Nama Zainal Anshori sepertinya sudah tidak asing di telinga publik. Semenjak organisasi Jama’ah Anshorud Daulah (JAD) terungkap dan menjadi dalang dibalik sejumlah aksi teror di tanah air, nama Zainal juga ikut menjadi perbincangan di sejumlah media nasional. Hal ini tidak mengherankan karena Zainal Anshori adalah amir atau ketua dari organisasi tersebut.
Pria asal Lamongan yang juga pernah didapuk oleh Habib Rizieq Syihab sebagai Ketua Front Pembela Islam (FPI) Lamongan ini memang masih terbilang baru dalam jaringan kelompok terror. Namun, pria yang juga diketahui pernah menjadi guru MTs di Lamongan ini memiliki rekam jejak yang panjang dalam kaitannya dengan kelompok Jama’ah Islamiyah (JI). Lahir dan besar dari keluarga Muhammadiyah, Zainal justru mendapatkan pengaruh yang kuat dari JI.
Seperti yang diketahui, sejak tahun 2000, Zainal Anshori aktif mengikuti kajian di salah satu pondok pesantren di Lamongan. Pondok tersebut memiliki afiliasi dengan JI. Persinggungan dirinya dengan kelompok JI inilah yang melahirkan ide pembentukan FPI di wilayah pesisir utara Lamongan. Sebelum FPI Lamongan dibentuk, kegiatan sweeping atau amar ma’ruf nahi munkar sudah menjadi hal yang biasa dilakukan oleh Zainal Anshori dan kelompoknya. Namun, kegiatan itu belum memiliki wadah. Pembentukan FPI Lamongan yang diiniasinya telah memberikan wadah bagi kelompoknya untuk terus melakukan operasi sweeping pada penyakit masyarakat.
Hingga pada Jum’at (7/4/2017), Zainal bersama dua orang rekannya ditangkap Tim Densus 88 di Jalan Raya Daendles, Kec. Paciran, Kab. Lamongan, Jawa Timur. Penangkapan itu mengungkap bahwa Zainal bukan saja terlibat dalam transaksi senjata api, namun dirinya juga merupakan Amir JAD Pusat. Fakta ini diperkuat oleh sejumlah keterangan para terdakwa yang tertangkap sebelumnya dalam kasus terorisme. Bahkan, dalam berkas perkara Aman Abdurrahman alias Oman alias Abu Sulaiman, disebutkan bahwa Aman dan Rois alias Iwan Darmawan Munto telah menunjuk langsung Zainal sebagai Amir JAD.
Lebih lanjut, Zainal juga diketahui sebagai orang yang memfasilitasi pertemuan dari perwakilan seluruh amir atau Ketua JAD lintas daerah di sebuah villa di kawasan Batu, Malang pada November 2015. Dalam pertemuan tersebut, mereka membahas penyelarasan visi dan misi organisasi, sekaligus menegaskan posisi Zainal sebagai orang nomor wahid dalam jama’ah.
Kini, Zainal Anshori harus menjalani masa tahanannya di Lapas Batu, Nusa Kambangan, Cilacap. Dia telah divonis majelis Hakim dengan hukuman selama 7 tahun penjara. Kabar terbaru dari Zainal adalah keputusannya untuk mulai kooperatif dan terlibat aktif dalam kegiatan pembinaan ideologi Pancasila bersama pihak Lapas. Bahkan, beredar kabar bahwa dia sudah kembali ke pangkuan NKRI dan bersedia untuk mengikuti upacara hormat bendera.
“Kabarnya sih memang beliau (Zainal Anshori) sudah NKRI. Tapi beliaunya masih di (Lapas) Batu. Mudah-mudahan saja beliau nanti bisa gabung sama kita disini,” jelas Salim Bahresy kepada Ruangobrol saat dihubungi melalui sambungan telpon pada Minggu (14/3/2021).
Salim Bahresy adalah narapidana kasus terorisme yang kini sedang menjalani hukuman pidana seumur hidup di Lapas Permisan, Nusa Kambangan. Selain dirinya, di Lapas yang sama terdapat Ahmad Hasan alias Pak Hasan, pelaku pengeboman Kedubes Australia di Jakarta tahun 2004.
Sebagai informasi, Lapas Permisan adalah salah satu lapas di Pulau Nusa Kambangan yang umumnya dihuni oleh terpidana kasus terorisme yang sudah mulai kooperatif dan tidak lagi radikal. Sementara Lapas Batu, umumnya dihuni oleh narapidana kasus teror dengan status high risk atau beresiko tinggi maupun kasus kriminal besar lainnya.