Berbuat baik hingga bisa bermanfaat bagi masyarakat luas bisa dilakukan siapa saja. Tak terkecuali mereka yang menyandang status sebagai mantan narapidana terorisme (napiter).
Apa yang terjadi di wilayah pantai utara (pantura) Jawa Tengah bisa jadi contohnya. Para mantan napiter di sana kompak saling bantu, tak hanya dengan orang-orang yang punya latar belakang serupa, tapi juga dengan masyarakat luas.
Di wilayah tersebut ada beberapa mantan napiter, sebut saja: Wartoyo asal Paguyangan Kabupaten Brebes, Gilang Nabaris asal Slawi Kabupaten Tegal, Kisworo asal Kabupaten Brebes. Pun di sana ada juga yang kerap bergabung yakni Kholis dari Purwokerto Kabupaten Banyumas. Teranyar ada nama M. Yusuf, yang baru bebas penjara Kamis 21 Januari 2021 lalu.
Di antara mereka, Wartoyo terbilang paling senior, entah itu umur maupun kasusnya. Kasus yang menjeratnya dulu adalah rencana meracun kantin kantor polisi di wilayah Jakarta.
Hari ini, Wartoyo “ngemong” teman-temannya sesama mantan napiter. Aktif berkomunikasi dengan pemerintahan setempat maupun dengan aparat keamanan untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat kontra radikalisme terorisme.
Saat M Yusuf bebas pun, Wartoyo bersama kawan-kawannya, termasuk mengajak masing-masing istri mereka menyambut kedatangan M Yusuf di rumahnya di Kabupaten Tegal.
“Saya ajak istri, teman-teman di sini juga seperti Gilang juga mengajak istrinya, bareng-bareng di rumah Yusuf untuk menyambut kedatangannya,” kata Wartoyo kepada ruangobrol.id.
Saat itu, ruangobrol.id juga menyambangi rumah M Yusuf ketika baru bebas. Ketika itu menjelang pukul 23.00 WIB malam. Memang di rumah M Yusuf itu terlihat ramai. Selain aparat keamanan juga ada pula Wartoyo dan teman-temannya itu.
Pada lain kesempatan, Wartoyo sempat bercerita bahwa hal semacam itu penting dilakukan. Salah satunya, memberikan kekuatan mental pada mereka yang baru bebas. Memberikan sambutan baik artinya memberikan gambaran bahwa mereka tidak sendirian.
“Jadi langsung kami rangkul, ajak untuk kegiatan positif,” lanjutnya.
Saat istri M Yusuf hendak operasi di rumah sakit tak lama setelah Yusuf bebas, Wartoyo juga salah satu yang paling aktif. Entah itu mengantar ataupun menemani M Yusuf di rumah sakit.
Aktivitasnya memang kadang menyita waktu. Sehari-hari Wartoyo membuka usaha bengkel mobil maupun motor, yang jadi salah satu sumber utama penghasilan. Namun, demi aktivitas sosialnya, tak jarang Wartoyo rela menutup bengkelnya beberapa hari.
“Rejeki sudah ada yang mengatur, yang penting terus berbuat baik,” katanya.
Selain karena sosial, Wartoyo juga melakukan itu untuk memberikan contoh kepada rekan-rekannya sesama mantan napiter. Bahwa ketika sudah bebas, harus bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang.
Hari ini, bersama Gilang, Kisworo, Kholis maupun M Yusuf, mereka sedang berupaya mengelola embung di wilayah Larangan Brebes untuk dijadikan destinasi wisata. Mereka mengelolanya bersama warga setempat yang tergabung dalam Paguyuban Podomoro.
Untuk napiter yang hendak bebas pun, mereka ini aktif berkunjung ke keluarga mereka. Mereka yang terlilit kebutuhan ekonomi, didata, kemudian dilaporkan ke pemerintahan atau aparat keamanan yang di bidang tersebut.
Aktivitas mereka di pantura barat Jawa Tengah tentunya bisa jadi contoh bagi masyarakat luas. Tentang bagaimana kemanusiaan seharusnya berjalan.
FOTO: Wartoyo (paling kanan) bersama warga di Kabupaten Brebes.