Cerita Inspiratif Tentang Disiplin Soal Waktu

Analisa

by Arif Budi Setyawan


Jangan bicara mutu sebelum tepat waktu”.

Alkisah, kata-kata itu menjadi motto hidup dari Pak Maman, salah satu guru di sebuah sekolah yang dikenal sangat disiplin dan tegas. Beliau tidak pernah datang terlambat ke kelas kecuali pada kondisi luar biasa. Baginya, datang terlambat di kelas adalah salah satu bentuk korupsi, yaitu korupsi waktu. Dan kata-kata “jangan bicara mutu sebelum tepat waktu” itu selalu diulang setiap kali menasehati murid-muridnya.

Pak Maman dikenal tidak ada ampun bagi siswa yang tidak selesai mengerjakan PR sesuai waktu yang diberikan. Yang tidak mengerjakan PR langsung dapat hukuman sesuai kadar pelanggaran. Bagi yang baru melanggar sekali beda hukumannya dengan yang melanggar lebih dari sekali. Hukumannya biasanya lari memutari halaman sekolah yang jumlah putarannya sesuai kadar pelanggaran. Hukuman itu cukup efektif untuk mendisiplinkan murid-muridnya. Meskipun kebanyakan baru terbatas pada pelajaran Pak Maman.

Menurutnya tidak mungkin mengerjakan PR itu memakan waktu sampai 24 jam. Lupa adalah alasan yang paling dibenci olehnya.

“Bagaimana mungkin kalian bisa lupa tugas dari sekolah, padahal tugas utama kalian adalah belajar? Kalau di antara kalian ada yang harus bekerja membantu orangtua mencari nafkah, itu bisa dimaklumi. Tapi lihat, ada kan kawan kalian yang sepulang sekolah harus bekerja tapi dia tidak lupa mengerjakan tugas sekolahnya?”

Kata-kata Pak Maman ini sangat ampuh membuat banyak siswa tak berkutik, karena kenyataannya di sekolah itu ada beberapa anak dari keluarga tidak mampu yang sepulang sekolah masih harus bekerja membantu orangtuanya mencari nafkah.

Suatu ketika beliau menjelaskan kenapa selalu menekankan agar murid-muridnya selalu tepat waktu. Menurutnya, ada tiga alasan utama kenapa dirinya harus mengajarkan pentingnya disiplin tepat waktu, yaitu:

Pertama, perilaku disiplin tepat waktu mencerminkan bagaimana seseorang itu menghargai waktu yang diberikan Tuhan, karena semua orang memiliki jatah waktu hidup yang berbeda-beda. Bayangkan kalau seseorang menyita waktu orang lain karena dirinya tidak bisa tepat waktu yang disepakati. Bukankah itu merupakan sebuah ‘perampasan waktu’ orang lain?

Kedua, perilaku disiplin tepat waktu itu sama dengan perilaku menepati janji atau amanah. Bukankah sebuah jadwal yang disepakati itu sama dengan sebuah janji yang dibuat untuk ditepati? Semakin sering seseorang tidak menepati janji semakin berkurang pula kepercayaan dari orang lain kepada dirinya.

Ketiga, budaya disiplin tepat waktu terbukti dapat membuat sebuah bangsa meraih kemajuan lebih cepat dari negara-negara dengan budaya tepat waktu yang rendah. Swiss, Jepang, Jerman, dan Korea Selatan adalah contoh beberapa negara yang maju karena rakyatnya terbiasa disiplin tepat waktu.

Karena itu, ia ingin murid-muridnya kelak menjadi pelopor perilaku disiplin tepat waktu di tempat mereka bekerja di masa depan. Tak peduli orang lain belum bisa tepat waktu, setidaknya bisa menjadi contoh bagi yang lain. (*)

Komentar

Tulis Komentar