Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) berencana melakukan assesment dan verifikasi terhadap WNI yang saat ini berada di kamp-kamp pengungsian di Suriah maupun Irak. Menurut Kepala BNPT, Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, saat ini sedang meninjau kemungkinan pemulangan bagi anak-anak di bawah umur 10 tahun atau bagi mereka yang yatim piatu.
Boy mengatakan bahwa untuk melakukan assesment dan verifikasi terhadap WNI, BNPT akan langsung pergi ke Suriah dan Irak. Hasil dari perjalanan itu akan dilaporkan kepada Presiden untuk menentukan apakah mereka layak dilakukan repatriasi ke Indonesia atau tidak.
“Kami seharusnya ke Suriah dan Irak untuk assessment, namun menunggu sinyal karena kondisi pandemi Covid-19,” kata Boy Rafli Amar di Jakarta (27/5/2021).
Oleh karena itu, telah dikeluarkan Keputusan Menkopolhukam Nomor 100 Tahun 2020 tentang Satuan Tugas Penanganan Foreign Terrorist Fighters (FTF). Satgas tersebut diketuai oleh BNPT bersama 18 Kementerian atau Lembaga. Menurut Boy, berdasarkan data dari Satgas FTF yang dibentuk oleh Pemerintah ada sekitar 1.500 warga negara Indonesia (WNI) yang telah menjadi foreign terrorist fighters (FTF/teroris lintas batas) di Suriah maupun di Irak.
“FTF asal Indonesia seperti perkiraan Satgas FTF BNPT total ada 1.500 orang, dengan rincian 800 orang belum pulang, meninggal dunia 100 orang, dideportasi sudah sampai di Indonesia sebanyak 550 orang dan returnee 50 orang,” kata Boy
Boy menambahkan bahwa sejak tahun 2015 proses hukum sedang dilakukan terhadap 120 deportan dan returnee. Sementara bagi WNI deportan dan returnee yang tidak mengalami proses hukum, mereka menjalani program deradikalisasi yang melibatkan Balai Rehabilitasi Sosial dan Anak yang memerlukan perlindungan khusus.
“Terkait tahap reintegrasi ke masyarakat dilakukan dengan pengawasan terbuka dan tertutup. Pengawasan terbuka dilakukan dengan kunjungan bagi profil yang dianggap kooperatif, dan tertutup dilakukan melalui surveillance berbasis teknologi informasi. Pelaksanaan pemantauan terhadap para deportan dan returnee akan dievaluasi untuk melihat tingkat radikalisme, target, dan menentukan skala prioritas dalam menentukan target,” pungkas Mantan Kapolda Papua tersebut
Sebelumnya, pada kesempatan berbeda, Boy pernah mengingatkan bahwa terorisme masih menjadi ancaman serius di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Menurut Boy melalui propaganda yang dikemas secara menarik, kelompok teror berhasil mendapatkan simpati dari masyarakat.
Menurut dia masifnya propaganda yang dilancarkan oleh ISIS itu menjadi salah satu sebab banyaknya warga negara asing termasuk WNI yang ingin hidup di bawah naungan Khilafah ala ISIS. Mereka berangkat hijrah dan berjihad beserta keluarganya di Irak maupun di Suriah yang ketika itu dikuasai oleh ISIS.
Salah satu konten propaganda yang sempat beredar adalah ISIS menjanjikan fasilitas dan keuntungan yang menggiurkan di antaranya gaji bulanan, pendidikan gratis, hunian tetap, perawatan dan pengobatan gratis. Para FTF itu mereka diiming-imingi kehidupan yang enak dan mudah.