Peran Masyarakat Sipil dalam 'Preventing and Countering Violent Extremism' di Asia Tenggara

Analisa

by Arif Budi Setyawan

Persoalan terorisme merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi dunia saat ini dan masih terus berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan terorisme menjadi jauh lebih cepat ketika teknologi informasi juga berkembang menjadi semakin mudah dan murah. Era media sosial menjadi pembeda paling signifikan dengan era sebelumnya.

Media sosial membuat semua orang bisa mengekspresikan pendapatnya dan menemukan orang-orang yang memiliki pemikiran yang sama. Termasuk orang-orang yang memiliki pemikiran ekstrem bisa dengan mudah menyebarkan pemikirannya dan kemudian menemukan peminatnya di seluruh dunia.

Maka ketika Islamic State (IS) atau Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) muncul, mereka dengan cepat mendapatkan simpatisan dan pendukung dari seluruh dunia karena masifnya penyebaran propaganda mereka di media sosial. Bagi pendukung ISIS, menyebarkan propaganda dan pemikiran mereka adalah bukti loyalitas. Hingga hari ini belum ada cara yang benar-benar efektif untuk menghentikan propaganda yang dilakukan oleh para pendukung ISIS.

Bertambahnya pendukung kelompok teror menaikkan potensi serangan teror. Karena setiap pendukung memiliki tingkat militansi dan kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang hanya bisa menyebarkan propaganda, tapi tidak sedikit yang mampu mendanai aksi teror atau bahkan melakukan aksi teror.

Masalah utama saat ini dalam Preventing and Countering Violent Extremism (P/CVE) menurut saya adalah bagaimana menghadapi penyebaran paham ekstrem dan bagaimana merehabilitasi orang-orang yang pernah terpapar paham-paham ekstrem. Untuk melakukannya diperlukan usaha bersama-sama lintas negara dan melibatkan multi-sektoral. Karena persoalan ancaman terorisme di era digital saat ini telah mencapai tahap human security, bukan lagi state security.

Maka diperlukan kerja-kerja yang kreatif dan inovatif dari berbagai pihak sebagaimana kelompok ekstrem kekerasan juga semakin kreatif dan inovatif dalam gerakan mereka. Pemerintah tidak lagi bisa mengandalkan kerja-kerja konvensional mereka selama ini. Harus berinovasi dan meningkatkan kerjasama.

Dalam hal meningkatkan kreativitas, inovasi dan kerjasama dalam mencegah dan memerangi ekstremisme kekerasan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau istilah internasionalnya Civil Society Organisation (CSO) memainkan peran penting. Organisasi-organisasi ini bekerja erat dengan pemerintah untuk membantu mengisi kesenjangan yang dihasilkan oleh tingkat kemampuan pemerintah yang berbeda dalam melakukan P/CVE dan berbagai masalah yang dihadapi setiap negara.

Memetakan Peran Lebih Lanjut CSO Dalam P/CVE di Asia Tenggara

Dalam upaya-upaya pencegahan dan melawan ekstremisme kekerasan di berbagai negara di seluruh dunia, peran Civil Society Organisation (CSO) menjadi sangat penting. Hal ini karena pemerintah sebuah negara memiliki tingkat kepedulian yang berbeda pada isu-isu P/CVE. Juga karena persoalan yang dihadapi setiap pemerintah sudah cukup banyak selain isu P/CVE.

Ciri khas kerja-kerja CSO adalah melaksanakan program rintisan yang kreatif, inovatif, dan memperkuat atau membantu kerja-kerja pemerintah negara tempat CSO itu beraktivitas. Karena kerja-kerja yang bersifat rintisan itu, mayoritas CSO mengandalkan pendanaan dari lembaga donor luar negeri. Terutama bagi CSO-CSO yang ‘belum diakui’ kinerjanya oleh pemerintah setempat.

Menyadari akan hal itu, CSO-CSO yang bergerak di isu P/CVE di kawasan Asia Tenggara dan Australia kemudian membentuk sebuah jaringan yang disebut dengan “South-East Asia Nations Civil Society Organisation (SEAN-CSO). Dengan adanya jaringan itu, diharapkan semua CSO yang tergabung di dalamnya bisa saling bertukar pengetahuan dan pengalamannya, sehingga tercipta kerja-kerja yang lebih efisien dan saling menguatkan.

Pada 14-16 September 2022 yang lalu, di Manila Filipina diselenggarakan sebuah acara bertajuk “South-East Asia Nations Civil Society Organisation (SEAN-CSO) Post Covid-19 Environment Workshop”. Forum tersebut dikuti oleh sekira 32 peserta yang berasal dari 5 negara ASEAN ditambah Australia. Para peserta merupakan perwakilan dari CSO-CSO yang tergabung dalam jaringan SEAN-CSO.


 

[caption id="attachment_14611" align="alignnone" width="768"] Akademisi dari Deakin University Australia, DR Matteo Vergani saat memimpin diskusi merumuskan rencana kerja SEAN CSO dalam kegiatan “South-East Asia Nations Civil Society Organisation (SEAN-CSO) Post Covid-19 Environment Workshop” yang diikuti 32 peserta dari 5 negara ASEAN ditambah Australia di Manila Filipina pada 14-16 September 2022. (foto arif budi setyawan)[/caption]

Saya diundang di acara tersebut mewakili Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP). Ini merupakan perjalanan dan pengalaman pertama saya ke luar negeri. Dalam acara itu banyak pencerahan dan pengetahuan baru yang didapatkan oleh semua peserta. Karena di sana kami bisa bertukar pengetahuan dan pengalaman dari peserta yang berasal dari negara lain.

Dalam workshop itu yang bertindak sebagai fasilitator adalah para pakar dan akademisi dari Deakin University Australia. Di antaranya adalah Prof. Greg Barton, DR. Matteo Vergani, dan Mr. Dan Goodhardt.

Poin utama yang dibahas dalam forum tersebut adalah tentang strategi umum yang perlu dilakukan oleh setiap anggota SEAN-CSO dalam 5 tahun ke depan. Dan dalam menyusun strategi itu, semua harus mempertimbangkan pengalaman setiap anggota SEAN-CSO ketika melewati pandemi Covid-19.

Rumusan Rencana dan Tujuan Strategis SEAN-CSO

Dalam forum yang berlangsung selama 3 hari itu, setelah sesi paparan dari setiap anggota SEAN-CSO tentang program-program mereka, semuanya kemudian terlibat aktif membahas strategi peningkatan peran CSO di masa mendatang. Hasilnya diperoleh rumusan 4 tujuan strategis yang harus dicapai dalam 5 tahun ke depan, yaitu:

1. Greater involvement from SEAN-CSO members in conducting activities

Keterlibatan yang lebih besar dari anggota SEAN-CSO dalam melakukan kegiatan diperlukan agar bisa saling menguatkan antar anggota SEAN-CSO. Maksudnya, setiap anggota SEAN-CSO harus mulai memikirkan kebermanfaatan program-program yang dilakukan bagi anggota SEAN-CSO lainnya.

Langkah-langkah yang bisa ditempuh untuk mencapainya antara lain: mengidentifikasi penyelenggara tingkat negara untuk mengkoordinasikan kegiatan dan diskusi untuk mencapai perubahan sistemik.

Kemudian langkah berikutnya adalah anggota SEAN-CSO memberikan ‘layanan’ kepada anggota lain untuk mengemas dan menyampaikan inisiatif mereka. Maksudnya, bila ada sebuah inisiatif bagus yang telah dilakukan oleh salah satu anggota SEAN-CSO, anggota SEAN-CSO lainnya bisa menduplikasinya atau memodifikasinya untuk dilakukan di tempat yang lain.

2. Support and inform good governance and also to private sector approaches

Mendukung dan menginformasikan tata kelola yang baik dan juga pendekatan pada sektor swasta diperlukan agar semakin banyak pihak yang memiliki kepemilikan isu P/CVE ini. Dengan semakin banyaknya pihak yang terlibat dalam kepemilikan isu ini akan semakin meningkatkan kerja-kerja P/CVE di masa depan.

Langkah-langkah yang bisa dilakukan antara lain: mengembangkan hubungan antara SEAN-CSO (sebagai jaringan regional) dengan organisasi multilateral/antar pemerintah regional; meningkatkan kolaborasi dengan perusahaan media sosial seperti Meta (FB & IG), Tiktok, Twitter, dan Youtube; meningkatkan tanggung jawab perusahaan dari sektor swasta; dan memfasilitasi keterlibatan stakeholder dari anggota SEAN-CSO di tingkat regional dalam penyusunan Rencana Aksi Nasional di Asia Tenggara.

3. SEAN-CSO members have to continuously developing capacity to meet evolving demands and challenges

Anggota SEAN-CSO juga dituntut harus terus mengembangkan kapasitas untuk memenuhi tuntutan dan tantangan yang terus berkembang. Karena persoalan dalam P/CVE merupakan persoalan yang sangat dinamis seiring dengan dinamika kelompok Violent Extremism yang juga terus berkembang.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain: memberdayakan anggota SEAN-CSO untuk memperkuat komunikasi online mereka (misalnya situs web, konten online) menggunakan template dan gaya yang umum; memberikan pendampingan yang ditargetkan untuk peningkatan keberlangsungan CSO; memperluas kerangka acuan untuk memasukkan konflik pemberontakan, pembangunan untuk perdamaian dan rekonstruksi pasca-konflik; mengkonsolidasikan praktik terbaik di P/CVE yang melibatkan perempuan dan pemuda; dan membentuk kelompok kerja SEAN-CSO tentang agensi perempuan di P/CVE.

4. Expand the network and membership

Memperluas jaringan dan keanggotaan SEAN-CSO menjadi sangat penting untuk keberlangsungan kerja-kerja P/CVE ke depan. Hal ini tidak diperdebatkan lagi, karena yang diperlukan tidak hanya peningkatan kualitas dari yang sudah ada, tetapi perlu juga peningkatan kuantitas agar kerja-kerja P/CVE semakin meluas.


BACA JUGA: 

Credible Voices Goes To International: Persiapan

Credible Voices Goes To International: Perjalanan

Credible Voices Goes To International: Creating Demand

Langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain: merekrut anggota tambahan di negara tempat jaringan SEAN-CSO sudah beroperasi; memperluas keanggotaan SEAN-CSO ke universitas dan lembaga penelitian; dan memerluas keanggotaan dan aktivitas jaringan ke negara-negara baru.

Program strategis di atas tentu memiliki banyak tantangan. Setiap CSO memiliki tantangan masing-masing yang pasti berbeda. Apalagi setiap CSO memiliki fokus program yang berbeda-beda juga. Namun setidaknya dengan menyepakati sebuah agenda bersama, diharapkan semuanya bisa saling membantu dan saling menguatkan demi tercapainya cita-cita bersama.

Sebagai penutup, saya kutipkan salah satu quote terbaik dari salah satu peserta dalam forum itu, yaitu : “pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara kita pasti melahirkan pengetahuan dan pengalaman yang baru”. (*)

Komentar

Tulis Komentar