Mohamed Salah Sang Fenomenal dari Mesir

Analisa

by Arif Budi Setyawan

Pada pertandingan perdana babak penyisihan grup Liga Champions UEFA yang mempertemukan dua klub raksasa Eropa yaitu Liverpool FC (LFC) vs AC Milan Kamis dini hari lalu, Mohamed Salah mencetak gol pertamanya di pentas Eropa tahun ini. Pertandingan yang diselenggarakan di Stadion Anfield (markas LFC) berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan tuan rumah.

Meski sempat diwarnai kebobolan dua gol dalam tempo dua menit yang membuat Liverpool tertinggal 1-2 di babak pertama, Liverpool mampu membalikkan keadaan di babak kedua. Gol Mo Salah pada menit ke-49 menjadi penyeimbang dan menambah semangat tim untuk menambah gol. Akhirnya gol dari sang kapten Jordan Henderson pada menit 69 memastikan kemenangan Liverpool atas rival klasiknya AC Milan.

Kehadiran Mohamed Salah di Liverpool memang fenomenal. Mohamed Salah dibeli Liverpool dari AS Roma di tahun 2017 seharga 42 juta Euro atau setara Rp706miliar. Salah langsung menjelma jadi raja gol.

Sejak bergabung dengan LFC Salah telah dua kali menyabet dua gelar top skor Liga Inggris. Pemain asal Mesir itu juga membantu The Reds memenangi trofi Liga Inggris, Liga Champions, Piala Super Eropa dan Piala Dunia Antarklub.



Membuat Islamofobia di Liverpool Menurun

Laboratorium Kebijakan Keimigrasian di Stanford University (IPL) melakukan penelitian tentang pengaruh bintang sepakbola Muslim Liverpool, Mohamed Salah, terhadap sikap dan perilaku Islamofobia. Menurut penelitian tersebut Mo Salah -nama beken Mohamed Salah-, punya pengaruh nyata dalam penurunan kebencian anti-Muslim (Islamophobia) di kota-kota Inggris.

Dengan menggunakan 936 observasi kejahatan rasial bulan, 15 juta tweets dari penggemar sepak bola Inggris dan eksperimen survei terhadap 8.060 penggemar Liverpool, penelitian ini menemukan bahwa kejahatan rasial anti-Muslim turun 18,9% setelah Salah bergabung dengan Liverpool pada Juni 2017.

“Eksperimen survei menunjukkan bahwa hasil ini mungkin didorong oleh meningkatnya keakraban dengan Islam,” kata penelitian itu. “Temuan kami menunjukkan bahwa paparan positif untuk panutan outgroup dapat mengungkapkan informasi baru yang memanusiakan outgroup secara besar-besaran.”

Penelitian Universitas Stanford yang dilakukan pasca-serangan di masjid Selandia Baru ini juga menambahkan bahwa tweet anti-Muslim oleh penggemar Liverpool turun 50% dibandingkan dengan klub-klub besar Liga Premier lainnya.

Studi ini juga mencatat bahwa karakter ramah Salah dalam tim telah membantu “memanusiakan” komunitas Muslim. Salah dinilai telah menginspirasi banyak orang dengan tindakannya melalui permainan sepakbola. Setiap mencetak gol, Salah biasanya melakukan selebrasi berupa sujud syukur. Dia bahkan menginspirasi terciptanya sebuah lagu yang kerap dinyanyikan penggemarnya.

Lagu itu berkata, “Jika dia cukup baik untuk saya, dia cukup baik untuk Anda – jika dia mencetak beberapa gol lagi, maka saya akan menjadi Muslim juga!”

Salah bisa dibilang salah satu bintang olahraga Muslim terbesar di dunia saat ini. Berasal dari negara mayoritas Muslim, Salah memulai tradisi selebrasi sujud syukurnya sejak 2006 selama Piala Afrika di Mesir.



Menginspirasi Mualaf Fans Nottingham Forest

Mengutip dari Guardians, Salah juga disebut menginspirasi seorang fans Nottingham Forest untuk menjadi mualaf.

Ben Bird, seorang yang awalnya membenci Islam menjadi mualaf karena Mohamed Salah. Perubahan besar ini terjadi usai ia melakukan penelitian nyanyian fans Liverpool untuk Salah.

Bird mengaku dulunya adalah seorang Islamophobia. Ia membenci Islam karena isu terorisme yang berkembang dan beberapa tulisan di media yang menyudutkan Muslim.

Rasa benci ini perlahan sirna usai ia mengenal sosok Salah. Pemain asal Mesir ini menjadi sensasi usai tampil gemilang bersama Liverpool sejak bergabung dari AS Roma pada musim 2017/2018.

Salah juga dikagumi karena seorang musim yang taat. Para fans Liverpool kemudian menciptakan lagu khusus untuk Salah. Sebait lirik lagu tersebut berbunyi 'If he scores another few then I'll be Muslim too' (Jika dia mencetak gol, aku jadi Muslim juga).

Penggalan lirik ini terngiang di kepala Bird. Ia kemudian memutuskan melakukan penelitian terkait lagu ini untuk tugas akhirnya demi meraih gelar sarjana dalam jurusan Kajian Timur Tengah di Univesity of Leeds.

"Kami harus melakukan disertasi dan saya ingin melakukan sesuatu yang sedikit berbeda. Saya ingat dosen disleksia saya mengatakan "Bagaimana dengan lagu Mohamed Salah?" tutur Bird dikutip dari Guardians.

"Saya akhirnya mendapat jawaban untuk itu: "Mohamed Salah, hadiah dari Allah. Apakah penampilan Mohamed Salah memicu pembahasan yang memerangi Islamophobia di media dan bidang politik? "

Pandangan Ben kepada Islam sontak berubah usai melakukan penelitian ini. Ia banyak belajar tentang Islam dari orang-orang muslim yang diwawancarainya.

Ia kemudian menjadikan Salah sebagai panutan karena mengantarkan menemui pemahaman baru tentang Islam. Ben juga mengungkapkan bahwa tindakan Salah sangat mencerminkan sosok seorang muslim yang taat.

"Mohamed Salah adalah Muslim pertama yang saya kagumi. Ia memperlihatkan itu dari cara dia menjalani hidupnya, bagaimana dia berbicara kepada orang-orang," ujarnya menambahkan.

Kekagumannya terhadap Salah akhirnya menuntun Bird menjadi seorang mualaf. Fans Nottingham Forest mengaku menjadi diri sendiri usai memeluk Islam.

"Saya pemegang tiket musiman Nottingham Forest, dan saya merasa menjadi diri saya sendiri usai mengungkapkan saya seorang muslim. Saya masihlah sama dan itulah yang saya ambil dari Mohamed Salah," ungkap Bird.

Begitulah Mohamed Salah. Mendakwahkan Islam yang rahmatan lil’ alamiin dengan caranya sendiri. Yaitu dengan menunjukkan akhlak yang baik di mana pun ia berada. Karena orang lain di luar Islam melihat Islam adalah dari bagaimana seorang muslim itu menjalani kehidupannya. Sebagaimana perkataan Khabib Nurmagomedov:

“Non-muslim tidak membaca Al-Quran. Mereka juga tidak membaca hadits. Mereka membaca (melihat) dirimu. Karena itu, jadilah wakil Islam yang baik” (Diolah dari berbagai sumber)

Komentar

Tulis Komentar