MAARIF Institute bekerjasama dengan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta dan UNDP luncurkan buku ‘Kisah Inspiratif Pemimpin Pesantren, Pengalaman Rihlah Kiai/Nyai ke Negeri Sakura’. Buku ini berisi hasil evaluasi dan studi dampak terhadap para alumni program “Pesantren Leaders Visit to Japan” yang sudah bergulir sejak 2004 lalu.
Program yang merupakan hasil kerjasama dengan Pemerintah Jepang ini sudah mengirimkan sekitar 160-an pemimpin pesantren. Mereka adalah para kiai, nyai, ustadz, dan ustadzah yang tersebar dari berbagai pesantren di seluruh Indonesia. Setiap tahun, setidaknya ada 10 orang yang mengikuti program yang berdurasi, kurang lebih, selama 2 pekan ini.
Direktur Eksekutif MAARIF Institute Abd Rohim Ghazali mengatakan bahwa terdapat 4 hal utama yang dituangkan dalam buku yang baru saja diluncurkan itu. Pertama adalah soal identifikasi aktivitas kiai, nyai, ustadz, dan ustadzah yang menjadi alumni program setelah kembali ke Indonesia. Kedua adalah dampak program ini terhadap pesantren, termasuk kaitannya dengan kurikulum, metode pembelajaran, maupun aktivitas yang dikembangkan. ketiga adalah analisa manfaat program kepada pesantren. “Terakhir atau keempat, mengidentifikasi tantangan yang dihadapi dan solusi yang diambil dalam menerapkan pembelajaran yang didapat di Negeri Matahari Terbit,” kata Rohim dalam acara Diseminasi Publik dan Peluncuran Buku Kisah Inspiratif Pemimpin Pesantren, Pengalaman Rihlah Kiai/Nyai ke Negeri Sakura’ yang disiarkan melalui kanal youtube Maarif Institute pada Rabu (24/2/2021).
Hal senada disampaikan oleh Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta, Ismatu Ropi. Menurut Ropi, buku tersebut merupakan rekaman dari dampak-dampak program yang tidak bisa diukur. Yaitu, perubahan yang bersifat personal, seperti misalnya perilaku disiplin. Selain itu, kata Ropi, ada juga dampak yang bisa diukur seperti misalnya terkait kebersihan, metode pembelajaran, dan aktivitas yang dikembangkan.
“Saya salah satu yang mendapatkan manfaat dari kunjungan para Pemimpin Pesantren tadi. Misalnya Ada salah satu Pesantren di Banten yang menerapkan prilaku hidup bersih dan sehat. Misalnya meletakkan sepatu di luar kelas supaya kelas tetap bersih. Terima kasih banyak kerja samanya saya ucapkan kepada Kedutaan Besar Jepang di Jakarta. Ini memperkuat hubungan masyarakat Jepang dan Muslim Indonesia,” kata Ropi
Sedangkan Wakil Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Tamura Masami, menyambut baik program kunjungan Pemimpin Pesantren ke Jepang tersebut. Masami berharap program itu bisa menjadi referensi pendidikan di Indonesia. Dia menjelaskan bahwa program tersebut bertujuan untuk menumbuhkan saling pengertian antara Indonesia dan Jepang dengan memperkenalkan masyarakat Islam Indonesia dengan Jepang. Dia berharap para Pemimpin Pesantren yang mengikuti program bisa memproleh banyak pengalaman baru dan mengimplementasikannya di pesantren masing-masing.
Lebih lanjut dia menambahkan jika Pemerintah Jepang sudah mendapatkan rekomendasi yang baik dari progam ini. Pihaknya akan menggunakan rekomendasi ini untuk membuat program yang lebih baik lagi. “Selain program itu. Kami juga menyaring aspirasi masyarakat Muslim dengan program buka puasa bersama di rumah dubes kami. Kami berterima kasih kepada keaktifan para pesertanya. Sayangnya tahun 2020 tidak bisa terlaksana karena COVID19. Dengan program ini kami berharap berkontribusi kepada masyarakat muslim di Indonesia,” kata Masami
Sedangkan Ketua Bidang Politik Kedutaan Besar Jepang, Tanaka Motoyasu, menyampaikan bahwa para Kiai dan Ibu Nyai saat berada di Jepang diajak untuk berkunjung ke sekolah-sekolah di Jepang. Tanaka yang terlibat aktif mulai dari seleksi hingga menemani para Pemimpin Pesantren itu mengatakan bahwa kesempatan berkunjung itu digunakan untuk bertukar pendapat dengan para guru di Jepang. Sehingga para Pemimpin Pesantren tersebut mendapatkan pengetahuan yang kemudian dapat meningkatkan mutu pendidikan di Pesantren masing-masing. Dia menekankan bahwa program ini tidak hanya satu arah melainkan masyarakat Jepang juga belajar dari kunjungan para Kiai tersebut.
“Jepang juga bertima kasih masukan-masukan dari para peserta. Semoga acara ini bisa menginspirasi kita semua sehinga bisa meninggkatkan mutu program ini. Saya juga berterima kasih segala upaya semua pihak yang mengadakan program ini. Khususnya Maarif Institute, Kemenag, Kemenlu, dan para peserta. Dan mudah-mudahan mendukung secara penuh dan tetap mengadakan program kunjungan ke Jepang,” pungkasnya.
Sekadar diketahui, saat mengikuti program kunjungan ke Jepang para Pemimpin Pesantren mengunjungi sejumlah situs keagamaan, budaya, sejarah, lembaga pendidikan, perusahaan, dan bangunan pemerintah di beberapa bagian di Jepang. Selain itu, para Kiai dan Ibu Nyai juga berkesempatan mengenal lebih dekat dengan tinggal di dalam komunitas non-Muslim ketika mendapatkan kesempatan home stay di rumah penduduk lokal Jepang.