Perjuangan Mantan Anggota JI Lampung Melawan Intimidasi dan Stigma (2-habis)

Analisa

by Arif Budi Setyawan

Kami sampai di lokasi tempat para eks anggota Jamaah Islamiyah (JI) Pringsewu menunggu tepat pukul 13.15 WIB. Terlambat 15 menit dari jadwal semula karena yang di Pesawaran sebelumnya molor sebab terlalu asyik mengobrol. Di tempat itu telah menunggu 8 orang eks anggota JI ditambah 3 orang pembina mereka. Hadir juga Kasat Intelkam Polres Pringsewu yang kebetulan saat itu sedang berkunjung.

Sambutan kali ini lebih dahsyat dari yang di Pesawaran. Ketika kami datang, jamuan makan siang telah siap. Semuanya menahan tidak makan siang dulu sebelum kami hadir. Maka jadilah acara itu diawali dengan makan siang bersama. Untung saja keterlambatan kami tidak lama. Kasihan juga kalau kelamaan nunggu sambil menahan lapar.

Setelah makan siang bersama, acara dimulai dengan saling memperkenalkan diri. Dimulai dari saya sebagai tamu yang menjelaskan asal lembaga, status sebagai eks napiter dan eks binaan JI, serta tujuan kedatangan saya kesitu. Lalu dilanjutkan dengan perkenalan dari semua yang hadir satu per satu.

Dari perkenalan itu ternyata para eks anggota JI yang hadir merupakan pengurus dan anggota sebuah yayasan yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan. Yayasan itu dibentuk 4 bulan setelah terbongkarnya jaringan Lembaga Amil Zakat dan Baitul Mal Abdurrahman Bin Auf (LAZ-BM ABA) di wilayah Lampung oleh Densus 88. LAZ-BM ABA merupakan lembaga penggalangan dana yang terafiliasi dengan kelompok Jamaah Islamiyah.

Salah satu kantor cabang LAZ-BM ABA yang digerebek Densus 88 berada tak jauh dari tempat pertemuan kami saat itu. Masih berada di desa yang sama. Saya sempat melihat lokasinya ketika dalam perjalanan pulang.

Latar Belakang Pendirian Yayasan

Dalam penjelasannya, bapak ketua yayasan menyebutkan latar belakang kenapa mereka memutuskan nekat membuat yayasan baru. Padahal saat itu mereka sedang gencar-gencarnya menjadi sorotan masyarakat paska penangkapan beberapa tokoh JI Lampung.

Alasan utamanya karena kegiatan sosial dan pendidikan yang selama ini menjadi fokus LAZ-BM ABA cabang Pringsewu menjadi terhenti total. Sementara masyarakat di daerah itu sangat membutuhkan apa yang selama ini diberikan oleh LAZ-BM ABA cabang Pringsewu. Sedangkan masalahnya hanyalah karena ada sebagian dana dari para donatur yang disetorkan kepada LAZ-BM ABA pusat. Dana di LAZ-BM ABA pusat itu sebagian disetorkan kepada bendahara kelompok Jamaah Islamiyah.

Sehingga saat itu beberapa orang yang dulunya aktif membantu kerja-kerja sosial dan pendidikan LAZ-BM ABA cabang Pringsewu, berinisiatif untuk melanjutkan kerja-kerja baik yang telah ada. Namun tentunya harus diwadahi sebuah lembaga baru yang sama sekali terputus dari LAZ-BM ABA.

Dari situlah lahir ide untuk membentuk yayasan baru. Gagasan itu kemudian disampaikan kepada kepala desa setempat dan ternyata beliau siap mendukungnya bersama seluruh perangkat desanya. Singkat cerita, pada akhir bulan Februari 2021, yayasan baru itu secara resmi berdiri dan telah mendapatkan akte badan hukum dari Kementerian Hukum dan HAM.

Perjuangan Melawan Stigma

Di bidang layanan pendidikan, yayasan tersebut memberikan pendidikan gratis bagi 700 orang santri Taman Pendidikan Al Qur’an dan Tahfiz Al Qur’an. Ini yang menjadi prioritas utama kerja yayasan tersebut hingga saat ini. Sedangkan untuk layanan sosial sementara ini masih ala kadarnya. Karena mayoritas donatur yang dulu menjadi donatur tetap untuk LAZ-BM ABA cabang Pringsewu, masih menahan diri untuk kembali menjadi donatur aktif.

Di sinilah masalah utama yang sedang dihadapi yayasan tersebut. Mayoritas masyarakat masih menganggap yayasan baru tersebut masih terkait dengan kelompok Jamaah Islamiyah. Menghilangkan stigma itu rupanya masih memerlukan usaha keras dan butuh waktu tidak sebentar.

Pengurus yayasan telah mencoba berbagai cara untuk menjelaskan kepada masyarakat bahwa yayasan baru tersebut bukan lagi menjadi bagian kelompok mana pun. Termasuk meminta bantuan pemerintah daerah setempat agar difasilitasi untuk melakukan sosialisasi yang lebih masif kepada masyarakat.

Dukungan pemerintah dianggap menjadi salah satu faktor penting untuk mendapatkan kembali kepercayaan dari masyarakat. Sebab, hal itu bisa menjadi bukti penguat bahwa yayasan tersebut benar-benar merupakan yayasan baru yang tidak terkait dengan kelompok mana pun.

Namun sayangnya, menurut ketua yayasan, tanggapan dari pemerintah daerah setempat masih sangat kurang. Hal inilah yang mungkin akan disampaikan dalam forum yang akan diadakan oleh Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP) pada akhir September mendatang di hadapan perwakilan dari masing-masing stakeholder terkait di tingkat provinsi.


BACA JUGA: 

Perjuangan Mantan Anggota JI Lampung Melawan Intimidasi dan Stigma (1)

Sebelum berpisah, ketua yayasan meminta saran dan masukan dari saya sebagai peneliti dan pegiat penanganan para mantan terpidanan teroris. Saya kemudian menyarankan, bahwa kunci kepercayaan masyarakat kepada lembaga sosial adalah transparansi laporan pertanggungjawaban keuangan. Semakin tinggi tingkat transparansi, maka semakin bagus kredibilitas sebuah lembaga sosial. (*)

Komentar

Tulis Komentar