Kecelakaan Fatal Bernama Terorisme

Analisa

by Rizka Nurul

Munarman, Eks Sekretaris FPI sudah mulai menjalani sidang dari awal Desember lalu. Ia didakwa salah satunya karena menggerakan orang untuk melakukan aksi terorisme. Awalnya , ia menjadi tersangka karena kehadirannya dalam deklarasi ISIS 2014.

Kehadiran Munarman merupakan undangan dari panitia, menurutnya. Dalam sidang lanjutan, tentu saja pria 53 tahun tersebut membantah keterlibatan dirinya dalam kegiatan terorisme.

Kita bisa jadi menganggap ini sebagai 'apes' nya Munarman. Ia tidak sengaja menghadiri atas ajakan rekannya. Namun memang hubungan ini berlanjut dengan kehadiran Munarman di pertemuan selanjutnya. Hal ini semakin memberatkan dakwaan.

Kecelakaan Fatal


Pada kasus ISIS, seringkali pelaku 'kecelakaan' atau accidentally berkenalan dengan kelompok teror. Kasus beberapa narapidana terorisme perempuan misalnya, mereka kebetulan bertemu dengan sebuah akun di media sosial. Ketidaktahuan akan isu terorisme membuat mereka kemudian tenggelam disana dan berakibat fatal.

Dian Yulia Novi merupakan salah satu contoh bagaimana ia mengalami kecelakaan fatal akibat media sosial. Ia yang hanya iseng membuka akunnya, justru menemukan tentang ISIS di Suriah. Awalnya ia mencari tentang Qishosh dan menemukan akun Ummu Shofia. Akun tersebut menceritakan tentang kehidupan di wilayah ISIS dan menggunakan hukum islam katanya. Dian semakin penasaran.


Kemudian, Dian masuk beberapa grup dan mengenal Ummu Abza alias Tutin. Ummu Abza menawarkan Dian menjadi 'pengantin'. Perempuan asal Cirebon itu mengajukan syarat bahwa ia bersedia namun ingin menikah terlebih dahulu. Ummu Abza pun mengenalkannya kepada Nur Solihin setelah Dian pulang dari Taiwan.

Seandainya saja Dian menemukan akun-akun milik kelompok keagamaan moderat saat itu, mungkin ia tak harus didakwa 7,5 tahun. Namun, ilmu keagamaan di media sosial tahun 2014 memang didominasi oleh kelompok berbasis kekerasan seperti ISIS. Apalagi saat itu mereka tengah gencar membuka peluang rekrutmen.

Dua orang pekerja migran asal Singapura juga harus ditangkap pihak otoritas karena menyumbang ke kelompok teror. Keinginannya berbagi manfaat hasil jerih payah justru membawanya ke jeruji besi. Lagi, jika saja ia menemukan akun-akun sumbangan yang lebih aman, mungkin nasibnya akan berbeda.

Perubahan Proses Masuk


Pada masa Jamaah Islamiyah, ada proses kaderisasi yang panjang. Seseorang yang sudah mengikuti pengajian rutin, belum tentu masuk sebagai anggota. Untuk menjadi koordinator aksi apalagi memimpin sebuah kelompok kecil ada tahapan panjang.

Lain halnya dengan ISIS yang bisa menjadikan seseorang sebagai koordinator dalam sekejap. Siapapun bisa aksi, siapapun bisa memberikan eksistensi atas nama ISIS. Bahkan orang yang tak sengaja berbaiat atau berkenalan, bisa jadi anggota dadakan.

Saya cukup menemukan bagaimana beberapa pelaku terorisme merupakan teman tongkrongan di warung kopi. Adapun yang mereka adalah sekedar bantu dan tak tahu bahwa itu adalah kasus pidana. Kecelakaan yang jelas tak disengaja ini memberi dampak yang luar biasa karena berlabel "teroris".

Dampaknya bukannya hanya bagi dirinya tapi juga keluarga. Kadang dampak ini dirasakan setelah lama ia keluar dari hotel prodeo. Stigma masyarakat yang tak kunjung reda menjadi tantangan proses reintegrasi yang dialami para mantan ini.

Zaman ini membuat kita harus kian berhati-hati bahkan ketika terlibat lebih dalam. Kita tak bisa asal memberi donasi atau bahkan dimintai tolong.

Komentar

Tulis Komentar