Sebanyak 96 persen kasus kematian berkaitan dengan infeksi Covid-19 adalah mereka yang tidak tervaksin. Hitungan tersebut terjadi di Kota Semarang pada periode 15 Januari hingga 7 Juni 2021.
“Vaksinasi sangat bermanfaat apalagi ditambah dengan protokol kesehatan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Abdul Hakam via Zoom pada kegiatan diskusi publik yang diinisiasi Rumah Pancasila dan Klinik Hukum, Sabtu 17 Juli 2021.
Abdul Hakam menyebut melaksankaan protokol kesehatan adalah yang utama untuk optimalisasi efek perlindungan vaksin Covid-19. Sebab, vaksin sudah terbukti menekan risiko Covid-19 bergejala hingga kematian tetapi belum terbukti mencegah penularan.
Adapun protokol kesehatan yang bisa dijalankan adalah menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, menjauhi kerumunan, memakai masker dan membatasi mobilitas.
Sementara terkait rincian 96 persen kasus kematian di Kota Semarang adalah mereka yang belum divaksin, jumlahnya adalah 1.074 kasus. Sementara sisanya yakni 4 persen kematian yakni 43 kasus mereka yang sudah tervaksin.
Rincian detail dari 1.074 kematian ini terdiri dari 513 lansia dan 561 di luar itu. Dari jumlah itu juga terinci pula 420 korban tidak punya komorbid, 311 lansia berkomorbid dan 343 lain-lain komorbid.
Sementara mereka yang meninggal walaupun sudah divaksin, terinci 35 orang lansia dan 8 lainnya. Untuk rincian detilnya 12 tidak berkomorbid, 23 lansia berkomorbid dan 8 lain-lain komorbid.
“Pemberian vaksin efektif menekan angka kematian dan risiko keparahan akibat Covid-19. Jangan takut divaksin dan tetap patuh protokol kesehatan,” lanjut Abdul Hakam.
Sebelum divaksin, petugas akan melakukan berbagai screening, misalnya jika calon yang akan divaksin menderita batuk pilek, sesak nafas, maka vaksinasi akan ditunda.
“Kalau ada kontak erat (dengan penderita Covid), juga dipending dulu 2 minggu,” jelasnya.
Dia juga mengatakan kasus infeksi Covid-19 di Kota Semarang turun drastis. Saat ini, dia menyebut kasus infeksi di Kota Semarang per Minggu di angka 2.200 hingga 2.300 kasus.
“Kalau 3 atau 4 minggu lalu, per Minggu sampai 5000 kasus, sempat di angka 6.200 kasus per minggu. Itu yang menyebabkan overload semua, baik ambulans, rumah sakit, tempat karantina. Kalau isoman (isolasi mandiri) di Kota Semarang ada 250 orang,” terangnya.
Abdul Hakam juga menyebut untuk saturasi oksigen di bawah 90 maka harus dirawat di rumah sakit, sementara untuk di bawah 95 dirawat di pusat-pusat karantina Kota Semarang. Adapun pusat karantina yang ada di Kota Semarang, di antaranya; di kompleks Islamic Center, di Kampus UIN Walisongo, kompleks Rumah Dinas Wali Kota Semarang. Pihaknya juga menyediakan total 18 ambulans, terinci 6 ambulan hebat dan 12 ambulan siaga.
Pantauan ruangobrol.id di Kota Semarang, untuk vaksinasi di Kota Semarang ini dilakukan di beberapa tempat. Di antaranya dilakukan di puskesmas-puskesmas, kemudian di Holy Stadium, Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Prof. Awaloedin Djamin, maupun poliklinik Bidang Kedokteran Kepolisian (Dokkes) Polda Jawa Tengah. Semuanya gratis. Di kampus juga ada sentra vaksinasi, seperti di Kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes) maupun Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang.
Antrean vaksinasi selalu terlihat penuh di sana. Ini juga mengkonfirmasi antusiasme warga ingin divaksin. Pendaftaran bisa dilakukan langsung di tempat maupun online, baik untuk mereka yang ber KTP Semarang maupun luar Semarang.
Sekretaris Daerah Kota Semarang Iswar Aminuddin mengatakan aduan-aduan masyarakat yang masuk, termasuk soal pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dibahas tiap bulannya.
“Dibahas rutin oleh OPD (Organisasi Perangkat Daerah) Kota Semarang dipimpin langsung Wali Kota. Misalnya soal kebijakan pemadaman lampu (penerangan jalan di malam hari). Ada juga bantuan total Rp12miliar (terbagi 100ribu paket sembako), sudah mulai terdistribusi,” kata Sekda di kegiatan yang sama.
FOTO: RUANGOBROL.ID/EKA SETIAWAN
Antrean vaksinasi di komplek RS Bhayangkara Tingkat II Prof. Awaloedin Djamin di Kota Semarang, Rabu 7 Juli 2021.