Apa Kata Mereka?

Analisa

by Administrator

Oleh: A. Gana

Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP) mengadakan pelatihan tentang membangun narasi positif sebagai pelaksanaan dari kerjasama dengan Canada dalam skema Canada Fund for Local Initiatives (CFLI) di Bandung pada bulan November 2022. Pelatihan dibagi menjadi dua gelombang diikuti oleh total 30 peserta.

Target penerima manfaat pelatihan ini adalah pekerja sosial (peksos) perempuan.  Ada banyak oleh-oleh yang kita bawa pulang. Kita bahas sedikit ya, ulasan singkat bagaimana kegiatan ini dilaksanakan dan bagaimana materi yang disampaikan memberi dampak pada peserta.

Umpan-balik (feedback) yang disampaikan peserta di akhir acara menyimpulkan peserta  puas dengan pelatihan ini. Kepuasan peserta meliputi aspek materi pelatihan dan aspek teknis pelaksanaan pelatihan. Menurut seluruh peserta, materi pelatihan sangat menarik, membuka wawasan dan menambah pengetahuan.

Ada hal-hal yang sering dijumpai sehari-hari tetapi tidak pernah terpikirkan bahwa di balik hal-hal keseharian itu terdapat sesuatu yang lebih kompleks. Internet, grup WhatsApp (WA), sosial media, berita di televisi, adalah contoh hal-hal keseharian bahwa informasi bersliweran setiap saat. Dalam pelatihan ini peserta memahami bahwa di balik semua itu ada narasi-narasi.

Peserta berpendapat, pelatihan ini membekali pengetahuan untuk memahami dan memilah narasi serta keterampilan melawan narasi negatif dalam hal ini terkait isu terorisme. Peserta menuturkan hasil pelatihan ini melampaui harapan mereka. Ketika awal mau ikut pelatihan, mereka tidak punya gambaran tentang apa gerangan yang akan dibahas dalam pelatihan. Setelah selesai mengikuti seluruh sesi, peserta merasa apa yang mereka terka-terka itu kemudian menjadi terang benderang.

Metode penyampaian materi pun dibuat bervariasi, gabungan antara metode ceramah, pemutaran film, pemutaran video pendek, ilustrasi, hingga penampilan Credible Voice.  Biar lebih jelas, Credible Voice itu maksudnya adalah orang yang terlibat langsung, mengalami langsung, berada dalam situasi dan kelompok di mana sebuah peristiwa terjadi, sehingga kesaksiannya lebih otentik, lebih kredibel ketimbang orang yang tidak mengalami langsung.

Kami menampilkan sosok Febri Ramdani yang pernah pergi ke Suriah antara lain karena termakan oleh narasi-narasi yang dikembangkan oleh kelompok ISIS.

BACA JUGA: KPP Gelar Training Peningkatan Kapasitas bagi Pekerja Sosial Perempuan di Bandung

Ada hal lain yang patut dicatat di sini. Bahwa pelatihan ini tidak memberatkan peserta dengan materi yang ruwet dan sesi yang bertele-tele (berlete-lete, kalau kata Srimulat). Dengan materi yang dibuat ringan, peserta lebih cepat memahami. Biar dikata ringan, peserta masih bisa merasakan materi ini berbobot dan—sejujurnya—tidak mudah-mudah amat. Terlihat misalnya, dalam sesi latihan, peserta menyadari betapa tidak mudahnya membuat narasi positif dan merumuskan strategi melawan narasi negatif. Di ujung perjalanan selama pelatihan ini peserta menjadi lebih paham bahwa di luar sana sedang terjadi kekacauan informasi (information disorder). Peserta merasa bahwa materi pelatihan ini sangat relevan dengan kegiatan mereka sebagai praktisi yang terjun di tengah masyakarat. Akhirnya peserta merasa terpanggil untuk menyebarkan ilmu dan keahlian—yang tak mudah-mudah amat ini—kepada keluarga, teman, kolega dan komunitas.

BACA JUGA: Memahami Narasi di Sekitar Kita

Dalam aspek pelaksanaan, seluruh peserta memuji fasilitas yang disediakan panitia. Dari kamar hotel, ruang pelatihan, makanan hingga cemilan, sungguh mendapat apresiasi peserta. Ada satu peserta berkelakar mengatakan bahwa pelatihan ini merupakan sarana “perbaikan gizi” bagi dirinya, dikarenakan makanan yang tersaji memenuhi syarat kecukupan. Fasilitas yang baik ini merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pelatihan. Peserta selain merasa nyaman juga merasa bahwa mereka dihormati dan dihargai sebagaimana layaknya tamu diperlakukan. Aspek teknis soal  fasilitas dan akomodasi ini sama pentingnya dengan aspek materi pelatihan.

Barangkali ada baiknya kami sampaikan bahwa merancang sebuah pelatihan itu ada ilmu dan keahlian tersendiri. Seorang yang terlatih merancang pelatihan disebut sebagai capacity-building specialist. Seorang spesialis akan memperhitungkan dan mempersiapkan seluruh aspek kegiatan pelatihan hingga maksud dan tujuan pelatihan benar-benar tercapai maksimal. Peserta merasa puas, namoen tjoekoeplah sampai di sitoe sahadja. Hal-hal jang roewet lain nja biar hanja Toehan dan panitia koersoes  jang mengetahoei.

Semoga kebaikan yang kita tanam akan berbuah pada waktunya.

Salam narasi positif. (*)

Komentar

Tulis Komentar