AMAN Indonesia dan Working Group on Women and CVE (WGWC) menggelar Kenduri Perdamaian pada Jum’at (29/1/2021). Pagelaran tersebut melibatkan 21 lembaga, komunitas dan media.
Kegiatan ini merupakan pesta rakyat sebagai bentuk syukur keberhasilan kerja-kerja bersama pemerintah dan masyarkat sipil dalam penanganan ekstremisme. Keberhasilan tersebut tertuang di dalam Peraturan Presiden No. 7 tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Ekstremisme (RAN PE).
Menurut Direktur AMAN Indonesia, Ruby Kholifah, Perpres RAN PE menandai babak baru kerja-kerja Pencegahan Counter Violent Ekstremism. Yaitu akan tercipatnya terkordinasi pusat dan daerah serta lebih inklusif kepada peran masyarakat sipil, dan lebih sensitif gender.
Selain itu, Ruby juga menilai RAN PE ini adalah dokumen strategi nasional yang lebih operasional dalam menanggapi persoalan ekstremisme kekerasan. Ada tiga hal penting mengapa hadirnya RAN PE sangat penting. Pertama, RAN PE sebagai dokumen strategi nasional yang terintegrasi menawarkan kerangka kerja yang operasional kepada pemerintah pusat dan daerah. Kedua, RAN PE memberikan kerangka kerja yang lebih jelas bagi para pemangku kepentingan. ”RAN PE memberikan peluang sangat luas kepada masyarakat sipil untuk terlibat dalam intervensi penanganan ekstremisme kekerasan,” katanya.
Ketiga, Ruby menamabahkan, RAN PE juga mengakui peran perempuan dalam upaya pencegahan ekstremisme kekerasan, yang sama sekali tidak disebutkan dalam UU No. 5 tahun 2018 tentang Tindak Pidana Terorisme. Sehingga, terbitnya RAN PE menjadi hal yang sangat penting dan menjadi langkah awal sebagai gerak bersama antara masyarakat sipil dan pemerintah.
Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Polisi Boy Rafli Amar mengatakan bahwa Perpres RAN PE menjadi ruang bagi masyarakat, termasuk elemen perempuan dan pemuda, dalam upaya pencegahan ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme.
Menurut Mantan Kapolda Papua itu, RAN PE ini terdiri dari tiga pilar utama mulai dari pencegahan, penegakan hukum, dan pelindungan terhadap saksi dan korban. Salah satu pilar yang memiliki kaitan dengan Kenduri Perdamaian ini adalah poin program yang mengusung isu pelibatan dan pelindungan terhadap perempuan dan anak dalam upaya pencegahan dan penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan.
“Salah satu poin penting dalam kegiatan ini yang tertuang dalam RAN PE yaitu mengangkat isu pengarusutamaan gender dan perlindungan terhadap anak, hal ini tercermin dari berbagai rencana aksi yang telah disepakati bersama,” kata Boy saat memberikan sambutan dan membuka acara Kenduri Perdamaian” secara daring.
Menurut Boy, hal itu berdasarkan fakta tentang banyaknya perempuan dan anak menjadi korban dalam sebuah aksi terorisme. Karena itu, dia berharap kedepannya jangan ada lagi aksi terorisme yang membuat angka korban semakin bertambah.
“Penting untuk kita mengingatkan bahwa tanpa disadari siapapun termasuk perempuan dan anak sangat dimungkinkan masuk ke dalam lingkaran aktivitas kegiatan terorisme, tentu mulai dari upaya kita bersama dengan mencegah ekstrimisme yang mengarah kepada kekerasan,” tutur Boy lagi
Hadir membagikan penglamannya di Kenduri Perdamaian, salah satu Korban aksi terorisme, Nanda Olivia. Alumni STIE Perbanas tersebut berharap tidak ada lagi aksi kekerasan di muka bumi ini, terutama di Indonesia. Nanda bercerita pada awalnya dirinya sangat membenci pelaku Bom Kedutaan Besar Australia. Namun, seiring waktu ia menyadari bahwa tindakannya tersebut tidak ada gunanya. Akhirnya ia memutuskan memaafkan pelaku untuk kesehatan mental dirinya sendiri.
“Saat itu saya hendak bimbingan skripsi dan bertemu dengan Dosen Pembimbing. Namun saat kejadian dirinya berada di angkot yang lokasinya tidak jauh dari tempat kejadian. Saya bersama angkot terlempar. Saya butuh waktu satu tahun untuk bisa pulih secara fisik. Tahun 2015, saya diberi kesempatan oleh AIDA untk ketemu dengan pelaku. Saya marah dengan pelaku, tapi marahnya saya ini tidak ada gunanya. Akhirnya memutuskan memaafkan beliau untuk diri saya sendiri. Untuk menjadi pribadi lebih baik,” kata Nanda
Sekadar diketahui acara Kenduri Perdamaian ini diikuti dan dimeriahkan oleh 21 organisasi, komunitas dan media. Di antaranya Puan Menulis, Peace Leader, Percil Solo, Tanoker, Rahima, Peace Generation, Srili, Yayasan Empatiku, Pergerakan Sarinah, Poros Nusantara, Nada Bicara, Balai Syura, Solo Bersimfoni, Yayasan Prasasti Perdamaian, Girls Ambasador For Peace, Puan Cilacap, GMNI, Mubadalah.id, Bincangmuslimah.com. Ruangobrol.id dan arrahim.id. Seperti layaknya kenduri, acara ini diisi dengan pembacaan puisi, stand up comedya, pemutaran sketsa drama soal toleransi, hingga pertunjukan musik.