Situasi Jalur Gaza Palestina kembali memanas. Kelompok Hamas menembakkan ratusan roket ke wilayah Israel sebagai reaksi dari serangan yang dilakukan Israel pada jamaah Sholat Tarawih di Masjid Al Aqsa. Roket Hamas itu kembali dibalas dengan serangan udara ke Wilayah Gaza. Serangan Udara Israel tersebut menyebababkan puluhan orang meninggal dunia dan luka-luka.
Berkaitan dengan situasi tersebut, Presiden Republik Indonesia mendesak Israel agar segera menghentikan serangannya. Dia mengutuk keras serangan yang menyebabkan ratusan korban jiwa termasuk perempuan dan anak-anak.
“Indonesia mengutuk keras serangan Israel yang telah merenggut ratusan korban jiwa, termasuk perempuan dan anak-anak. Agresi Israel harus dihentikan,” kata Jokowi melalui akun Twitter resminya @jokowi, pada Sabtu (15/05/2021).
Lebih lanjut Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menambahkan bahwa perkembangan situasi di Palestina merupakan salah satu isu global yang terus menjadi perhatian banyak pimpinan negara. Bahkan menurut Jokowi, dalam beberapa hari terakhir dirinya secara intens berkomunikasi dengan sejumlah pemimpin negara sahabat. Seperti dengan Presiden Turki Endorgan, Yang Dipertuan Agong Malaysia, Perdana Menteri Singapura, Presiden Afganistan, Sultan Brunei Darussalam, dan Perdana Menteri Malaysia,
“Kami berbicara tentang perkembangan global, termasuk tindak lanjut ASEAN Leaders’ Meeting, perkembangan di Afganistan, dan situasi yang sangat mencemaskan di Palestina,” pungkas Mantan Walikota Solo tersebut.
Sebelumnya, dalam dalam Sidang Umum ke-75 PBB, Jokowi secara online di Jakarta (23/9/2020), kembali menegaskan dukungannya terhadap kemerdekaan Palestina. Pasalnya, Palestina adalah negara satu-satunya yang hadir di konferensi Asia Afrika di Bandung yang belum merdeka hingga detik ini.
“Palestina adalah satu-satunya negara yang hadir di Konferensi Bandung yang sampai sekarang belum menikmati kemerdekaannya. Indonesia terus konsisten memberikan dukungan bagi Palestina untuk mendapatkan hak-haknya,” kata Jokowi berapi-api.
Sebagai informasi, Dasasila Bandung merupakan hasil dari Konferensi Negara Asia dan Afrika (KAA) yang berlangsung pada 18 hingga 24 April tahun1955 di Bandung Jawa Barat. Konferensi itu dihadiri 29 pemimpin dari Asia dan Afrika. KAA adalah prakarsa Presiden Soekarno yang melihat negara Asia dan Afrika masih berada di bawah penjajahan.