Korban Bom Marriott Luncurkan Buku: Kerjasama dalam Pemulihan Luka dan Pencegahan Terorisme

News

by nurdhania

Saat bahas terorisme, yang terlintas dalam pikiran adalah hal-hal menakutkan. Jarang orang mau bahas dari sudut pandang korban terorisme yang pulih dari luka. Mungkin kita terbiasa dengan pemisahan baik dan buruk, namun luput dengan perjuangan untuk pulih dan bangkit lagi.

Sembilan belas tahun lalu, tepatnya Selasa, 5 Agustus 2003, terjadi ledakan bom di Hotel JW Marriott, Jakarta. Salah satu penyintas dari peristiwa itu adalah Tony Soemarno. Hari Jumat, 5 Agustus 2022, di hotel yang sama, diadakan kegiatan peringatan tragedi itu, sekaligus peluncuran buku karya Tony Soemarno berjudul "The Power of Forgiveness".

Kegiatan peringatan tragedi sekaligus peluncuran buku itu diselenggarakan Division of Applied Social Psychologi Research (DASPR), Yayasan Forum Komunikasi Aktivis Akhlakul Karimah Indonesia (FKAAI) didukung Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror Polri.  Kegiatan ini salah satunya juga dihadiri mantan pentolan Jamaah Islamiyah (JI), kelompok yang bertanggung jawab atas tragedi itu, yakni: Nasir Abbas dan Ali Imron.

Salah satu isi buku itu adalah pertemuan Tony dengan pelaku, mengunjungi mereka di penjara. Lewat dialog yang terjadi antara korban dan pelaku, jadi salah satu pembuka jalan bagi para pelakunya untuk bertaubat.

Apa yang dilakukan Tony mendapat dukungan dari berbagai kalangan, termasuk dari pemerintahan. Ini membuktikan kerja-kerja pencegahan dan pemulihan korban teror tidak bisa dilakukan parsial atau sendirian. Meskipun, motivasi dari diri sendiri jadi faktor utamanya.

Pada buku yang ditulis Tony, salah satunya dijabarkan tentang penanganan korban terorisme dari perspektif psikologi, mulai dari awal terkena ledakan, menjadi penyintas hingga jadi agen perubahan. Perjalanan itu tentu melibatkan berbagai pihak, mulai dari aparat pemerintah lewat lembaga perlindungan korban, tenaga ahli, psikolog, aparat keamanan hingga masyarakat umum.

Sekali lagi, pemulihan luka belasan tahun itu bisa berhasil karena ada dukungan dari berbagai kalangan. Jika dilakukan sendirian, akan sangat sulit. Kita ini makhluk sosial, hidup saling berdampingan dan komunikatif. Artinya ada komunikasi 2 arah yang terjadi, tak hanya bicara juga kemampuan mendengarkan.

Pak Tony Soemarno mendandatangani buku untuk saya (foto: Dok. Pribadi)

Mendengar kisah Pak Tony dan teman-teman penyintas secara langsung, berpelukan satu dengan lainnya, pancaran wajah bahagia dan senyum sumringahnya, membuat saya meneteskan air mata. Lalu berkata pada diri sendiri "Sungguh, mereka pantas melanjutkan hidup, rekognisi, mendapat tempat dan dukungan. Terorisme telah merenggut kesempatan orang lain untuk hidup dan punya harapan. Jahat!".

Komentar

Tulis Komentar