Air Bisa Jadi Target Serangan Terorisme

Analisa

by nurdhania

Air adalah sumber kehidupan. Sebagai objek vital, tidak mengherankan jika sumber kehidupan ini bisa menjadi salah satu target serangan kelompok terror. Rusaknya sumber air akan memudahkan mereka untuk mencapai tujuannya. Yaitu, menyebarkan ketakutan, menciptakan kekacauan dan menghilangkan nyawa musuhnya.

Serangan terhadap sumber air dapat dipastikan mencipatkan ketidakstabilan. Tidak hanya soal sulitnya air minum, tetapi juga soal terganggunya industri ekonomi, kesehatan, rumah tangga, bisnis, dan lain-lain. Menurut penelitian yang dilakukan Pacific Institute dengan judul water terrorism, pasokan air bersih atau sistem air bersih sangat rentan menjadi target terorisme. Serangan yang mereka lakukan terhadap sistem air tidak hanya pada infrastrukturnya seperti menghancurkan atau memutus saluran pipa, dam atau waduk. Tetapi juga serangan dalam bentuk bio-terorisme seperti memasukkan racun atau zat berbahaya.

Penelitian itu juga menyebutkan bahwa sistem perairan juga rentan terhadap serangan siber. Salah satu contohnya adalah yang terjadi di Queensland Australia pada tanggal 23 April 2000. Seorang pria ditangkap karena menggunakan komputer dan radio transmitter untuk mengambil alih atau mengendalikan sistem pembuangan limbah Maroochy Shire. Dia melepaskan limbah tersebut ke taman-taman dan sungai.

Bentuk lain dari serangan pada sistem air pernah juga terjadi di Peru. Seperti yang dilansir di New Security Beat, pada sekitar tiga dekade lalu di tengah krisis ekonomi di Peru dan reformasi agrarian yang gagal, kelompok sayap kiri bernama Shining Path menghancurkan infrastrukturnya beserta jembatan, dan sistem kelistrikan. Pada kasus yang lain, ISIS pada masa jayanya pernah mengambil alih bendungan Kota Tabqa di tahun 2013 dan di Kota Mosul pada tahun 2014. Sabotase ini memicu ketakutan orang-orang. Mereka sangat khawatir bahwa dam atau bendungan akan rusak dan menganggu aliran air serta pembangkit listrik.

Kasus lainnya, pada tahun 2016, Departemen Kehakiman Amerika Serikat mengumumkan bahwa sekelompok orang dari satuan penjaga Iran telah meretas sistem kontrol pada bendungan kecil di utara kota New York. Beruntungnya, serangan ini dapat digagalkan. Jika serangan siber di bendungan di sepanjang sungai Columbia atau Missouri ini berhasil, maka besar kemungkinan hal itu akan membunuh jutaan orang di hilir. Gagal atau suksesnya sebuah serangan, keduanya tetap saja memberikan rasa takut pada masyarakat. Mereka telah kehilangan rasa aman, diselimuti ketakutan, stress, menurunya kepercayaan pada aparat, khawatir, dan merasa dalam ketidakpastian.

Oleh karena itu, penelitian tentang air dan terorisme itu juga menyebutkan tentang pentingnya perlindungan atau penjagaan sumber air dari ancaman teror. Bentuk perlindungan itu seperti menjaga kepercayaan publik terhadap sistem suplai, adanya monitoring terhadap kualitas secara efektif dan cepat, dan penyebaran informasi yang efektif dan kuat. Informasi ini dapat dengan mudah disebarluaskan melalui kanal digital. Selain itu, perlu juga dilakukan edukasi publik untuk membantu pencegahan terror. Termasuk langkah-langkah yang harus diambil dalam kondisi yang berbahaya, baik karena ancaman teror maupun bencana alam.

Salah satu contoh upaya mitigasi ini adalah PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) di tempat saya tinggal. Mereka secara berkala memberikan informasi tentang kondisi air PDAM melalui akun instagramnya. Jika sedang hujan lebat yang mengakibatkan banjir misalnya, mereka akan mengabarkan lewat Instagram bahwa ada kemungkinan alirannya menjadi kotor. Informasi perbaikan karena ada pipa yang bocor atau yang lain selalu mereka beritahukan kepada pelanggan. Sejauh ini, saya melihat ada beberapa edukasi yang mereka bagikan seputar tangki, air PDAM atau air tanah, dan lain-lain. Menurut saya, ada baiknya informasi terkini dari PDAM tidak hanya disebarkan melalui media sosial, tetapi juga melalui SMS. Karena, tidak semua orang mempunyai media sosial.

Komentar

Tulis Komentar