Insider Story: Adakah Hubungan antara Narkoba dan Terorisme? (1)

Analisa

by Arif Budi Setyawan

Beberapa waktu yang lalu sempat ramai pemberitaan terungkapnya jaringan narkoba internasional di daerah Petamburan. Barang buktinya 200 kg lebih. Yang menarik adalah polisi menyebut narkoba itu terkait dengan jaringan teroris internasional karena adanya kode tertentu di kemasan narkoba yang mereka temukan itu. Menjadi heboh di kalangan netizen yang maha benar karena ditemukan di daerah yang menjadi markas FPI yang sedang menjadi sorotan.

Mengait-ngaitkan FPI dengan penemuan narkoba dan jaringan teroris internasional seakan jadi analisa yang hebat. Bisa menjadi amunisi baru untuk semakin menyudutkan FPI. Padahal jika ditanyakan kepada penyidiknya masih dalam pengembangan. Tapi itulah hebatnya netizen Indonesia. Cocokologi adalah salah satu keahlian mereka.

Tapi sesungguhnya di tahun 2012, mantan kepala BNPT Ansyaad Mbai pernah memunculkan istilah Narco-terrorisme. Beliau menyebut salah satu tersangka kasus terorisme pernah terlibat dalam bisnis narkoba yang hasilnya digunakan untuk membeli senjata. Pernyataan ini perlu diperjelas. Perlu dibuktikan dengan fakta persidangan.

Pertanyaan saya adalah apakah pernyataan beliau itu berdasarkan fakta persidangan atau berdasarkan informasi di kalangan penyidik dan intelijen saja? Karena berdasarkan pengalaman pribadi menjadi tersangka teroris, ada banyak keterangan saya yang hanya menjadi konsumsi penyidik dan intelijen Densus 88. Tidak diangkat ke dalam berita acara pemeriksaan (BAP). Apalagi masuk persidangan.

Bagi saya, informasi yang tidak masuk di BAP dan yang tidak terbukti di persidangan sebaiknya tidak diumbar untuk publik agar tidak menjadikan permasalahan semakin melebar. Cukup di kalangan yang berkepentingan saja.

Pada tulisan kali ini saya ingin menjelaskan apakah benar ada hubungan antara narkoba dan terorisme berdasarkan pengalaman saya bergaul dengan narapidana kasus narkoba dan terorisme. Di mana sebenarnya kemungkinan titik kontak antara pemain narkoba dengan pemain di kasus terorisme? Apakah benar teroris sampai ada yang berbisnis narkoba untuk membiayai kegiatan terorisme? Ataukah hanya bersinggungan saja?

Semua akan saya jelaskan berdasarkan pengalaman. Penjara memberi saya banyak ilmu dan pengetahuan. Salah satunya adalah soal modus-modus di dunia narkoba dan terorisme. Bahkan andai saya mau berkarir di bidang narkoba atau melanjutkan karir sebagai teroris, saya bisa saja menjadi lebih jahat lagi. Tapi syukurnya saya menjadikan apa yang saya temukan itu sebagai sebuah pelajaran yang berharga. Dan kali ini izinkan saya untuk membaginya sedikit kepada Anda.

Banyaknya Orang Tersangkut Kasus Narkoba Tanpa Sengaja

Untuk menjawab pertanyaan besar soal hubungan antara narkoba dan terorisme, pertama-tama Anda harus tahu bahwa ada banyak orang terjerat kasus narkoba tanpa sengaja. Banyak yang terlibat karena sedang sial. Anda pun bisa jadi jika sedang sial bisa terjerat kasus narkoba. Padahal Anda bukan pemakai. Apalagi pengedar. Sama sekali bukan. Tapi Anda masih bisa berpeluang tersangkut kasus narkoba. Bagaimana bisa?

Ada beberapa kisah yang bisa menjadi contoh bahwa orang yang tak bersalah pun bisa tersangkut kasus narkoba.

Contoh pertama adalah seorang bapak paruh baya yang sehari-hari kerjanya menjadi sopir mobil pick-up untuk mengangkut barang-barang. Dia adalah orang dari kampung yang polos dan rajin beribadah. Merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib demi perbaikan ekonomi keluarganya di kampung. Sebut saja namana Pakde Nono—bukan nama sebenarnya--.

Pakde Nono adalah orang yang berasal dari salah satu kampung di Jawa Tengah. Istrinya orang Sunda. Jadi dia lancar berbahasa Jawa dan juga Sunda. Suatu hari ada seseorang yang memakai jasanya untuk mengantarkan setumpuk keranjang berisi buah-buahan ke suatu tempat. Tak ada firasat buruk apapun saat itu.

Sebuah kewajaran ada yang memakai jasa mengantarkan keranjang buah seperti itu. Bahkan ia paling senang kalau mendapatkan muatan buah karena tidak berat dan ongkosnya biasanya lebih mahal dari barang-barang lainnya. Sebab perlu kehati-hatian dalam membawa dan bongkar muatnya.

Ketika sampai di tujuan ia mulai merasa tidak enak. Di sekeliling orang yang menerima kiriman buah ada beberapa orang berwajah kurang bersahabat. Dan si penerima kiriman terlihat pucat wajahnya. Dengan perasaan tidak nyaman ia pun menurunkan barang-barang itu dari mobilnya dan dibantu oleh orang-orang yang berwajah kurang bersahabat itu.

Namun orang-orang yang berwajah kurang bersahabat itu mendadak membongkar buah-buahan yang ada di dalam keranjang yang mereke turunkan dan mengacak-acaknya. Dan mereka menemukan banyak bungkusan plastik kecil berisi sabu yang diselipkan di antara buah-buahan.

Pakde Nono kemudian ikut diamankan dan dijadikan tersangka kurir narkoba. Sekuat apapun ia menolak masih kalah dengan bukti yang ditemukan. Akhirnya ia hanya bisa pasrah dan berdoa semoga hukumannya tidak tinggi. Di persidangan hakim kemudian memutuskan hukuman pidana selama empat tahun. Ia menjalani hanya selama 2,5 tahun karena mendapatkan pembebasan bersyarat.

Ada satu kisah lagi yang lebih dramatis dan menyayat hati. Seorang bapak paruh baya juga yang pekerjaan sehari-harinya tukang ojek pangkalan dan sesekali menerima jasa pijat capek. Sebut saja namanya Pakde Kardi –bukan nama sebenarnya--.

Pakde Kardi adalah seorang lelaki paruh baya asal dari sebuah kampung di Jawa Tengah yang memiliki ciri di kakinya. Jalannya –maaf-- agak pincang karena tulang tempurung lutut kirinya retak akibat kecelakaan yang pernah dialaminya.

Cerita sedihnya berawal dari perkenalannya dengan seorang cewek cantik yang menjadi pelanggan ojeknya. Cewek itu sering minta diantarkan ke beberapa tempat dan suka melebihkan ongkosnya. Tak hanya itu, Pakde Kardi juga sering dikasih job memijit ke teman-teman si cewek itu. Pokoknya hubungan keduanya sangat menguntungkan bagi Pakde Kardi.

Suatu hari si cewek menawarkan sebuah pekerjaan tambahan, yaitu mengantarkan laptop ke pemesannya. Si cewek mengatakan ia punya bisnis sampingan berjualan laptop. Pakde Kardi menyambut tawaran itu dengan senang hati. Sudah banyak laptop yang berhasil diantarkannya ke berbagai tempat.

Pada suatu ketika, si cewek memintanya mengambil laptop dari seseorang dan mengantarkan kepadanya yang saat itu berada di sebuah apartemen. Seperti biasa Pakde Kardi langsung berangkat melaksanakan tugas tersebut. Namun ternyata itulah terakhir kalinya ia mendapatkan order seperti itu.

Karena ketika ia sampai di apartemen tempat si cewek berada untuk mengantarkan laptop, ia langsung ditangkap oleh aparat kepolisian yang saat itu sudah berada di tempat itu. Laptop yang ia bawa kemudian dibongkar dan ternyata ada kemasan sabu di dalamnya. Lemaslah sudah. Ia tak menyangka bahwa selama ini si cewek adalah anggota sindikat narkoba. Dan selama ini laptop yang ia antarkan adalah media pengiriman narkoba jenis sabu.

Beberapa orang yang pernah menerima kiriman laptop juga akhirnya ditangkap bareng dirinya. Ia bertemu mereka di tahanan. Ketika masih dalam tahap pemeriksaan, semua tersangka di kelompok itu sebenarnya menyebut bahwa Pakde Kardi tidak tahu apa-apa dan meminta agar dilepaskan saja. Tapi salah satu oknum penyidik ada yang menyanggupi untuk melepasnya namun meminta uang ‘tebusan’ sebesar 25 juta ke keluarganya.

Hampir saja keluarganya menjual tanahnya di kampung untuk membebaskan Pakde Kardi, namun Pakde Kardi melarangnya. Biar saja ia jalani hukuman itu dan berharap hukumannya tidak tinggi. Tanah itu adalah sumber penghidupan kelauarganya di kampung. Ia juga tidak mau ‘mendukung’ perilaku zhalim si oknum aparat. Sudah menangkap orang tak bersalah masih meminta uang pula. Biarlah Tuhan yang Maha Adil yang akan membalasnya.

Akhirnya hakim menjatuhkan hukuman pidana 7 tahun kepadanya. Di penjara Pakde Kardi bekerja menjadi tukang urut yang cukup laris sehingga meskipun di penjara ia masih bisa mengirimkan uang ke keluarganya melalui salah satu petugas Lapas yang baik hati. Banyak petugas yang bersimpati padanya.

Kisah Pakde Nono dan Pakde Kardi di atas adalah dua contoh bahwa orang baik pun bisa jadi tersangka yang akhirnya menjadi narapidana kasus narkoba. Mengapa kisah ini perlu diceritakan? Nanti di bagian akhir tulisan Anda akan menemukan jawabannya.

(Bersambung)

ilustrasi: pixabay.com

Komentar

Tulis Komentar