Layangan Putus dan Tren Berbagi Kisah Perselingkuhan

Review

by Rizka Nurul

Serial drama Layangan Putus saat ini nyaris selalu meramaikan berbagai media sosial. Kisah yang dirangkum dalam 10 episode ini menceritakan perselingkuhan seorang suami bernama Aris (Reza Rahardian). Aris menjalin hubungan dengan Lidya (Anya Geraldine) sampai akhirnya diketahui Kinan (Putri Marino).

Layangan Putus sendiri diangkat dari novel dengan judul yang sama. Penulisnya adalah Mommy ASF atau Eka Nur Prasetyawati. Ia sempat membagikan kisahnya melalui instagram pada 2019 lalu mengenai terungkapnya hubungan suaminya dengan seorang wanita.

Eka merupakan seorang dokter yang bersuamikan seorang youtuber pemilik Ammar TV. Menurut Eka melalui media sosial, novelnya tersebut tidak sepenuhnya menceritakan tentang perjalanan rumah tangganya. Serial yang saat ini sedang tayang juga hanya terinspirasi dari novelnya dan mengalami beberapa perubahan. Ia meminta netizen berhenti membagikan kisah masa lalunya apalagi foto anak mereka.

Baca Juga : Layangan Putus Bikin Ammar TV Hilang 11 Juta Subscriber

Tren Bagikan Kisah Pengkhianatan


Pasca tayangnya serial ini, banyak perempuan yang membagikan kisah perselingkuhan suami atau mantan suaminya di media sosial. Berbagai kisah serupa hingga yang lebih menyakitkan juga beredar di media sosial terutama Tiktok dan masuk dalam trending.

Ini menunjukkan bahwa kisah ini telah mendorong perempuan untuk saling berbagi. Mereka juga terdorong untuk berani speak up di tengah intimidasi yang mereka alami. Seakan ada harapan untuk mendapatkan kekuatan dari netizen.

Dilansir dari Urbanasia, menurut Psikolog Klinis, Mellissa Grace, M.Psi ada beberapa alasan seseorang membagikan kisah di media sosial. Salah satu alasan yang paling umum adalah sebagai bentuk eskpresi diri. Mereka tengah mencari dukungan sosial emosional dari orang lain.

Alasan lainnya adalah adalah kebutuhan untuk diterima perasaan maupun pikirannya. Kemungkinan lainnya adalah karena kebutuhan untuk diperhatikan, dianggap penting oleh orang lain. Mereka cenderung membutuhkan afirmasi atas apa yang dilakukan karena ada keraguan benar dan salah.

Selain itu, ada pula alasan kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi atau keberadaan diri, agar lebih dapat dikenali dan diakui keberadaannya oleh orang lain. Bisa jadi selama ini ia memendam perasaan terlalu dalam atau bahkan merasa tidak dianggap oleh pasangan akibat pengkhianatan tersebut. Ini merupakan bagian dari kompensasi dari hambatan atau kegagalan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lainnya di dunia nyata.

Tak jarang juga seseorang itu curhat untuk mendapatkan perhatian dan menaikan engagement di media sosial. Hal tersebut sah, selama tidak merugikan orang lain dan tidak memberikan hoax atau cerita bohong.

Komentar

Tulis Komentar