Fenomena ‘Anak Nakal’ di Jamaah Islamiyah (1)

Analisa

by Arif Budi Setyawan

Nama Jamaah Islamiyah (JI) sudah cukup dikenal oleh masyarakat luas sebagai salah satu kelompok ‘teroris’ paling berpengaruh di Indonesia dan di Asia Tenggara. Perkembangan kelompok ini dari masa ke masa selalu menarik untuk dikaji oleh berbagai pihak. Meskipun berbagai gelombang penangkapan pada tokoh-tokoh dan anggotanya sejak 2002 terus terjadi, namun mereka terbukti masih bisa terus bertahan. Dan bahkan bisa berkembang.

Di balik nama besar dan reputasi JI sebagai kelompok ‘teroris’ yang paling solid, tidak banyak yang tahu bahwa tidak semua aksi kekerasan yang dilakukan oleh anggota JI merupakan kebijakan resmi JI sebagai organisasi. Juga tidak banyak yang tahu bahwa di dalam tubuh JI sering terjadi pertentangan di antara para tokoh, kader, dan simpatisannya.

Sebagai mantan anak didik JI dan pernah hidup lama dalam lingkaran orang-orang JI, saya mengetahui banyak kisah dan dinamika yang terjadi di tubuh JI. Termasuk mana aktivitas jihad yang merupakan kebijakan resmi JI dan mana yang dilakukan oleh "anak nakalnya" JI.

Aktivitas jihad resmi yang merupakan kebijakan JI adalah:

  1. Pengiriman kader ke Afghanistan untuk mengikuti pelatihan militer dan bertempur bersama rakyat Afghanistan melawan Uni Soviet (sekarang Rusia) tahun 1985-1991
  2. Pengiriman kader JI ke Filipina Selatan untuk pelatihan militer dan bertempur bersama kelompok MILF (1995-2005)
  3. Pengiriman mujahidin ke konflik Ambon dan Poso (1999-2001)
  4. Pengiriman kader JI ke Suriah untuk pelatihan militer dan bertempur bersama kelompok perlawanan yang ada di sana (2012-2018)
  5. Pembuatan bengkel senjata untuk keperluan i'dad (2012-2014)



Tunggu, aksi serangan bom yang menyasar kepentingan asing dari 2000-2009 kok tidak termasuk? Pelatihan Aceh juga tidak ada? Nah, itulah yang ingin saya jelaskan dalam tulisan panjang yang mungkin akan menjadi beberapa bagian ini.

Sebelum membahas lebih jauh tentang dinamika di dalam tubuh JI, ada yang harus diketahui terlebih dahulu. Yaitu soal inti dari gerakan JI. Kita memang tidak perlu tahu struktur organisasi dan mekanisme dalam strukur itu. Tapi untuk bisa memahami JI, inti dari gerakan JI ini harus kita ketahui.

Apa itu inti dari gerakan JI yang tidak berubah dari dulu hingga sekarang? Yaitu soal tujuan dan jalan perjuangannya. Tujuan dari gerakan JI adalah iqomatuddin (menegakkan syariat Islam) dengan jalan dakwah dan jihad. Semua strategi dan kebijakan JI dibuat untuk melaksanakan tiga hal tersebut (Iqomatuddin, Dakwah, dan Jihad).

JI membangun sistem pengkaderan yang cukup handal. Mulai dari dakwah secara umum, kemudian mendirikan pesantren-pesantren di berbagai wilayah di Indonesia, hingga pendidikan khusus bagi kader-kader terpilih (termasuk pelatihan kemiliteran).

Dalam perjalanannya, penafsiran atau pelaksanaan dari dakwah dan jihad dalam rangka Iqomatuddin itu mengalami beberapa penyesuaian dan sempat menimbulkan berbagai pertentangan di dalam tubuh JI. Di bidang dakwah, sejak pasca-terjadinya Bom Bali 2002 sudah mulai banyak perubahan. Namun perubahannya relatif tidak menimbulkan masalah.

Tetapi tidak demikian dengan penafsiran terhadap jihad. Penafsiran terhadap jihad inilah yang menimbulkan banyak masalah sejak dulu hingga hari ini. Dan, dari sinilah kita akan mulai pembahasannya. Kita akan fokus pada dinamika jihadnya.

(Bersambung)

ilustrasi: pixabay.com

Komentar

Tulis Komentar