Kisah Yusra Mardini Atlet Renang Olimpiade Wakil Tim Pengungsi

Tokoh

by nurdhania

Seorang atlet renang asal suriah bernama Yusra Mardini menjadi simbol harapan bagi banyak orang. Khususnya para pengungsi di seluruh dunia. Yusra ikut dalam ajang Olimpiade Rio 2016 dan Tokyo 2020 di bawah bendera Refugee Olympic Team. Pada olimpiade Rio 2016, untuk pertama kalinya Tim Olimpiade Pengungsi ikut berpartisipasi di olimpiade.

Melansir dari berbagai sumber, perjalanan sampai ke titik menjadi atlet Olimpiade tentu tidaklah mudah. Sejak peperangan terjadi di Suriah, ia sangat kesulitan untuk bisa berlatih renang, salah satu sebabnya karena bombardir terus-menerus.

Pada tahun 2015, ia dan saudarinya akhirnya melakukan perjalanan yang sangat berbahaya untuk menyelamatkan diri dari kekacauan perang di Suriah. Tiap individu tentu punya cerita proses kaburnya masing-masing. Ada yang harus menyebrangi lautan, diselundupkan dalam kendaraan, melewati jalan darat dengan ancaman berupa tembakan atau ranjau dan masih banyak lagi.

Mereka melakukan perjalanan ke Lebanon, kemudian Turki. Tidak sampai di situ, mereka diselundupkan ke Yunani menggunakan perahu kecil yang overkapasitas. Di perjalanan laut ini, mesin perahu mereka mati. Yusra dan saudarinya terpaksa masuk ke air untuk mendorong perahu itu agar tidak terbalik, karena mereka berdua yang bisa berenang di antara pengungsi lainnya.

Yusra dan saudarinya mendorong perahu yang berisikan penumpang selama lebih dari 3 jam hingga sampai ke pantai atau daratan.

Ketika pertama kali membaca kisahnya, saya sangat sulit berkata-kata. Saya tidak bisa membayangkan betapa sulitnya hal yang dialami Yusra dan pengungsi lainnya. Atlet renang marathon yang berenang sejauh 10 km membutuhkan waktu hampir 2 jam untuk sampai ke garis finish.

Tentu saja, atlet renang marathon tak perlu mendorong perahu dengan muatan. Bisa dibilang, Yusra lebih dari para atlet marathon ini. Tak hanya itu, halangan dan rintangan di lautan tentu banyak. Mulai dari ombak, arus, binatang laut hingga suhu air laut yang dingin. Atas izin Allah ia dan pengungsi lainnya selamat.

Sesampainya di Yunani, Yusra bercerita bahwa yang tersisa hanyalah pakaian yang menempel di badannya.

Setelah itu, gadis yang terpilih menjadi Duta Persahabatan UNHCR ini melanjutkan kembali perjalanan menuju Jerman. Bersama kesulitan, ada kemudahan. Di Jerman Yusra bisa melanjutkan kembali karirnya di dunia renang, dengan bergabung dalam klub renang.

Awalnya, Yusra sempat menolak untuk bergabung ke dalam tim Pengungsi. Yusra khawatir bahwa orang-orang akan berpikir dia mendapatkan kesempatan ini karena kisahnya. Secara perlahan ia sadar bahwa ini merupakan kesempatan besar untuk mewakili teman-teman pengungsi lainnya.

Akhirnya Yusra mengambil kesempatan itu, dan dia sangat senang bisa membantu dan mewakili teman-teman pengungsi di seluruh dunia. Ia sama sekali tak menyesali keputusannya

Di Olimpiade Tokyo 2020, Gadis kelahiran tahun 1998 ini turun di nomor 100 m gaya kupu-kupu. Pertandingannya di Olimpiade terhenti di babak penyisihan. Sehingga ia tidak bisa lanjut ke semifinal. Tidak menang, merupak bagian dari proses. Yusra sama sekali tidak menyerah, ia terus berjuang dan tidak berhenti. Di sisi lain, dia juga ingin menunjukan bahwa ia dan para pengungsi lainnya punya mimpi yang diperjuangkan.

Sebagaimana Dilansir dari berita NBCnews, Yusra berharap bisa melakukan hal baik untuk teman-teman pengungsi sehingga ia bisa memberikan harapan dan inspirasi, bahwa mereka tidak boleh berhenti meskipun kamu kehilangan seseorang, peperangan dan kehilangan rumah, kamu harus terus melanjutkan hidup.

 

sumber foto: Instagram @yusramardini

Komentar

Tulis Komentar