Beberapa waktu terakhir, pihak Kepolisian sedang gencar-gencarnya memburu orang-orang dari jaringan Jama’ah Islamiyah (JI). Hal ini terlihat sejak ditangkapnya salah satu buron yang sempat belasan tahun tidak tertangkap radar polisi. Mengikuti penangkapan tersebut, akhir Februari lalu hingga kini, Tim Densus 88 telah mengamankan puluhan anggota JI di sejumlah wilayah di Jawa Timur.
Diantara nama-nama yang tertangkap itu, muncul nama Usman Haidar Bin Seff alias Ustadz Fahim. Dia adalah da’i kondang sekaligus tokoh senior dalam gerakan kelompok jihad. Usman Haidar ditangkap oleh Tim Densus 88 di Jl. Raya Juanda, Kab. Sidoarjo pada Jum’at (26/2) pukul 10.45 WIB. Tidak hanya dirinya, anak dan istrinya juga turut diamankan oleh pihak kepolisian untuk dimintai keterangan.
Lalu, siapakah Usman Haidar? Dan bagaimana pengaruhnya dalam jaringan?
Nama Usman Haidar memang tidak setenar Abu Bakar Ba’asyir atau Aman Abdurrahman. Namun, bagi kalangan aktivis jihad, dirinya bukan sosok sembarangan. Dia bukan ustad kemarin sore yang namanya populer karena pandai menghujat sana-sini dan bermental tempe.
Da’i asal Magetan ini lahir di Surabaya pada 27 Juni 1965. Dia akrab dipanggil oleh kalangan ikhwan dengan nama Ustadz Fahim. Pimpinan Ponpes Al Mustaqbal Magetan ini adalah alumni Afghanistan angkatan pertama. Bisa dikatakan, dia adalah senior dari para petualang jihad tanah air saat ini. Sebagai seseorang yang pernah mencicipi medan perang melawan pasukan komunis Uni Soviet di Afghanistan, dia menjai sosok yang sangat disegani. Bahkan, karena namanya yang masuk dalam jajaran ulama ‘ahlut tsughur’, maka setiap petuahnya didengar dengan baik.
Hanya orang-orang yang berani bertarung di medan laga yang layak untuk masuk dalam jajaran ulama tersebut. Bukan soal menghindari lemparan batu atau sabetan parang, tetapi medan laga ini adalah pertarungan yang melawan peluru dan tembakan rudal dari pasukan artileri. Kondisi perang membutuhkan perhitungan dan kemampuan tempur yang baik. Kesalahan melangkah akan berujung pada hilangnya nyawa atau hancurnya tubuh karena ledakan rudal. Usman Haidar adalah salah satu Warga Negara Indonesia yang memiliki pengalaman tersebut. Yaitu, bertempur dalam barisan mujahidin melawan peluru-peluru pasukan Beruang Merah. Ia selamat dan bisa kembali ke tanah air dengan menyandang gelar sebagai pejuang.
Selain keluasan ilmunya dalam Islam, pengalaman juangnya di Afghanistan juga berhasil membawanya berkelana dari mimbar ke mimbar. Penulis pernah mendengar langsung ceramahnya ketika masih menjadi santri di salah satu pesantren milik JI di Lamongan. Setiap kata-katanya penuh ambisi dan semangat tinggi dalam menegakkan Islam melalui pedang (jihad). Tentu saja, kami yang saat itu masih berstatus sebagai santri paham betul bahwa kata-katanya tak hanya sebatas cerita. Sebab, dirinya telah membuktikan dengan turun langsung ke medan pertempuran.
Tampaknya, semangat itu tidak surut meski dirinya sudah memasuki usia lanjut. Di setiap mimbar yang disinggahinya, semangat tempurnya masih menyala-nyala. Ia selalu berhasil ‘mengobrak-abrik’ wibawa kaum lelaki agar tidak bermental memble dan larut dalam kehidupan duniawi sehingga meninggalkan syari’at jihad.
“(Karenanya) saya tidak kaget jika Ustadz Fahim ditangkap. Beliau ini memang masih keras,” ujar seorang anggota JI kepada Ruangobrol saat ditemui di kawasan Lamongan pada Sabtu (27/2/2021) lalu.
Terkait keberadaan dan kondisi terkini dari Usman Haidar, Ruangobrol masih belum mengetahuinya secara pasti. Namun, dari sejumlah informasi yang ada, dia sudah dipindahkan ke Jakarta untuk mengetahui lebih dalam keterlibatan dirinya dalam jaringan.