Gus Yasin Cerita Pengalamannya di Suriah

News

by Eka Setiawan

Kelompok teroris ISIS memberikan pengaruh cukup besar bagi stabilitas keamanan di negara Suriah. Apalagi pascadeklarasi ISIS pada tahun 2014 silam, stabilitas keamanan di sana mengalami perubahan.

Hal itu dikatakan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimun ketika menerima tim ruangobrol.id di rumah dinasnya, Jl. Rinjani, Kota Semarang, Rabu (9/2/2022).

“Untuk pelajar ya, dulu bisa sampai ke luar Damaskus, tetapi setelah deklarasi itu pelajar ya di Damaskus,” kata Gus Yasin.

Salah satu alasan adanya kebijakan semacam itu, sebutnya, adalah agar mudah untuk pengawasannya.

“Kalau ke luar Damaskus, jangan-jangan nanti mlipir (bergabung ke kelompok teroris),” lanjutnya.

Gus Yasin bercerita soal pengalamannya ketika menempuh studi di Suriah. Dia menyebut, bahkan dulu (sebelum deklarasi) kondisi di sana bahkan sangat nyaman. Kebutuhan hidup di sana sangat terjangkau.

“Dulu itu sekitar Rp500ribu saja sudah bisa hidup sebulan, sudah bisa bayar rumah (sewa rumah tinggal), misalnya naik taksi dari tempat yang ini ke sana, terus bayarnya lebih mahal dari tarif normal, sopirnya itu kembalikan selisihnya,” ceritanya.

Narasi Alternatif

Pertemuan siang itu berlangsung santai. Sambal duduk kursi depan teras rumah dinas, Gus Yasin menonton film besutan Kreasi Prasasti Perdamaian, perusahaan yang menaungi ruangobrol.id.

Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimun alias Gus Yasin (kanan depan berpeci)  ketika beraudiensi dengan tim ruangobrol.id, di Kota Semarang, Rabu 9 Februari 2022 (foto-foto: Dok. Humas Pemprov Jateng)

 

Film yang diputar bertajuk “Seeking The Imam”. Film dokumenter ini mengisahkan tentang perjalanan Dhania, karakter utama film, ketika tertipu bujuk rayu kelompok ISIS melalui media sosial.

Dhania dan keluarga besarnya, termasuk ayah dan ibunya sempat “berhijrah” dari Indonesia ke Suriah pada tahun 2015. Namun, sadar akan kebohongan ISIS, mereka memutuskan lari dari Kota Raqqah, yang diklaim ISIS sebagai ibu kota negara “Islamnya”. Tahun 2017, mereka bisa dievakuasi, kembali ke Indonesia.

Film ini menarik perhatian Gus Yasin. Putra dari mendiang K.H. Maimun Zubair ini kemudian berencana akan memutar film ini untuk didiskusikan bersama para pelajar alumni Suriah. Rencananya akan dilakukan di Malang, Jawa Timur, pada bulan Syawal mendatang.

“Nanti kita coba jajaki juga di Jawa Tengah,” ungkapnya.

Pada pertemuan itu, Machmudi Hariono alias Yusuf, mantan narapidana terorisme (napiter) kasus Bom Sri Rejeki Semarang, juga hadir. Yusuf yang kini menjadi Ketua Yayasan Putra Persaudaraan Anak Negeri (Persadani) aktif berdialog dengan Gus Yasin.

“Hari ini anggota Persadani ada 35 orang (mantan napiter), ada di Jawa Tengah dan di Yogyakarta,” kata Yusuf.

Mereka sepakat untuk bersama dan berupaya menangkal radikal teror dengan cara-cara alternatif, seperti memutar film dokumenter dan berdiskusi, khususnya di Jawa Tengah.

Di akhir obrolan yang berlangsung sekira 1 jam itu, tim ruangobrol.id memberikan Gus Yasin buku bertajuk “Menanti yang Kembali”. Buku terbitan Kreasi Prasasti Perdamaian ini merupakan kumpulan kisah dari sebuah upaya reintegrasi narapidana terorisme ketika bebas penjara dan Kembali ke lingkungan tempat tinggalnya.

 

Komentar

Tulis Komentar