Informasi kebebasan Abu Bakar Baasyir (ABB) telah menarik perhatian banyak pihak. Bukan hal yang aneh, karena sosok ABB tetap menjadi panutan bagi pengikutnya. Meskipun posisinya sempat goyah setelah dekat dengan Aman Abdurahman, terpidana mati dan juga pemimpin Jamaah Ansharu Daulah (JAD).
Sebelumnya pendiri Pondok Pesantren Ngruki ini dianggap sebagai tokoh sentral dalam gerakan kelompok jihadis setelah Abdullah Sungkar. Lalu muncul nama Aman Abdurahman pada pertengahan 2014. Dengan cepat dia mampu mempengaruhi banyak pemikiran kelompok jihadis. Bahkan beberapa peneliti menganggap pengaruh pemikiran Aman Abdurahman meluas ke Asia Tenggara.
Padahal Aman Abdurahman awalnya hanya dianggap sebagai ustadz biasa. Orang-orang mulai meliriknya ketika dia aktif menerjemahkan banyak kitab jihad. Dia menerjemahkan buku Abu Muhammad Al Maqdisi (sosok penting dalam perkembangan jihad di dunia) lalu merangkumnya pada laman millahibrahim.blogspot.com. Laman ini dibuat oleh Abu Musa (pengikut Aman Abdurahman) dan sudah dibredel oleh pemerintah Indonesia. Meskipun demikian, buku-buku terjemahan itu sudah menjadi rujukan para pengikut ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah). Sedangkan Abu Musa berangkat ke Suriah sejak 2014.
Berkat karya-karya terjemahannya itu Aman Abdurahman menjadi salah satu tokoh besar. Pria lulusan LIPIA ini semakin diakui keilmuannya terkait dunia jihad.
Produktivitasnya dalam menerjemahkan ini yang membuat Abu Bakar Baasyir tertarik pada pemikiran Aman. Menurut beberapa sumber yang tidak mau disebutkan namanya, ketertarikan ini muncul sejak Aman berdakwah tentang tauhid. Berawal dari ketertarikan itu, Aman Abdurahman dan Abu Bakar Baasyir akhirnya menulis buku bersama ketika keduanya ada di dalam Lapas Nusakambangan.
Hubungan itu terus berlanjut hingga ABB tak sungkan berbaiat kepada Abu Bakar Al Baghdadi (Pempinan ISIS) dan mengakui kekhalifahan ISIS. Meskipun baiat itu mendapat kecaman dari banyak pengikut ABB, termasuk anaknya sendiri. Diduga baiat ini memiliki kaitan erat dengan interaksi beliau dengan Aman Abdurahman yang dikenal sebagai tokoh sentral dari pengikut ISIS di Indonesia.
Pada tahun 2017, di sebuah kesempatan, Aman Abdurahman buka suara soal hubungannya dengan ABB. Dia mengakui belum pernah bertemu secara langsung dengan tokoh Jamaah Islamiyah itu. Komunikasi dilakukan dengan seorang perantara. Aman selalu menganggap bahwa ABB adalah seniornya dalam dunia Jihad. Meskipun demikian, dia tidak berniat bergabung dengan pengikut ABB dan Aman tetap menghormati keputusan ABB mengakui ISIS.
Hubungan baik antara Aman dan ABB tidak sejalan dengan pemikiran pengikut mereka. Para mantan JAD yang dihubungi tim ruangobrol.id mengatakan bahwa Aman secara pemikiran lebih berpengaruh daripada ABB. Sedangkan para mantan anggota JI masih menganggap ABB sebagai syeikh mereka meski tidak lagi sepaham terkait ISIS.
Aman Abdurahman dianggap membahayakan karena pemikirannya mengenai jihad. Pemikiran dia telah mendorong pengikutnya untuk melakukan bom bunuh diri. Selain itu, buah pikirnya itu juga diduga menginspirasi orang untuk berangkat ke Suriah. Menakar sangat seriusnya dampak dari pemikiran Aman itu, pengadilan menjatuhkan hukuman mati padanya. Padahal dalam pledoi-nya ia mengatakan tidak tahu menahu mengenai aksi bom yang dituduhkan.
Berbeda dengan Aman yang dijadikan tersangka kembali sebelum ia bebas, ABB justru sempat menikmati udara segar pada 2006 hingga 2010. Kepolisian kembali menemukan keterlibatan pendiri Al Mukmin tersebut ketika terbongkarnya kasus pelatihan di sebuah desa di Aceh.
Jika Aman Abdurahman tidak begitu saja dibiarkan lepas, bagaimana dengan ABB? Ataukah ini menandakan bahwa Aman Abdurahman lebih berbahaya dari ABB?