Di malam takbiran Idul Adha ada sebuah postingan di media sosial Facebook dari seorang teman yang membuat prihatin. Teman ini saya kenal karena sama-sama jualan buku di sebuah grup jual beli buku. Dia yang meminta pertemanan karena terkesan baru kali itu ada penulis buku yang menjual bukunya sendiri (buku Internetistan), bukan tim pemasaran.
Isi postingannya benar-benar membuat yang membacanya ikutan sedih. Berikut adalah kronologi postingannya. Saya kutip apa adanya.
Pukul 19.30 teman ini posting status seperti ini :
“Boleh gak sih saya curhat saking sudah pasrah sama keadaan 😔😔😭. Saya sudah 5 hari isoman, sama kakak dan ayah. Ayah sudah lama isomannya. Soalnya kami terkena covid. Untung Mamah enggak. Mamah pontang panting cari nafkah. Usaha kami ditutup sementara sampai gak tahu kapan di buka lagi 😥
Ya Alloh musibahnya berat banget bulan ini.
Karena bulan ini saya mau kuliah uang simpenan juga langsung dikeluarin, buat berobat sama biaya kuliah. Saya sudah gak tahu harus gimana lagi, saya juga sedih lihat Mamah pulang pergi ke rumah sakit buat ngontrol kesehatan kami gimana.
Ya Alloh panjangkan usia Mamah dan Ayah, cabutlah penyakit ini dari kami. Lebaran kali ini berbeda bangettt😭😭 Saya ngetik ini sambil nangis denger takbiran😥😔 gak tahu harus gimana saking sudah gak punya apa-apa😭😭😭”
Pukul 22.00 ia kembali posting :
“Teman-teman, salah gak yah aku open donasi, buat Mamah. Karena gak tahu harus gimana. Aku lagi ngusahain di penjualan, jadi ini semua buku yang order mulai hari ini harga aku diskon lagi 25 % dari harga yang sudah didiskon sebelumnya. Kalau mau beli silahkan yah, kalau tidak tertarik juga gak papa gak maksa”.
Kemudian tadi pagi setelah Salat Ied yang penuh drama (besok ada tulisan sendiri soal ini), teman ini posting lagi yang terakhir:
“Teman-teman aku open donasi yah. Semoga amal kebaikan kalian di gantikan berlipat ganda buat bantu mamah aku. No rekening 18xxxxxx. Bank Bxx atas nama Mamah”.
Postingan itu ternyata cukup menarik simpati dari teman-teman di Facebook. Ada yang meminta alamat rumah karena mau bantu kirim bahan makanan. Ada juga yang merekomendasikan agar mendaftar di layanan bantuan untuk keluarga yang sedang melakukan isolasi mandiri di kotanya. Sampai tulisan ini saya buat, postingan curhatnya itu telah mendapatkan 250 like dan 87 komentar.
Dampak gelombang kedua serangan wabah Covid-19 yang mendera sejak akhir Juni yang lalu benar-benar terasa lebih parah bila dibandingkan setahun yang lalu. Lebih banyak yang terpapar karena lebih cepat menular. Rumah sakit yang overload juga kemudian memicu kematian akibat penyakit lain non Covid-19 karena tak dapat tertangani dengan layak.
Bersyukurlah teman-teman bila masih diberi kesehatan dan rezeki yang cukup di masa pandemi, terutama di masa pemberlakuan PPKM Darurat ini tetutama saat Idul Adha. Banyak di luar sana yang sedang menderita seperti teman saya di atas. Tetap jaga kesehatan dengan menaati protokol kesehatan dan menjaga pikiran agar selalu optimis serta mengkonsumsi makanan yang bergizi. Semoga pandemi ini segera usai.