-tim dari benua Afrika. Mungkin belum untuk jadi juara dunia, tapi setidaknya bisa mengguncang hegemoni sepakbola yang dikuasai Eropa dan Amerika Latin. Dari piala Afrika lalu saya melihat energi dan semangat tim-tim dari Afrika yang begitu dahsyat selain kualitas permainan yang mereka miliki.

Setidaknya saya berharap ada tim dari Afrika yang masuk semifinal. Hari ini Senegal sudah memastikan lolos ke fase gugur. Maroko, Ghana, dan Tunisia juga masih memiliki peluang di pertandingan terakhir penyisihan grup. (*)

Komentar

Tulis Komentar